mempengaruhi keberhasilan upaya pengembangan usaha perikanan yaitu: pemasaran, produksi, organisasi, keuangan dan permodalan. Selain itu, usaha
perikanan tangkap sangat berbeda dengan bidang-bidang lainnya. Usaha perikanan tangkap di laut relatif lebih sulit untuk diprediksi keberhasilannya,
karena sangat peka terhadap faktor eksternal musim dan iklim serta faktor internal teknologi, sarana dan prasarana penangkapan ikan dan modal.
Kerentanan dalam proses produksi akan mengakibatkan adanya fluktuasi dalam perolehan hasil tangkapannya Baskoro, 2006.
2.2 Alat Tangkap
2.2.1 Purse seine
Purse seine biasanya disebut jaring kantong, karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Purse seine kadang-kadang juga
disebut jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi, dengan
cara menarik tali kolor tersebut Sadhori, 1985. Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang dioperasikan secara
aktif, yaitu dengan cara mengejar dan melingkarkan jaring pada suatu gerombolan ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa purse seine terdiri dua jenis yaitu tipe
Amerika dan Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring. Purse seine tipe
Jepang berbentuk empat persegi panjang dengan bagian bawah berbentuk busur lingkar. Bagian pembentuk kantong pada purse seine tipe Jepang terletak
ditengah jaring Brandt, 2005. Sadhori 1985, menyatakan bahwa purse seine dibedakan berdasarkan
empat kelompok besar yaitu : 1 Berdasarkan bentuk jaring utama : persegi panjang atau segi empat,
trapesium atau potongan, dan lekuk, 2 Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan pada waktu operasi : tipe satu
kapal one boat system dan tipe dua kapal two boat system, 3 Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan : purse seine siang dan purse
seine malam,
4 Berdasarkan spesies ikan yang tertangkap : purse seine lemuru, layang, kembung, cakalang.
Prinsip penangkapan dengan menggunakan purse seine adalah melingkari gerombolan ikan dengan jaring, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan
sehingga ikan tujuan penangkapan akan terkurung pada bagian kantong, atau dengan memperkecil ruang lingkup gerakan ikan, sehingga ikan tidak dapat
melarikan diri. Oleh sebab itu, jika ikan belum terkumpul pada suatu catchable area atau berada diluar kemampuan tangkap jaring, maka dapat diusahakan ikan
datang atau berkumpul dengan menggunakan lampu atau rumpon Ayodhyoa, 1981.
2.2.2 Bagan perahu
Bagan lifnet merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara menarik waring ke permukaan air pada posisi horisontal. Pada saat pengangkatan
waring ke permukaan terjadi proses penyaringan air, ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan tersaring pada waring Fridman, 1986.
Kontruksi bagan perahu terdiri dari waring, perahu, rumah bagan anjang- anjang, lampu, serok, dan roller yang berfungsi untuk mengangkat dan
menurunkan waring Subani dan Barus, 1989. Menurut Von Brandt 2005, bagan diklasifikasikan ke dalam klasifikasi
jaring angkat lifnet karena proses pengoperasiannya, jaring diturunkan ke dalam perairan, kemudian diangkat secara vertikal, berdasarkan teknik yang digunakan
untuk memikat perhatian ikan agar berkumpul pada area, maka bagan diklasifikasikan dalam light fishing yang menangkap ikan dengan menggunakan
atraktor cahaya untuk mengumpulkan ikan. Bagan perahu menggunakan lampu atau cahaya sebagai alat bantu
penangkapan, oleh karena itu operasi tidak dimungkinkan dilakukan pada siang hari atau saat sinar bulan terang, karena cahaya menyebar merata dipermukaan air.
Penangkapan ikan dengan bagan hanya akan efektif dilakukan pada malam hari. Waktu operasi penangkapan biasanya dimulai saat matahari mulai terbenam
hingga menjelang fajar. Pada umumya ikan akan aktif dan menunjukkan sifat fototaksis yang maksimum sebelum tengah malam Gunarso, 1985.
2.2.3 Hand line
Hand line atau pancing ulur adalah salah satu alat tangkap yang paling dikenal oleh masyarakat umum, terlebih dikalangan nelayan. Prinsip penggunaan
pancing adalah dengan meletakan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali, setelah umpan dimakan ikan, maka mata pancing akan termakan oleh ikan
dan dengan tali manusia menarik ikan Ayodhyoa, 1975. Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama yaitu : tali line
dan pancing hook. Jumlah mata pancing yang terdapat pada tiap perangkat satuan pancing terdiri satu atau lebih mata pancing. Sedangkan ukuran mata
pancing bervariasi disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap Subani dan Barus, 1989.
