mendapatkan, memperpanjang, dan untuk mempertahankan legitimasi masyarakat.
Masyarakat juga dapat menjadi bagian dalam kepemilikan suatu perusahaan. Perusahaan go public yang sahamnya dimiliki masyarakat
umum perlu menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dalam rangka memperoleh legitimasi dari masyarakat. Pengungkapan CSR oleh
perusahaan merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh legitimasi masyarakat karena telah memperhatikan
lingkungan sosialnya.
C. Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam Godfrey, et al. 2010, agency theory menjelaskan bahwa hubungan keagenan merupakan
hubungan antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi agen dan pihak lain yang bertindak sebagai prinsipal. Subramaniamdan Muttakin
2015 menyatakan bahwa agency theory menekankan hubungan prinsipal-agen antara manajer agen dan penyedia modal prinsipal
yang terdiri dari investor dan kreditor, dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan manajemen ini dapat menyebabkan munculnya asimetri
informasi antara prinsipal dan agen. Dalam suatu perusahaan, yang berperan sebagai prinsipal adalah
investor atau pemegang saham, sedangkan pihak yang berperan sebagai agen adalah manajemen.Pemegang saham mempekerjakan manajemen
untuk mengelola perusahaan agar perusahaan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi mereka.Namun karena adanya asimetri
informasi dapat memicu munculya agency conflict, dimana manajemen sebagai agen dari prinsipal lebih memprioritaskan untuk mencapai
keuntungannya sendiri dibandingkan dengan mencapai kepentingan investor sebagai prinsipal.Untuk mengatasiagency conflict ini, pihak
prinsipal perlu mengeluarkan biaya keagenan atau agency costuntuk mengawasi dan memastikan bahwa agen telah bekerja sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh mereka. Besarnya tingkat kepemilikan institusional juga dapat menambah efektivitas pengawasan terhadap kinerja
manajemen karena investor institusi harus memastikan keamanan investasinya dengan mengawasi kinerja manajemen sehingga dapat
menghalangi tindakan opportunistic yang dilakukukan oleh manajemen. Teori agensi juga dapat dikaitkan dengan pelaksanaan
CSR.Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh manajemen merupakan salah satu komitmen manajemen dalam memperlihatkan kinerjanya,
khususnya kinerja sosial kepada seluruh stakeholder. Dengan demikian, manajemen sebagai agen akan mendapatkan penilaian positif dari
investor sebagai prinsipal.
D. Corporate Social Responsibility
Ada banyak pihak dan lembaga di seluruh dunia yang telah mendefinisikan Corporate Social Responsibility CSR. World Business
Council for Sustainable Development 2002 mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga mereka, masyarakat setempat dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka. Secara umum, CSR ini berbicara tentang hubungan antara
perusahaan dengan stakeholder. Untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder, perusahaan harus memperhatikan keinginan semua
stakeholder, seperti pemenuhan ketentuan hukum, etika, kepedulian terhadap lingkungan, kepedulian terhadap masyarakat, dan kegiatan lain
yang menarik perhatian stakeholder. Negara – negara maju sangat memperhatikan isu mengenai lingkungan dan sosial seperti Hak Asasi
Manusia HAM, pendidikan, tenaga kerja, efek rumah kaca, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, hujan asam, limbah bahan berbahaya dan
beracun, pembalakan liar, pencemaran air, dan udara, serta rusaknya keanekaragaman hayati di dunia Angela, 2015.
CSR secara eksplisit berarti menunjukkan bahwa perusahaan melakukan bisnis dengan cara yang etis untuk kepentingan masyarakat
luas juga dengan kata lain CSR adalah tentang kewajiban organisasi untuk semua stakeholder. Empat dimensi CSR menurut Mardikanto
2014 adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab ekonomi, untuk keuntungan bagi pemilik.
2. Tanggung jawab hukum, untuk mematuhi hukum, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI