Dari tabel 5.3.dapat disimpulkan bahwa ketika kepemilikan institusional 20 investor institusi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan dan hak kontrol atas suatu perusahaan, tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan tersebut justru tinggi. Sedangkan
ketika kepemilikan intitusional 50 yaitu perusahaan merupakan anaksubsidiary dalam suatu grup investor institusi memiliki hak
kontrol atas suatu perusahaan, tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan rendah.Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar
kepemilikan institusional pada suatu perusahaan, maka semakin rendah tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Setelah mengetahui insight data dari variabel kepemilikan institusional dan CSR, selanjutnya adalah menganalisis hubungan dari
kedua variabel tersebut. Alat analisis yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan dalam penelitian ini adalah gamma. Gamma
adalah salah satu alat di dalam crosstab yang dapat digunakan untuk menganalisis korelasi atau hubungan antar variabel berskala ordinal.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel kepemilkan institusional dan variabel CSR:
Tabel 5.4. Hubungan Variabel CSR dan Kepemilikan Institusional
Value Asymp.
Std. Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Ordinal by
Ordinal Gamma
-0,269 0,137
-1,906 0,057
N of Valid Cases 115
Tabel 5.4.memberikan informasi mengenai hubungan variabel kepemilikan institusional dengan variabel CSR yang dianalisis dengan
nilai koefisien gamma. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai koefisien gamma sebesar -0,269.Besarnya nilai tersebut menunjukkan
bahwa kekuatan hubungan antara variabel CSR dan kepemilikan institusional lemah.Nilai koefisien gamma yang negatif menunjukkan
arah hubungan yang berlawanan sehingga apabila tingkat pengungkapan CSR tinggi, maka persentase kepemilikan intstitusional
pada suatu perusahaan rendah.
b. Hubungan Kepemilikan Publik dengan CSR.
Untuk menganalisis hubungan antara variabel kepemilikan publik dan CSR, kita perlu mengetahui insight dari kedua variabel
tersebut.Analisis crosstab tabulasi silang dapat dilakukan untuk memperoleh insight data mengenai dua variabel. Berikut ini adalah
crosstab tabulasi silang antara variabel kepemilikan publik dan CSR: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5.5. Tabulasi Silang VariabelCSRdan Kepemilikan Publik
\
Kategori pertama dalam variabel kepemilikan publik adalah perusahaan dengan kepemilikan publik20.Tabel 5.5.menunjukkan
bahwa sebanyak 15 13 dari populasi sasaran kepemilikan publiknya20. Sebanyak 8 7 diantaranya mengungkapkan CSR
dengan tingkat SRDI 0,400, sebanyak4 3,5 diantaranya
mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,899, dan sisanya sebanyak 3 2,6 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI
0,900 – 1,000. Kategori kedua dalam variabel kepemilikan publik adalah
perusahaan dengan kepemilikan publik sebesar 20 - 50.Tabel 5.5.menunjukkan bahwa terdapat banyak anggota populasi yang memiliki
kepemilikan publik sebesar 20 - 50, yaitu sebanyak 95 82,6 dari populasi sasaran. Sebanyak 33 28,7 diantaranya mengungkapkan
CSR dengan tingkat SRDI 0,400, sebanyak 37 32,2 diantaranya
Variabel Kepemilikan Publik
Total 20 20 - 50 50
CSR 0,400
Jumlah 8
33 3
44 dari total
7,0 28,7
2,6 38,3 0,400 - 0,899
Jumlah 4
37 2
43 dari total
3,5 32,2
1,7 37,4 0,900 - 1,000
Jumlah 3
25 28
dari total 2,6
21,7 0,0 24,3
Total Jumlah
15 95
5 115
dari total 13,0 82,6
4,3 100,0
mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,899, dan sisanya sebanyak 25 21,7 mengungkapan CSR dengan tingkat SRDI 0,900 –
1,000. Kategori ketiga dalam variabel kepemilikan publik adalah
perusahaan dengan kepemilikan publlik50. Tabel 5.5.menunjukkan bahwa sangat sedikit anggota populasi yang memiliki kepemilikan publik
50, yaitu sebanyak 5 4,3 dari populasi sasaran. Sebanyak 3 2,6 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400, dan
sisanya sebanyak 2 1,7 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,899.
Dari tabulasi silang antara variabel CSR dengan variabel kepemilikan publik, tidak ditemukan pola hubungan diantara kedua
variabel tersebut.Tabel tersebut menunjukkan bahwa anggota populasi yang termasuk dalam ketiga kategori kepemilikan publik, lebih banyak
mengungkapkan CSR kurang detil, yaitu pada tingkat SRDI 0,400. Setelah mengetahui insight data dari variabel kepemilikan publik
dan CSR, selanjutnya adalah menganalisis hubungan dari kedua variabel tersebut. Alat analisis yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan
dalam penelitian ini adalah koefisien gamma. Gamma adalah salah satu alat di dalam crosstab yang dapat digunakan untuk menganalisis korelasi
atau hubungan antar variabel berskala ordinal. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel kepemilkan publik dan
variabel CSR: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5.6. Hubungan Variabel CSR dan Kepemilikan Publik
Value Asymp.
