Oksigen terlarut DO = Disolved Oxygen BOD Kandungan Nitrat dan Fosfat

sangat membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Baur 1987, Brakke et al. 1992, Brehm meuering 1990 dalam Barus, 2004.

2.5.2.2. Oksigen terlarut DO = Disolved Oxygen

Oksigen terlarut merupakan hal terpenting di dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Apabila oksigen dalam bentuk terlarut, disebut keadaan aerob, apabila terdapat dalam bentuk tidak terlarut tetapi berikatan dengan unsur lain seperti NO 2 dan NO 3 disebut keadaan anoksik, sedangkan apabila tidak terdapat sama sekali oksigen dalam air, baik yang terlarut maupun yang membentuk ikatan denagan unsur lain disebut keadaan anaerob. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor temperatur dan jumlah garam terlarut dalam air.

2.5.2.3. BOD

5 Biological Oxygen Demand Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada temperatur 20 C. Pengukuran yang umum dilakukan adalah selama 5 hari atau BOD 5. Forstner, 1990 dalam Barus, 2004. Angka BOD yang tinggi menunjukkan terjadinya pencemaran organik di perairan. Brower et al dalam Barus, 2004 menyatakan nilai BOD 5 menunjukkan kualitas suatu perairan masih tergolong baik apabila konsumsi O 2 selama 5 hari berkisar sampai 5 mgl.

2.5.2.4. Kandungan Nitrat dan Fosfat

Amonium dan amoniak merupakan produk akhir dari penguraian protein yang masuk ke dalam badan sungai terutama melalui limbah domestic. Konsentrasinya di dalam sungai akan semakin berkurang bila semakin jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas mikro organisme di dalam air. Mikroorganisme tersebut akan mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Penguraian ini dikenal sebagai proses nitrifikasi. Proses oksidasi ammonium Universitas Sumatera Utara menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri jenis Nitrosomonas, nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter. NH 4 Amonium + O 2 NO 2 Nitrit Nitrosomonas NO 2 Nitrit + O 2 NO 3 Nitrat Nitrobacter Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut semakin berkurang, terutama musim kemarau saat hujan sangat sedikit, dimana volume air di sungai menjadi rendah. Tingginya temperatur dan apabila volume limbah tidak berkurang akan menyebabkan laju oksidasi tersebut meningkat tajam. Keadaan ini bisa mengakibatkan konsentrasi oksigen menjadi sangat rendah sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme air Barus, 2004. Unsur fosfor dalam perairan sangat penting, terutama dalam pembentukan protein dan metabolism bagi organisme. Fosfor dalam suatu perairan alami berasal dari pelapukan batuan. Sumber fosfat lainnya berasal dari buangan limbah rumah tangga, limbah pertanian dan buangan limbah beberapa industri. Perairan yang mengandung fosfat tinggi melebihi kebutuhan normal organisme nabati yang ada, akan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Kualitas air yang baik dan aman bagi organisme yang ada, maka konsentrasi fosfat tidak melebihi dari 50 ppm Barus, 2004. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Survey awal dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012 untuk menentukan daerah penelitian atau titik stasiun. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12- 15 November 2012. Pengujian logam berat dilaksanakan pada bulan Januari 2013 di balai riset dan standarisasi industri Medan dan badan lingkungan hidup.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purposive Random Sampling pada 5 lima stasiun pengamatan.

3.3. Deskripsi Area Lokasi pengambilan sampel pada 5 titik stasiun yang sudah ditentukan

pada hulu aliran Sungai Asahan di Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Asahan memiliki letak dan geografis sebagai berikut : 1. Stasiun 1 Stasiun ini secara geografis terletak pada 02 33 ’ 17,3” LU – 099 18 ’ 23,8” BT, disebut sungai Ponot yang terletak di Kabupaten Asahan. Daerah dengan arus sungai yang kecil dan berbatu-batu, terdapat air terjun ponot diatas sungai dan Air sungai yang bersih. Daerah ini merupakan kawasan wisata. Gambar 3.1. Sungai Ponot Universitas Sumatera Utara 2. Stasiun 2 Stasiun ini secara geografis terletak pada 02 33 ’ 06,6” LU – 099 18 ’ 53,7” BT, disebut sungai Baturangin yang terletak di Kabupaten Asahan. Merupakan kawasan penambangan batu, sungai yang dangkal dan berbatu-batu. Air sungai bersih, terletak di bagian selatan Asahan. Gambar 3.2. Sungai Baturangi n 3. Stasiun 3 Stasiun ini secara geografis terletak pada 02 33 ’ 34,4” LU – 099 18 ’ 36,7” BT, disebut sungai Tangga yang terletak di Kabupaten Asahan. Daerah ini merupakan pertemuan air sungai dari stasiun 1 dan stasiun 2. Terdapat Power house PLN. Banyaknya batuan ditepi sungai, arus sungai deras, dan air sungai bersih. Gambar 3.3. Tangga Universitas Sumatera Utara 4. Stasiun 4 Stasiun ini secara geografis terletak pada 02 33 ’ 53,0” LU – 099 20 ’ 05,9” BT, disebut sungai Parhitean yang terletak di Kabupaten Asahan. Sungai yang berarus deras, mempunyai endapan sedimen, sedikit berbatu dan batu terletak dipinggir, dan merupakan kawasan pemukiman penduduk. Gambar 3.4. Parhitean 5. Stasiun 5 Stasiun ini secara geografis terletak pada 02 33 ’ 58,0” LU – 099 22 ’ 1,3” BT, disebut sungai Hula-huli yang terletak di Kabupaten Toba Samosir. Sungai yang berarus deras, sedikit berbatu dan batu terletak di pinggir sungai, mempunyai endapan sedimen. Daerah ini merupakan kawasan perkebunan sawit dan persawahan. Gambar 3.5. Hula-huli Universitas Sumatera Utara

3.4. Metode Pengambilan Sampel 1. Ikan

a. Elektrofishing

Pengambilan sampel ikan batak Neolissochillus sumatranus dilakukan di setiap stasiun dengan menggunakan electrofishing dengan kekuatan 24 volt dan arus 18 ampere, dimasukkan ke dalam air sungai dan dioperasikan selama 30 menit dari hulu ke hilir dengan jangkauan hingga 50 meter. Ikan yang pingsan diambil menggunakan tanggok, kemudian disortir dan dibersihkan. Daging ikan dipisahkan dari duri dengan menggunakan pisau bedah, daging ikan yang telah dipisahkan dari duri dicuci dengan aquades, dimasukkan ke plastik clep, diberi label dan diawetkan. Sampel dibawa ke laboratorium balai riset dan standarisasi Medan, Sumatera Utara. b. Jala Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jala dengan ukuran luas 4 m 2 selama 30 menit yaitu dengan melemparkan ke arah badan sungai atau pinggir sungai dengan tiga kali ulangan. Semua hasil tangkapan sampel ikan segera difoto dengan kamera digital, disortir dan dibersihkan. Daging ikan dipisahkan dari duri dengan menggunakan pisau bedah, dan dicuci dengan aquades. Dimasukkan ke plastik clep dan diberi label, dimasukkan kedalam cool box berisi ice pack dan nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut. Pengukuran Pb dan Cd dalam daging ikan Neolissochillus sumatranus dilakukan di laboratorium balai riset dan standarisasi medan Sumut. Ikan Neolissochillus sumatranus dicuci menggunakan aquades dan dipisahkan dari durinya, diambil dagingnya. Daging ikan di blender dihomogenitaskan, ditimbang di dalam cawan sebanyak 2 gr. Selanjutnya dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 105 C selama 2 jam untuk menghilangkan unsur air dari daging ikan, diarangkan di atas api Bunsen hot plate sampai hilang asap. Kemudian cawan porselen dimasukkan ke dalam Fornace tanur dengan suhu 550 C selama Universitas Sumatera Utara ± 3 jam sampai menjadi abu. Abu yang dihasilkan dicampur dengan larutan aquabides asam campuran 1 L aquades + 1,5 ml HNO 3 , dalam labu ukur 550 ml. Disaring menggunakan kertas saring whatman no. 42, hasil saringan dibaca dengan menggunakan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer untuk mengukur kadar Pb dan Cd.

2. Air

Pengambilan sampel air dilakukan pada permukaan, tengah dan dasar sungai dengan menggunakan ember. Sampel air yang diperoleh dari masing- masing lokasi dicampur pada satu wadah yang kemudian dituang ke dalam botol polietilen. Botol polietilen ditutup dan diberi label, sampel dibawa ke laboratorium badan lingkungan hidup BLH, Sumatera Utara untuk melakukan pengukuran Cd dan Pb. Pengukuran logam berat dilakukan dengan menggunakan metoda AAS Atomic Absorbtion Spectrophotometer, alat ini dapat mendeteksi kandungan logam berat dalam contoh dengan batas deteksi untuk masing- masing logam berat adalah : Cd ≥ 0,004 ppm, Pb ≥ 0,01 ppm.

3.5. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan 3.51. Temperatur

Air Temperatur diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang berskala 0 - 50 C dimasukkan ke dalam air sedalam kurang lebih 10 cm dan dibiarkan selama 3 menit. Selanjutnya termometer tersebut diangkat dan untuk menghindari perubahan, maka kemudian temperatur langsung dibaca Barus, 2004.

3.5.2. Kecerahan Air

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Formaldehid Pada Beberapa Ikan Segar Di KUB(Kelompok Usaha Bersama) Belawan, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015

5 131 146

Kandungan Logam Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) pada Air dan Komunitas Ikan di Daerah Aliran Sungai Percut

3 140 76

Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium (Cr), Ferrum (Fe), Nikel (Ni), Zinkum (Zn) Pada Sedimen Muara Sungai Asahan Di Tanjung Balai Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 89 98

Kerang Bulu (Anadara Inflata) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Di Muara Sungai Asahan

17 113 136

Pemeriksa Cemaran Logam Berat Pb, Cd, Cu, Dan Zn Dalam Daging Rajungan, Ketam Batu, Dan Lokan Segar Yang Berasal Dari Perairan Belawan Secara Spektrometri

8 45 84

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) PADA IKAN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI WAY KUALA BANDAR LAMPUNG

2 12 50

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Air dan Sedimen di Perairan Pelabuhan Kejawanan, Cirebon

0 2 33

Status Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada Sedimen Di Perairan Dumai Bagian Barat, Riau.

1 16 80

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Sungai - Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

2 21 16

Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Perairan Sungai Asahan

1 7 15