Metode Pengambilan Sampel 1. Ikan Elektrofishing

3.4. Metode Pengambilan Sampel 1. Ikan

a. Elektrofishing

Pengambilan sampel ikan batak Neolissochillus sumatranus dilakukan di setiap stasiun dengan menggunakan electrofishing dengan kekuatan 24 volt dan arus 18 ampere, dimasukkan ke dalam air sungai dan dioperasikan selama 30 menit dari hulu ke hilir dengan jangkauan hingga 50 meter. Ikan yang pingsan diambil menggunakan tanggok, kemudian disortir dan dibersihkan. Daging ikan dipisahkan dari duri dengan menggunakan pisau bedah, daging ikan yang telah dipisahkan dari duri dicuci dengan aquades, dimasukkan ke plastik clep, diberi label dan diawetkan. Sampel dibawa ke laboratorium balai riset dan standarisasi Medan, Sumatera Utara. b. Jala Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jala dengan ukuran luas 4 m 2 selama 30 menit yaitu dengan melemparkan ke arah badan sungai atau pinggir sungai dengan tiga kali ulangan. Semua hasil tangkapan sampel ikan segera difoto dengan kamera digital, disortir dan dibersihkan. Daging ikan dipisahkan dari duri dengan menggunakan pisau bedah, dan dicuci dengan aquades. Dimasukkan ke plastik clep dan diberi label, dimasukkan kedalam cool box berisi ice pack dan nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut. Pengukuran Pb dan Cd dalam daging ikan Neolissochillus sumatranus dilakukan di laboratorium balai riset dan standarisasi medan Sumut. Ikan Neolissochillus sumatranus dicuci menggunakan aquades dan dipisahkan dari durinya, diambil dagingnya. Daging ikan di blender dihomogenitaskan, ditimbang di dalam cawan sebanyak 2 gr. Selanjutnya dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 105 C selama 2 jam untuk menghilangkan unsur air dari daging ikan, diarangkan di atas api Bunsen hot plate sampai hilang asap. Kemudian cawan porselen dimasukkan ke dalam Fornace tanur dengan suhu 550 C selama Universitas Sumatera Utara ± 3 jam sampai menjadi abu. Abu yang dihasilkan dicampur dengan larutan aquabides asam campuran 1 L aquades + 1,5 ml HNO 3 , dalam labu ukur 550 ml. Disaring menggunakan kertas saring whatman no. 42, hasil saringan dibaca dengan menggunakan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer untuk mengukur kadar Pb dan Cd.

2. Air

Pengambilan sampel air dilakukan pada permukaan, tengah dan dasar sungai dengan menggunakan ember. Sampel air yang diperoleh dari masing- masing lokasi dicampur pada satu wadah yang kemudian dituang ke dalam botol polietilen. Botol polietilen ditutup dan diberi label, sampel dibawa ke laboratorium badan lingkungan hidup BLH, Sumatera Utara untuk melakukan pengukuran Cd dan Pb. Pengukuran logam berat dilakukan dengan menggunakan metoda AAS Atomic Absorbtion Spectrophotometer, alat ini dapat mendeteksi kandungan logam berat dalam contoh dengan batas deteksi untuk masing- masing logam berat adalah : Cd ≥ 0,004 ppm, Pb ≥ 0,01 ppm.

3.5. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan 3.51. Temperatur

Air Temperatur diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang berskala 0 - 50 C dimasukkan ke dalam air sedalam kurang lebih 10 cm dan dibiarkan selama 3 menit. Selanjutnya termometer tersebut diangkat dan untuk menghindari perubahan, maka kemudian temperatur langsung dibaca Barus, 2004.

3.5.2. Kecerahan Air

Diukur dengan menggunakan keping secchi Secchi Disk yang berbentuk bulat dengan diameter 20 cm yang dimasukkan ke dalam badan air sampai keping secchi tidak terlihat lagi dari permukaan, kemudian diukur panjang tali yang masuk ke dalam air Barus, 2004. Universitas Sumatera Utara

3.5.3. Intensitas Cahaya

Diukur dengan menggunakan Fluxmeter yang diarahkan ke posisi cahaya matahari dengan posisi tegak lurus selama 5 menit dan selanjutnya membaca pada display nilai besarnya intensitas cahaya matahari pada Fluxmeter.