Pancing ulur adalah sistem penangkapan yang mempergunakan mata pancing dengan atau tanpa umpan yang dikaitkan pada tali pancing dan secara
langsung dioperasikan dengan tangan manusia. Ciri khas dari alat ini adalah bisa dioperasikan di tempat yang alat tangkap lain sukar dioperasikan, misalnya
tempat-tempat yang dalam, berarus cepat atau dasar perairan yang berkarang. Alat ini dapat dioperasikan oleh satu atau dua orang.
Keberhasilan usaha penangkapan ikan pada alat tangkap pancing tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah pemilihan umpan yang cocok
untuk ikan target. Umpan berfungsi menarik perhatian ikan, sehingga ikan akan memakan umpan yang terkait pada pancing. Mekanisme ikan yang tertangkap
dengan pancing disebabkan karena ikan terangsang atau tertarik pada umpan, kemudian berusaha membawa pancing yang terdapat umpan dan akhirnya pancing
terkait pada mulutnya Subani dan Barus, 1989.
2.2.4 Payang
Menurut International Standard Statistical Classfication of Fishing Gear ISSCFG vide FAO 1990 payang digolongkan kedalam boat seine. Disainnya
terdiri atas dua sayap, badan dan kantong mirip trawl. Jaring ini dioperasikan dari kapal dan ditarik dengan dua tali selembar.
Menurut klasifikasi Von Brandt 2005 payang termasuk kelompok seine net yaitu alat tangkap yang memiliki warp penarik yang sangat panjang dengan
cara melingkari wilayah seluas-luasnya dan kemudian menariknya ke kapal atau
pantai. Seine net terdiri dari kantong dan dua buah sayap yang panjang, serta dilengkapi pelampung dan pemberat.
Jaring payang terdiri atas bagian sayap wing, badan body dan kantong code end. Semua bagian jaring ini dibuat dengan cara disambungkan mulai
bagian kantong sampai bagian sayap dimana ukuran mata jaring mesh size dari bagian kantong hingga kaki semakin membesar. Umumnya terbuat dari bahan
sintesis karena bahan tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan bahan alami, tidak perlu perlakuan seperti penjemuran serta sangat
kuat dan tidak banyak menyerap air. Nilon merupakan salah satu contoh bahan sintesis yang sangat baik untuk payang atau seine net.
Ikan yang tekurung dalam jaring payang diharapkan dapat masuk kedalam kantong. Fungsi ukuran mata jaring pada kantong hanya merupakan dinding
penghadang, semakin kecil ukuran mata jaring berarti semakin sedikit ikan yang meloloskan diri. Pembukaan kantong juga dipengaruhi oleh gaya tarik tersebut,
oleh sebab itu perlu adanya batasan ukuran mata jaring dengan pehitungan besar ikan girth. Kecepatan melingkar dan menarik jaring pada setiap operasi serta
pembukaan mulut jaring menentukan operasi penangkapan Ayodhyoa, 1981.
2.2.5 Bubu
Bubu merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia untuk menangkap ikan-ikan karang. Beberapa keuntungan
menggunakan bubu seperti: bahan mudah diperoleh dan harga relatif murah, desain dan konstruksinya sederhana, pengoperasiannya mudah, tidak memerlukan
kapal khusus, ikan hasil tangkapan masih memiliki tingkat kesegaran yang baik dan alat tangkap dapat dioperasikan di perairan karang yang tidak terjangkau oleh
alat tangkap lainnya Iskandar dan Diniah, 1999. Bubu adalah alat tangkap yang cara pengoperasiannya bersifat pasif yaitu
dengan cara menarik perhatian ikan agar masuk kedalamnya. Prinsip penangkapan bubu adalah membuat ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar dari bubu
Sainsbury, 1996. Secara garis besar komponen bubu di bagi menjadi tiga bagian, yaitu
badan body, mulut funnel dan pintu. Bubu biasanya terbuat dari bahan anyaman bambu, anyaman rotan atau anyaman kawat. Bentuk bubu sangat
bervariasi, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk sendiri-sendiri Subani dan Barus, 1989.
Unit penangkapan bubu terdiri atas perahu atau kapal, bubu dan nelayan. Pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang. Untuk
memudahkan dalam mengetahui tempat pemasangan bubu, biasanya bubu dilengkapi dengan pelampung tanda Subani dan Barus, 1989.
