Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Pengembangan Perikanan Tangkap
meningkat, namun dengan peningkatan upaya penangkapan akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, dan hasil tangkapan per unit upaya akan menurun.
Pemanfaatan ikan tongkol sudah mendekati batas MSY. Produksi tangkapan tongkol pada tahun 2010 mencapai 98,00 atau sebesar 1694 ton dari
nilai MSY sebesar 1729 tontahun dengan upaya pengusahaan sebesar 99,54 atau sebesar 19584 trip dari effort optimal sebesar 19675 triptahun. Hal ini
mengindikasikan alat tangkap yang digunakan sangat efektif. Peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan, karena dengan peningkatan upaya
penangkapan akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, dan hasil tangkapan per unit upaya akan menurun.
3 Over exploited, Over exploited, yaitu stok sumberdaya ikan sudah menurun, karena
tereksploitasi melebihi nilai MSY. Pada kondisi ini, upaya penangkapan harus diturunkan agar kelestarian sumberdaya ikan tidak terganggu. Jenis ikan yang
masuk dalam kriteria over exploited yaitu ikan lemuru dan selar. Ikan lemuru pada tahun 2010, tingkat pemanfaatan telah melebihi batas
MSY yaitu 108,33 dimana produksi pada tahun 2010 sebesar 468 ton dari total MSY 432 tontahun. Unit penangkapan yang digunakan untuk pengusahaan
lemuru juga sudah melebihi batas effort optimal, dimana tingkat pengusahaan telah mencapai 133,05 dari effort yang diperbolehkan yaitu sebesar 1832
triptahun. Kondisi seperti ini, upaya penangkapan harus diturunkan agar kelestarian sumberdaya ikan tidak terganggu dan sudah tidak direkomendasikan
lagi untuk dikembangkan. Pemanfaatan produksi dari sumberdaya ikan selar di Kabupaten Gorontalo
Utara pada tahun 2010 kondisinya sama dengan ikan lemuru. Produksi ikan selar pada tahun 2010 mencapai 100,95 dari nilai MSY yang sebesar 452 tontahun
dengan upaya penangkapan yang berlebihan mencapai 4205 trip dengan tingkat pengusahaan sebesar 118,99. Kondisi seperti ini, upaya penangkapan harus
diturunkan agar kelestarian sumberdaya ikan tidak terganggu dan sudah tidak direkomendasikan lagi untuk dikembangkan.
Hasil analisis pada Tabel 46, tidak semua jenis ikan masuk dalam kriteria yang dikelompokkan berdasarkan Bailey 1987 dan FAO 2000, tentang status
pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu perairan, hanya terdiri dari: 1 unexploited, artinya stok sumberdaya ikan berada pada kondisi belum
tereksploitasi, sehingga aktivitas penangkapan ikan sangat dianjurkan di perairan ini guna mendapatkan keuntungan dari produksi; 2 highly exploited, artinya stok
sumberdaya ikan baru tereksploitasi dalam jumlah sedikit kurang dari 25 persen MSY. Pada kondisi ini, peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat
dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumberdaya ikan dan hasil tangkapan per unit upaya catch per unit effort atau CPUE masih mungkin
meningkat; 3 moderately exploited, artinya stok sumberdaya ikan sudah tereksploitasi setengah dari MSY. Pada kondisi ini, peningkatan jumlah upaya
penangkapan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, akan tetapi hasil tangkapan per unit upaya mungkin mulai menurun; 4 fully
exploited, artinya stok sumberdaya ikan sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY. Disini peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan,
walaupun hasil tangkapan masih dapat meningkat. Peningkatan upaya penangkapan akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan dan hasil tangkapan
per unit upaya pasti turun; 5 over exploited, artinya stok sumberdaya ikan sudah menurun, karena tereksploitasi melebihi nilai MSY. Pada kondisi ini, upaya
penangkapan harus diturunkan agar kelestarian sumberdaya ikan tidak terganggu; 6 depleted,artinya stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun jumlahnya
mengalami penurunan secara drastis, dan upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan. Jenis ikan yang tidak termasuk dalam pengelompokkan
berdasarkan kriteria Bailey 1987 dan FAO 2000 yaitu ikan cakalang. Pemanfaatan ikan cakalang telah mencapai 72,40 dimana jumlah
produksi pada tahun 2010 sebesar 2.579 ton dari nilai MSY cakalang yang sebesar 3.562 ton. Pemanfaatan produksi ikan cakalang masih mempunyai potensi
peluang 27,60 namun tingkat pengusahan dari ikan cakalag sudah melebihi dari effort optimumnya yaitu sebesar 154,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
penangkapan ikan cakalang sudah semakin sulit dilakukan dengan tingkat pengusahaan yang berlebih namun hasilnya sedikit. Faktor yang mempengaruhi
tingginya upaya penangkapan ikan cakalang yaitu disebabkan oleh jumlah alat tangkap yang menangkap ikan cakalang. Jumlah alat tangkap yang menangkap
cakalang terdiri dari purse seine sebesar 116 unit, payang sebesar 81 unit, dan gillnet sebesar 1.023 unit.
Kondisi perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara dengan jenis ikan yang dominan tertangkap, terlihat eksploitasi terhadap sumberdaya ikan relatif tinggi
dan beberapa jenis telah mengalami overfishing, Hal ini menunjukkan bahwa usaha penangkapan tidak lagi efisien, sehingga perlu peran pemerintah dalam
mengatur sumberdaya. Menurut Widodo 2003, pada kondisi perairan yang telah mengalami tangkap lebih, peran pemerintah harus melakukan pengaturan terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan. Dengan pengelolaan yang lebih baik memungkinkan terjadinya pemulihan sumberdaya ikan yang selanjutnya akan
meningkatkan jumlah hasil tangkapan.