sabuk khusus yang dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model ini merepotkan karena sering selip ke depan atau belakang. Kemudian, desainer
pembalut mempunyai ide memberikan perekat pada bagian bawah pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam. Pada pertengahan 1980-an pembalut
bersabuk lenyap dari pasaran digantikan pembalut berperekat. Sejalan dengan perkembangan ergonomika, desain pembalut juga ikut berkembang
sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Di masa lampau pembalut tebalnya bisa mencapai dua sentimeter dan bahan penyerapnya kurang efektif
sehingga sering bocor. Untuk mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya menambahkan sayap, mengurangi ketebalan dengan memakai
bahan tertentu dan sebagainya. Desain pembalut yang awalnya hanya bentuk persegi dikembangkan menjadi lebih berlekuk-lekuk. Akibatnya,
jenis pembalut pun menjadi beragam seiring perkembangan zaman. Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari
kain kembali muncul sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita memilih memakai kain dengan alasan
kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah karena memungkinkan untuk dicuci dan digunakan berulang Lusia, 2011.
2.3. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain Kotler dan Armstrong, 2001. Sedangkan menurut Stanton dalam Umar 2005,
Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan- kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga
mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar serta tujuan perusahaan Saladin, 2003.
2.4. Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan Tjiptono, 2008. W.J.Stanton dalam Alma 2007, mengemukakan bahwa produk adalah
seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya warna, nama baik pabrik, serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli
guna memuaskan keinginannya.
2.4.1 Hierarki Produk
Pemasar perlu memahami lima tingkatan produk dalam merencanakan penawaran atau produk Tjiptono, 2008 yaitu:
1. Produk utamainti core benefit, yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
2. Produk generik, yaitu dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar rancangan produk minimal agar dapat berfungsi.
3. Produk harapan expected product, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal layak diharapkan
dan disepakati untuk dibeli. 4. Produk pelengkap augmented product, yaitu berbagai atribut produk
yang dilengkapi atau ditambahkan berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan
dengan produk pesaing. 5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang. Menurut Kotler, et al 1996, Hierarki produk terdiri dari tujuh
tingkatan: 1. Need Family, yaitu kebutuhan intidasar yang membentuk product
family. 2. Product Family, yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu
kebutuhan intidasar dengan tingkat efektivitas yang memadai. 3.
Kelas Produk product class, yaitu sekumpulan produk di dalam product family yang dianggap memiliki hubungan fungsional tertentu.
4. Lini produk product line, yaitu sekumpulan produk di dalam kelas
produk yang berhubungan erat. 5.
Tipe Produk product type, yaitu item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk produk.
6. Merek brand, yaitu nama yang dapat dihubungkandiasosiasikan
dengan satu atau lebih item dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter item tersebut.
7. Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek atau lini produk yang
dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya. Biasanya disebut stockkeeping unit atau varian produk.
2.4.2 Klasifikasi Produk
Berdasarkan wujudnya, produk diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama Tjiptono, 2008 yaitu:
1. Barang, merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, dirabadisentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan
fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahan, terdapat dua macam barang, yaitu :
a. Barang tidak tahan lama, adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
b. Barang tahan lama, adalah barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyaknya pemakaian umur ekonomisnya
untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih. 2. Jasa, merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual.
2.4.3 Atribut Produk
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau atribut dari produk tersebut. Atribut suatu produk
dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak
menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh
konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, dan atribut mana
yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen.
Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya
Sumarwan, 2003. Menurut Tjiptono 2008, atribut produk adalah unsur-unsur produk
yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan,
pelayanan, dan sebagainya.
2.5. Merek
Merek diyakini sebagai identitas dari produk atau perusahaan. Produk yang dibeli konsumen tergantung dari pengalaman dan kebiasaannya terhadap merek
tersebut. Pengalaman yang positif terhadap merek memungkinkan konsumen menggunakan merek tersebut di kemudian hari, sedangkan pengalaman yang
negatif terhadap merek memberi kemungkinan yang kecil konsumen akan mengulanginya kembali Chandra, 2008.
Merek didefinisikan sebagai suatu nama, kata, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual
produk atau jasa tertentu Kotler dan Armstrong, 2007. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbollambang, desain, warna,
gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing Tjiptono, 2008.
2.6. Perilaku Konsumen
Menurut Sumarwan 2003, Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan pada saat membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Mempengaruhi perilaku konsumen adalah
mempengaruhi pilihan konsumen agar mereka mau memilih produk tertentu dan merek tertentu yang ditawarkan oleh pemasar. Proses mempengaruhi konsumen
biasanya dilakukan melalui strategi pemasaran yang tepat.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari
pengertian tersebut: 1 proses pengambilan keputusan, dan 2 kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan
menggunakan barang dan jasa ekonomis Darmmesta dan Handoko, 2008. Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,
perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka Peter dan Olson, 1999.
Menurut Assael dalam Suryani 2008, Perilaku konsumen dapat dijelaskan melalui model stimulus-organism-response. Model tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.
Umpan balik terhadap evaluasi pasca pembelian
Komunikasi Umpan balik terhadap
perkembangan lingkungan pada strategi pemasaran
Gambar 1. Model Sederhana Perilaku Konsumen Suryani, 2008
Faktor Individual
Pengaruh Lingkungan
Respon Konsumen
Pengambilan Keputusan
2.7. Proses Keputusan Pembelian Konsumen