Std. Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Ordinal by
Ordinal Gamma
0,057 0,202
0,283 0,778
N of Valid Cases 115
Tabel 5.6.memberikan informasi mengenai hubungan variabel kepemilikan publik dengan variabel CSR yang dianalisis dengan nilai
koefisien gamma. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai koefisien gamma sebesar 0,057.Nilai koefisien gamma yang positifmenunjukkan
arah hubungan yang searah sehingga apabila tingkat pengungkapan CSR tinggi, maka persentase kepemilikan publik pada suatu perusahaan
tinggi.Besarnya nilai koefisien gamma yang berada pada range 0,000 – 0,199 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara variabel
kepemilikan publik dan CSR sangat lemah.
c. HubunganTipe Industri dengan CSR.
Untuk menganalisis hubungan antara variabel tipe industri dan CSR, kita perlu mengetahui insight dari kedua variabel tersebut.Analisis
crosstab tabulasi silang dapat dilakukan untuk memperoleh insight data mengenai dua variabel. Berikut ini adalah crosstab tabulasi silang antara
variabel tipe industri dan CSR: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5.7. Tabulasi Silang VariabelCSRdan Tipe Industri
Variabel TipeIndustri
Total Low Profile High Profile
CSR 0,400
Jumlah 23
21 44
dari total 20,0
18.,3 38,3
0,400 - 0,899 Jumlah
13 30
43 dari total
11,3 26,1
37,4 0,900 - 1,000
Jumlah 2
26 28
dari total 1,7
22,6 24,3
Total Jumlah
38 77
115 dari total
33,0 67,0
100,0
Tabel 5.7.menunjukkan bahwa populasi sasaran dalam penelitian ini lebih didominasi oleh tipe industrihigh profile, yaitu sebanyak 77 67
dari populasi sasaran.sebanyak 21 18,3 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingat SRDI 0,400, sebanyak 30 26,1 diantaranya
mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,899, dan sisanya sebanyak 26 22,6 mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,900 –
1,000. Tabel 5.7.menunjukkan bahwa anggota populasi sasaran yang
termasuk dalam kategori tipe industri low profile berjumlah 38 33 dari populasi sasaran.sebanyak 23 20 diantaranya mengungkapkan CSR
dengan tingkat SRDI 0,400, sebanyak 13 11,3 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,400 – 0,899, dan sisanya
sebanyak 2 1,7 diantaranya mengungkapkan CSR dengan tingkat SRDI 0,900 – 1,000.
Dari tabulasi silang antara variabel CSR dengan tipe industri, ditemukan hubungan diantara kedua variabel tersebut.Tabel tersebut
menunjukkan bahwa tipe industri low profile yang memiliki tingkat sensitifitas terhadap kerusakan lingkungan yang rendah cenderung
mengungkapkan CSR secara tidak lengkap. Sedangkan pada tipe industri high profile, terdapat banyak anggota populasi yang mengungkapan CSR
secara detil. Setelah mengetahui insight data dari variabel tipe industri dan
CSR, selanjutnya adalah menganalisis hubungan dari kedua variabel tersebut.Tipe industri merupakan variabel yang berskala nominal, sehingga
alat analisis yang tepat digunakan untuk menganalisis hubungan antara tipe industri dan CSR adalah Eta.eta merupakan salah satu alat analisis di
dalam crosstab yang digunakan untuk menganalisis korelasi atau hubungan dari variabel yang berskala nominal dan interval. Dalam analisis
ini tidak dilakukan pengkalsifikasian variabel CSR. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara variabel tipe industri dan
variabel CSR:
Tabel 5.8. Hubungan Variabel CSR dan Tipe Industri
Value Nominal by Interval Eta
CSR Dependen 0,847
TipeIndustri Dependen 0,351
Tabel 5.8.memberikan informasi mengenai hubungan variabel tipe industri dengan variabel CSR yang dianalisis dengan nilai korelasi eta.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai korelasi variabel tipe industri dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CSR sebesar 0,847 ketika CSR merupakan variabel dependen.Ketika tipe industri merupakan variabel dependen nilai korelasi eta sebesar 0,351.
Dari tabel hubungan variabel CSR dan tipe industri di atas dapat diketahui bahwa kekuatan hubungan antara tipe industri dan CSR sangat kuat ketika
CSR merupakan variabel dependen yang dipengaruhi tipe industri.