2.2.6 Gillnet
Gillnet secara harfiah berarti jaring insang. Alat tangkap ini disebut jaring insang karena ikan yang tertangkap oleh gillnet umumnya tersangkut pada tutup
insangnya Sadhori, 1985. Martasuganda 2002, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi
panjang, dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama dan jumlah mata jaring ke arah horisontal lebih banyak dari pada jumlah mata jaring arah
vertikal. Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pemberat dan bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat sehingga adanya dua gaya yang
berlawanan. Gillnet merupakan dinding jaring dengan bahan yang lembut dan
mempunyai daya visibilitas yang rendah. Gillnet sebagai dinding yang lebar ditempatkan di atas dasar laut untuk menangkap ikan demersal, atau seluruh
tempat mulai dari pertengahan kolom air sampai lapisan permukaan untuk menangkap ikan pelagis Sainsburry, 1996. Menurut Ayodhyoa 1981
mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan. yaitu :
1 Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan di lapisan permukaan dengan area daerah penangkapan yang sempit,
2 Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan menambahkan jangkar sehingga jenis ikan tujuan penangkapannya adalah
ikan demersal, 3 Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut di suatu perairan terbawa
arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar. Sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat
diabaikan,
4 Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan.
Secara umum cara pemasangan gillnet adalah dipasang melintang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang arah ikan dan diharapkan ikan-
ikan tersebut menabrak jaring serta terjerat gilled di sekitar insang pada mata jaring atau terpuntal entangled pada tubuh jaring. Oleh karena itu wama jaring
sebaiknya disesuaikan dengan warna perairan tempat gillnet dioperasikan Sadhori, 1985.
Menurut Martasuganda 2002, jaring insang hanyut drift gillnet adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu
dihanyutkan di bagian permukaan surface drift gillnet, kolom perairan midwatersubmerged drift gillnet atau dasar perairan bottom drift gillnet.
Besar kecilnya ukuran mata jaring mempunyai hubungan erat dengan ikan yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran ikan tertangkap.
Untuk menghasilkan tangkapan yang besar pada suatu daerah penangkapan, hendaknya ukuran mata jaring disesuaikan dengan besar badan ikan yang terjerat.
Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian tutup insangnya opperculum, maka luas mata jaring disesuaikan dengan luas penampang tubuh
ikan antara batas tutup insang sampai sekitar bagian depan dari sirip dada pectoral Ayodhyoa, 1981.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh gillnet adalah layang Decapterus spp, tembang Sardinella fimbriata, kuwe Caranx spp, selar Selaroides spp,
kembung Rastrelliger spp, daun bambu Chorinemus spp, belanak Mugil spp, kuro Polynemus spp, tongkol Auxis spp, tenggiri Scomberomorus spp dan
cakalang Katsuwonus pelamis Sadhori. 1985.
2.2.7 Sero
Sero adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan di perairan pantai, bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan yang melakukan gerakan
ke pantai atau ikan yang habitatnya di pantai. Sifat ikan sasaran, umumnya adalah berenang menyusuri pantai karena pola ruayanya dan pada waktu tertentu akan
kembali mendekati pantai Martasuganda, 2002.
Unit penangkapan sero, umunya terbuat dari kombinasi antara jaring dan bambu yang disusun menyerupai pagar. Pada prinsipnya jaring terdiri atas empat
bagian penting Barus, et al, 1991 yaitu: 1 Penaju leader net
Penaju merupakan bagian penting dari sero, berfungsi menghambat pergerakan ikan dan mengarahkan ke bagian jaring tempat ikan yang
tertangkap terkumpul. Penaju terdiri atas tiang-tiang yang dipancangkan, jarak antar tiang sekitar 1,50 meter. Panjang penaju bervariasi pada
ukuran sero. 2 Serambi trap net
Serabi adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan untuk sementara waktu sebelum memasuki kantong. Pada bagian ini ikan
dikondisikan agarpeluang untuk masuk ke dalam kantong menjadi lebih besar. Serambi berbentuk kerucut lebih efektif karena peluang memasuki
kantong bagi ikan menjadi lebih besar. 3 Kantong cribe
Kantong berguna untuk mengumpulkan ikan yang telah masuk ke dalam alat tangkap. Ukuran kantong harus cukup besar, agar mampu menjamin
hasil tangkapan tetap hidup dan mengurangi keluarnya ikan yang sudah berada di dalam. Pada bagian inilah dilakukan pengambilan hasil
tangkapan. 4 Pintu entrance
Pintu adalah tempat masuknya ikan setelah diarahkan oleh penaju. Pada bagian ini biasanya terdapat sepasang sayap wings yang berfungsi untuk
mempercepat jalannya ikan masuk ke dalam serambi. Menurut Subandi dan Barus 1989 bahwa disamping penaju, serambi,
kantong dan pintu, masih ada kelengkapan lain sebagai alat bantu penangkapan. Alat tersebut adalah sisir atau penggiring dan serok scoop net sebagai alat untuk
mengambil ikan. Lokasi yang cocok untuk pengoperasian alat tangkap sero menurut
Ayodhyoa 1981, harus memiliki kriteria sebagai berikut: 1 Merupakan perairan teluk yang terlindungi pada setiap musim,
2 Merupakan alur dari ruaya kelompok ikan ke arah pantai, 3 Topografi dasar perairan mempunyai kemiringan slope yang tidak tajam,