3.5.4. Kecepatan Arus Air

Pengukuran kecepatan arus air dilakukan menggunakan bola pingpong, dengan cara menghanyutkan bola pingpong pada jarak tertentu 10 m di permukaan air. Kemudian dengan menggunakan stopwatch dihitung waktu yang ditempuh oleh bola pingpong pada jarak yang sudah ditentukan tersebut Barus, 2004.

3.5.5. pH derajat Keasaman

Nilai pH diukur dengan menggunakan pH-meter dengan cara memasukkan pH-meter ke dalam sampel air yang diukur selanjutnya angka yang tertera pada display stabil, langsung dibaca dan angka tersebut menunjukkan nilai pH air yang diukur pada pH-meter tersebut Barus, 2004.

3.5.6. DO Disolved Oxygen

DO diukur dengan menggunakan metode winkler dengan prosedur sebagai berikut: botol winkler diisi dengan air sampel yang hendak diukur nilai oksigen terlarutnya hingga penuh, ke dalam botol winkler kemudian ditambahkan 1 ml mangan sulfat diikuti dengan 1 ml larutan KOH-KI. Botol winkler ditutup dan dibolak balik secara perlahan-lahan, sampai terbentuk endapan berwarna putihcoklat, kemudian diberi larutan 1 ml asam sulfat pekat lalu botol winkler kembali dibolak balik secara perlahan-lahan sehingga didapatkan larutan warna coklat. Ambil larutan dari botol winkler tersebut dengan 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, dititrasi dengan menggunakan larutan 0,0125 N NaS 2 O 3 sampai warna larutan berwarna kuning pucat, tambahkan sebanyak 3 tetes amilum sehingga larutan berwarna biru. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan 0,0125 N NaS 2 O 3 hingga warna biru hilang secara sempurna atau berwarna bening dan Universitas Sumatera Utara terakhir menghitung volume NaS 2 O 3 yang terpakai yang merupakan nilai DO akhir dimana setiap 1 ml larutan titrasi yang digunakan setara dengan 1 ml O 2 dalam 1 liter air sampel Suin, 2002 ; Barus, 2004. Lampiran A.

3.5.7. BOD

5 Biochemichal Oxygen Demand Pengukuran BOD dilakukan dengan mengambil sampel air yang akan diukur nilai BOD dimasukkan kedalam botol winkler dan disimpan selama 5 hari pada temperatur konstan 20 C, setelah 5 hari dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: botol winkler diisi dengan air sampel yang hendak diukur nilai oksigen terlarutnya hingga penuh, ke dalam botol winkler ditambahkan 1 ml MnSO 4 diikuti dengan 1 ml larutan KOH-KI. Botol winkler ditutup dan dibolak balik secara perlahan-lahan, sampai terbentuk endapan berwarna putihcoklat, kemudian diberi larutan 1 ml H 2 SO 4 pekat lalu botol winkler kembali dibolak balik secara perlahan-lahan sehingga didapatkan larutan warna coklat. Ambil larutan dari botol winkler tersebut sebanyak 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, dititrasi dengan menggunakan larutan 0,0125 N NaS 2 O 3 sampai warna larutan berwarna kuning pucat dan tambahkan sebanyak 3 tetes amilum sehingga larutan berwarna biru. Kemudian lakukan titrasi dengan larutan 0,0125 N NaS 2 O 3 hingga warna biru hilang secara sempurna atau berwarna bening dan terakhir menghitung volume NaS 2 O 3 yang terpakai yang merupakan nilai DO akhir dimana setiap 1 ml larutan titrasi yang digunakan setara dengan 1 ml O 2 dalam 1 liter air sampel. Selisih nilai DO yang diperoleh antara saat awal dan akhir adalah merupakan nilai BOD 5 dari sampel air tersebut Suin, 2002 ; Barus, 2004. Lampiran B

3.5.8. Kandungan Nitrat NO

3 Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan 1 ml NaCl selanjutnya ditambahkan 5 ml H 2 SO 4 dan 4 tetes asam Brucine Sulfat Sulfanik. Larutan ini dipanaskan selama 25 menit pada suhu 95 C kemudian didinginkan, kandungan nitrat dapat diukur dengan spektrofotometri pada γ = 410 nm Suin, 2002. Lampiran C Universitas Sumatera Utara