C. Pembahasan
1. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Tingkat Pengungkapan CSR. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
memiliki hubungan yang lemah dan negatif dengan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR. Hasil penelitian ini tidak
mendukung temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saleh, et al. 2010 yang menemukan pengaruh yang signifikan antara kepemilikan
institusional terhadap tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan publik di Malaysia. Saleh, et al. berpendapat bahwa investor institusi mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam suatu perusahaan sehingga mereka dapat meminta manajemen untuk mengungkapkan CSR secara detil. Di lain
pihak, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Fauzi, et al. 2007, Tarigan, et al. 2009, Tamba 2011, Anggraini 2011, dan Karima
2014, yang menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan publik di Indonesia. Mereka
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR. Hal ini dapat
dikarenakan Tidak seperti investor institusi di Malaysia ataupun beberapa negara maju lainnya, investor institusi di Indonesia masih tidak
memperhatikan CSR.Kurangnya kesadaran dan pengetahuan pemegang saham institusi di Indonesia terhadap pengungkapan CSR sebagai upaya
manajemen menunjukkan kinerjanya di bidang sosial dan lingkungan dapat membuat hubungan antara kepemilikan institusional dan CSR ini
lemah.Lemahnya hunungan antara investor institusi dengan CSR juga dapat dikarenakan terdapat perbedaan kepentingan antara investor institusi
dalam hal pengungkapan CSR. Selain itu, hasil analisis crosstab juga menunjukkan bahwa terdapat
banyak perusahaan dengan kepemilikan instiusional sangat rendah yang mengungkapkan CSR secara lengkap. Hal ini dikarenakan sebanyak 45
39,13 anggota populasi merupakan perusahaan pemerintah. Perusahaan milik pemerintah memiliki struktur kepemilikan yang berbeda dengan
perusahaan yang selain pemerintah, yaitu memiliki kepemilikan pemerintah di atas 50, dan kepemilikan institusional yang sangat rendah.
Perusahaan milik pemerintah melaporkan CSR secara lengkap karena perusahaan milik pemerintah telah diregulasi untuk melaporkan CSR
secara detil. Keputusan Menteri BUMN Per-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL menyatakan bahwa Badan
Usaha Milik Negara BUMN wajib melaknasakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Pada pasal 1 ayat 7 dijelaskan bahwa
Program Bina Lingkungan, adalah program pemberdayaan kondisi sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan, meliputi:bantuan korban bencana
alam; bantuan pendidikan danatau pelatihan;bantuan peningkatan kesehatan; bantuan pengembangan prasarana danatau sarana
umum;bantuan sarana ibadah; dan bantuan pelestarian alam.Hal ini membuat perusahaan milik pemerintah yang memiliki kepemilikan
institusional rendah memiliki tingkat pengungkapan CSR yang tinggi. 2. Hubungan Kepemilikan Publik dengan Tingat Pengungkapan CSR
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepemilikan publik memiliki hubungan yang sangat lemah dengan tingkat pengungkapan
Corporate Social Responsibility CSR.Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Badjuri 2011 dan
Widiana 2012 yang menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR secara signifikan.Perusahaan
yang memiliki kepemilikan publik seharusnya dapat mengungkapkan CSR secara lengkap agar publik dapat menilai baik buruknya suatu perusahaan
dan tidak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu, Perusahaan go public perlu menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dalam
rangka memperoleh legitimasi dari masyarakat. Pengungkapan CSR oleh perusahaan merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh legitimasi masyarakat karena telah memperhatikan lingkungan sosialnya.Dengan diperolehnya legitimasi dari masyarakat
maka perusahaan tersebut dapat diterima ditengah-tengah masyarakat dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat terus beroperasi secara berkelanjutan going concern. Kondisi yang mungkin menyebabkan sangat lemahnya hubungan
kepemilikan publik dengan tingkat pengungkapan CSR dapat diakibatkan karena dalam menentukan keputusan berinvestasi, publik atau masyarakat
tidak terlalu mempertimbangkan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, lemahnya hubungan antara kepemilikan publik dan CSR ini
dapat diakibatkan karena perusahaan tidak berusaha melakukan CSR untuk menarik investor publik namun mereka mencari cara lain seperti
misalnya meningkatkan laba atau kinerja keuangan untuk menarik investor publik.
3. Hubungan Tipe Indutri dengan CSR Hasil analisis data menunjukkan bahwa tipe industri memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR.Hasil penelitian ini tidak mendukung temuan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widiana 2012 yang menyatakan bahwa tipe industri tidak mempengaruhi tingkat
pengungkapan CSR secara signifikan.Widiana berpendapat bahwa saat ini industri low profile sudah banyak melakukan pengungkapan CSR secara
lengkap.Jadi secara keseluruhan, bukan parsial, perbedaan dalam hal pengungkapan CSR antara jenis industri high profile dan low profile
semakin menipis. Di lain pihak, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Anggraini 2011 yang menyatakan bahwa tipe industri
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI