pegal pada paha, mudah lelah, mudah marah, sulit tidur serta muncul memar pada paha dan lengan atas. Secara umum nyeri haid akan
berangsur menghilang bila masa haid sudah berlangsung.
2. PMS Pre-Menstruation Syndrome
Menurut Shalihah 2010, PMS adalah gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi pelepasan sel
telur dari ovarium dan haid. Biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan hormon progesteron.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, diantaranya Sarasvati, 2009:
a. Usia: PMS semakin mengganggu seiring bertambah usia. b. Stres: dapat memperberat gangguan PMS.
c. Diet: terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi kadar gula, garam, kopi, teh, cokelat, produk susu, soda, dan makanan olahan.
d. Kekurangan zat gizi tertentu: seperti kurang vitamin B, vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, dan asam lemak
linoleat. e. Kebiasaan merokok dan minum alkohol.
f. Kegiatan fisik: kurang olahraga dan melakukan aktivitas. g. Melahirkan: terutama setelah melahirkan beberapa anak dan pernah
mengalami komplikasi pada kehamilan. h. Menikah: wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami
PMS dibandingkan yang belum.
2.2. Pembalut Wanita
2.2.1 Definisi Pembalut Wanita
Menurut CIC dalam Ilyasa 2004, definisi pembalut wanita adalah suatu produk manufaktur yang digunakan pada saat menstruasi dan
digunakan di luar alat kelamin. Bahan dasar yang digunakan secara umum dalam pembuatan pembalut adalah pulp, non woven, water resisting paper,
wonder gel, water proof paper, laminated, adhesive tape, dan polythylene film. Namun demikian, bahan dasar yang digunakan di industri pembalut
wanita domestik cukup bervariasi sebab diversifikasi produk pembalut wanita cukup tinggi.
Pembalut wanita adalah pembalut yang terbuat dari kapas dan bentuknya seperti lembaran. Pembalut punya pelekat di bagian bawahnya
supaya bisa dipasang dengan mudah dengan menempelkannya pada pakaian dalam. Ketebalannya bervariasi. Beberapa ada yang memiliki sayap untuk
melindungi pakaian dalam dari kebocoran dan ada yang bentuknya lebih panjang dari pembalut biasa
4
.
2.2.2 Sejarah Pembalut Wanita
Benda yang berguna untuk menampung darah menstruasi ini ternyata sudah muncul dalam catatan tertulis sejak abad ke-10. Sepanjang sejarah,
wanita menggunakan berbagai macam perlindungan menstruasi. Beberapa contoh di Museum Menstruasi antara lain adalah sejenis bantalan yang
dijahit dan celemek menstruasi. Orang Inuit Eskimo memakai kulit kelinci, sementara di Uganda yang dipakai adalah papirus. Cara yang cukup
umum adalah dengan menggunakan potongan kain tua Lusia, 2011. Berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembalut wanita seperti
rumput kering, wol, kapas, kain bekas, maupun serat sayuran. Caranya dengan dimasukkan ke dalam kantong dan diselipkan di antara kedua kaki.
Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup mangkuk menstruasi. Mangkuk ini diletakan kedalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt yang
diikat di pinggang. Pada tahun 1876, bahan dari mangkuk menstruasi tersebut diganti bahannya menjadi bahan karet yang memungkinkan dapat
menampung darah haid, lalu terus mengalir melalui selang menuju ke kantong penampungan yang digunakan di luar badan. Namun, yang
menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu saja. Orang miskin masih menggunakan kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berulang
kali, karena mereka tidak sanggup membeli menstrual cup Aditrock, 2009. Pembalut wanita sekali pakai awalnya terbuat dari wol, katun, atau
sejenisnya, berbentuk persegi dan diberi lapisan penyerap. Lapisan penyerapnya diperpanjang di depan dan belakang agar bisa dikaitkan pada
4
Pembalut Wanita, Tampon atau Pentiliner. http:pembalutwanita.multiply.com
8Mei2011
sabuk khusus yang dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model ini merepotkan karena sering selip ke depan atau belakang. Kemudian, desainer
pembalut mempunyai ide memberikan perekat pada bagian bawah pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam. Pada pertengahan 1980-an pembalut
bersabuk lenyap dari pasaran digantikan pembalut berperekat. Sejalan dengan perkembangan ergonomika, desain pembalut juga ikut berkembang
sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Di masa lampau pembalut tebalnya bisa mencapai dua sentimeter dan bahan penyerapnya kurang efektif
sehingga sering bocor. Untuk mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya menambahkan sayap, mengurangi ketebalan dengan memakai
bahan tertentu dan sebagainya. Desain pembalut yang awalnya hanya bentuk persegi dikembangkan menjadi lebih berlekuk-lekuk. Akibatnya,
jenis pembalut pun menjadi beragam seiring perkembangan zaman. Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari
kain kembali muncul sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita memilih memakai kain dengan alasan
kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah karena memungkinkan untuk dicuci dan digunakan berulang Lusia, 2011.
2.3. Pemasaran