4 Lokasi pemasangan mudah terjangkau, dekat dengan sarana dan prasarana.
2.3 Jenis Ikan
2.3.1 Ikan layang Decapterus spp
Di Indonesia terdapat ikan layang jenis Decapterus russelli dan Decapterus macrosoma. Ikan ini hidup perairan lepas pantai dan membentuk
gerombolan besar. Panjang tubuhnya mencapai panjang 30 cm, bentuk badan agak memanjang dan agak gepeng. Dalam statistik perikanan, kedua jenis ikan
layang ini dimasukan dalam satu kategori Decapterus spp Widodo, 1988. Ikan layang selain hidup bergelombol, ikan ini termasuk ikan perenang
cepat yang hidup diperairan berkadar garam relatif tinggi 32 - 34
00
dan menyenangi perairan jernih. Ikan layang mempunyai salinitas optimum berkisar
antara 32 - 32,5
00
, ikan ini banyak terdapat di perairan yang berjarak 37-56 km dari pantai.
Pada perairan yang mempunyai suhu minimum, yaitu sebesar 17 C
biasanya ikan layang akan memijah. Ikan layang umumnya memiliki dua kali masa pemijahan pertahun dengan puncak pemijahan pada bulan Maret sampai
April musim barat dan Agustus sampai September musim timur. Menurut Asakin 1971, ikan layang muncul ke permukaan karena
dipengaruhi oleh ruaya harian dari plankton hewani zoo plankton yang terdapat disuatu perairan. Secara spesifik, makanan ikan layang terdiri dari copepoda
39, crutacea 31 dan organisme lainnya 30.
2.3.2 Ikan cakalang Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang Katsuwonus pelamis merupakan ikan pelagis besar yang memiliki tubuh membulat, memanjang dan mempunyai garis lateral. Ciri-ciri
ikan cakalang adalah terdapatnya 4 – 6 garis berwarna hitam dan memanjang di
samping badan. Umumnya ikan cakalang memiliki panjang antara 30-80 cm dengan berat 0,5
– 11,5 kg. Maksimum ukuran fork length ikan cakalang dapat mencapai 108 cm dan berat 32, 34,5 kg, sedangkan ukuran umum yang
tertangkap dapat mencapai 40 –80 cm Collete dan Nauen, 1983.
Gunarso 1988, mengatakan bahwa sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang yang bergerak menuju ke kepelauan Philipina
dan Jepang. Di perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda, Laut Flores, Laut Arafura, Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Sulawesi, Laut Aru dan
sebelah utara Irian Jaya.
2.3.3 Ikan tembang Sardinella fimbriata
Ikan tembang Sardinella fimbriata adalah ikan yang hidup dipermukaan perairan lepas pantai dan suka bergerombol pada daerah yang luas sehingga sering
tertangkap dengan ikan lemuru. Ikan tembang tersebar di perairan Indonesia hingga ke utara sampai ke Taiwan, ke selatan sampai ujung Australia dan barat
sampai ke Laut Merah. Ikan tembang juga terkosentrasi pada kedalaman kurang dari 100 meter.
Pergerakan vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, dan pada malam hari ikan tembang cenderung berenang ke permukaan dan berada di permukaan
sampai matahari terbit. Waktu malam terang, nampaknya gerombolan ikan tembang akan berpencar atau tetap berada di bawah permukaan.
Panjang tubuh berkisar antara 15 – 25 cm, warna biru kehijauan pada
bagian atas, putih perak pada bagian bawah. Sirip-sirip pucat kehijauan, tembus cahaya. Dasar sirip dubur perak dan jauh di belakang dasar sirip dorsal serta
berjari-jari lemah 16 – 19, pemakan plankton Fischer dan Whitehead, 1974.
2.3.4 Ikan teri Stolephorus sp
Di Indonesia ikan teri Stolephorus spp merupakan jenis ikan pelagis kecil. Ikan teri mempunyai sembilan jenis yaitu : Stolephorus heterolobus,
Stolephorus devisi, Stolephorus baganensis, Stolephorus tri, Stolephorus dubiousus, Stolephorus indicus, Stolephorus commersonii, Stolephorus insularis
dan Stolephorus buccaneezi. Ciri-ciri teri adalah bentuk tubuh agak bulat memanjang fusiform hampir
silindris, perut bulat dengan tiga atau empat sisik duri seperti jarum sisik abdominal yang terdapat diantara sirip dada pectoral dan sirip perut ventral,
sirip ekor caudal bercagak dan tidak bergabung dengan sirip dubur anal. Teri termasuk ikan pelagis yang menghuni pesisir dan estuari, tetapi
beberapa jenis dapat hidup antara 10 – 15 ppt. Pada umumnya ikan bergerombol,