3.5.9. Kandungan Fosfat PO

4 3- Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan reagen Amstrong sebanyak 2 ml ditambahkan n 1 ml asam askorbat. Larutan didiamkan selama 20 menit kemudian konsentrasi Posfat dapat diukur dengan spektrofotometri pada γ = 880 nm Suin, 2002. Lampiran D Tabel 3.1. Alat dan Satuan Yang Dipergunakan Dalam Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan N o Parameter Fisika-Kimia Satuan Alat Tempat Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Intensitas Cahaya Kecerahan Temperatur Air DO pH BOD 5 Nitrat Posfat Arus Pb Cd candella cm o C mgl - mgl mgl ms ppm ppm Luxmeter Keping secchi Termometer air raksa Metode Winkler pH meter Metode WinklerInkubasi Spektrofotometer Bola Pimpong AAS AAS In-situ In-situ In-situ In-situ In-situ Laboratorium Laboratorium In-situ Laboratorium Laboratorium 3.6. Analisis Data 3.6.1. Kandungan Logam Berat Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan kandungan logam berat pada ikan batak terhadap batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan menurut SNI 7387 : 2009. Sedangkan kandungan logam berat dalam air dibandingkan dengan baku mutu air menurut PP.RI No.82 Tahun 2001. Lampiran F

3.6.2. Metode Storet

Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode storet dapat diketahui parameter- parameter yang telah memenuhi dan melampau baku mutu air. Secara prinsip Universitas Sumatera Utara metode storet membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya dengan menggunakan status mutu air. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dengan parameter-parameter tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ratnaningsih, 2010. Nilai parameter fisika kimia lingkungan air Sungai Asahan yang diukur mengacu pada kriteria mutu air menurut PP No. 82 Tahun 2001 Lampiran G. Pada merode storet, status mutu air dengan menggunakan sistem klasifikasi US- EPA Enviromental Protection Agency, dinyatakan pada Tabel 3.2. berikut: Tabel 3.2. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Metode Storet No. Kelas Skor Karakteristik Kualitas Air 1 A Baik sekali 2 B -1 sd -10 Baik 3 C -10 sd -30 Tercemar sedang 4 D ≤ -31 Tercemar berat Penentu status mutu air dengan menggunakan metode storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Hitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata setiap parameter kualitas air yang diamati, kemudian cantumkan dalam tabel 2. Bandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing- masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu 3. Jika nilai-nilai dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor 0 nol 4. Jika nilai-nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor tertentu sebagai berikut Tabel 3.3 : a. Bila jumlah data pengamatan kurang dari 10, maka untuk nilai maksimum, minimum dan rata-rata untuk parameter fisika berturut-turut diberi skor -1,-1-3, untuk parameter kimia -2,-2,-6, dan untuk parameter biologi -3,-3,-9. b. Bila jumlah data sama atau lebih dari 10, maka untuk nilai maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika berturut-turut diberi skor Universitas Sumatera Utara -2,-2,-6, untuk parameter kimia -4,-4,-12, dan untuk parameter biologi -6,-6,-18. 5. Nilai IKA Storet adalah nilai penjumlahan dari skor yang ada 6. Berdasarkan nilai total skor tersebut kualitas perairan dapat digolongkan apakah baik sekali, baik, tercemar sedang atau tercemar berat sebagaimana dijelaskan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pemberian Skor dalam Penentuan Indeks Storet Jumlah Data Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi 10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 ≥ 10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18 Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Formaldehid Pada Beberapa Ikan Segar Di KUB(Kelompok Usaha Bersama) Belawan, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015

5 131 146

Kandungan Logam Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) pada Air dan Komunitas Ikan di Daerah Aliran Sungai Percut

3 140 76

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Kerang Bulu (Anadara Inflata) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Di Muara Sungai Asahan

17 113 136

Pemeriksa Cemaran Logam Berat Pb, Cd, Cu, Dan Zn Dalam Daging Rajungan, Ketam Batu, Dan Lokan Segar Yang Berasal Dari Perairan Belawan Secara Spektrometri

8 45 84

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

2 12 50

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Air dan Sedimen di Perairan Pelabuhan Kejawanan, Cirebon

0 2 33

Status Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada Sedimen Di Perairan Dumai Bagian Barat, Riau.

1 16 80

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15