Hubungan atau korelasi antara nilai CPUE dengan upaya penangkapan ikan kerapu diperlukan untuk mengetahui kecenderungan produktivitas unit
penangkapan pada sumberdaya ikan kerapu. Korelasi antara CPUE dengan upaya penangkapan kerapu menunjukkan hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi
upaya penangkapan maka semakin CPUE-nya. Korelasi positif tersebut mengindikasikan produktivitas unit penangkapan akan meningkat apabila upaya
penangkapan mengalami peningkatan Gambar 55.
Gambar 55 Hubungan CPUE dengan upaya penangkapan ikan kerapu di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2003-2010.
5.3 Kelayakan Usaha Perikanan
Analisis finansial yang dilakukan dalam usaha pengembangan perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara, meliputi perhitungan biaya investasi, biaya
operasional penangkapan, biaya total, pendapatan total dan keuntungan yang dihitung berdasarkan kriteria investasi seperti, Net Benefit Cost Ratio Net BC,
Net Present Value NPV dan Internal Rate of Return IRR terhadap 8 delapan jenis alat tangkap terpilih, yang terdiri dari purse seine, bagan perahu, bubu,
pancing ulur, payang, sero, dan gillnet. Dalam penyusunannya analisis finansial usaha perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara, asumsi-asumsi dasar
yang digunakan antara lain:
Umur proyek ditentukan selama sepuluh tahun, didasarkan pada perkiraan umur ekonomis unit penangkapan ikan yang merupakan komponen
investasi terbesar. Cash flow diasumsikan bahwa tanpa proyek dianggap nol karena usaha
yang dilakukan adalah usaha baru untuk pengembangan usaha perikanan tangkap yang layak di daerah tersebut.
Harga ikan dirata-ratakan tergantung ikan yang dominan tertangkap Hari kerja adalah rata-rata pertahuntrip.
Tingkat pinjaman bunga bank yang berlaku adalah 12.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial meliputi nilai NPV, BC dan IRR diperoleh hasil seperti pada Tabel 45.
Tabel 45 Analisis finansial unit usaha penangkapan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara
No Unit Usaha Penangkapan
NPV Net BC
IRR 1
Purse seine Rp 241,082,371
1.56 24.63
2 Pancing Tuna
Rp 217,350,579 1.95
32.50 3
Bagan Perahu Rp 57,286,958
1.48 22.88
4 Payang
Rp 12,637,657 1.30
18.97 5
Pancing Ulur Rp 7,224,660
1.76 28.65
6 Sero
Rp 4,639,817 1.42
21.61 7
Bubu Rp 8,419,727
1.84 30.29
8 Gillnet
Rp 12,782,057 1.91
31.70
Sumber : Diolah dari aata primer usaha penangkapan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara
Net present value yang selanjutnya sering disebut dengan NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan
menggunakan discount factor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai Net Present Value NPV dari 8 delapan jenis alat tangkap terpilih yang di kaji berdasarkan tahun perhitungan dengan discount
rate sebesar 12 suku bunga bank BNI menunjukkan bahwa usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine, pancing tuna dan
bagan perahu mempunyai nilai NPV yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Purse seine mempunyai NPV terbesar yaitu Rp
241.082.371 dalam 10 tahun, diikuti dengan pancing tuna dan bagan perahu
secara berturut-turut dengan nilai NPV sebesar Rp 217.350.579 dan Rp 57.286.985 dalam 10 tahun. Berdasarkan kriteria NPV maka alat tangkap purse
seine dan pancing tuna dan bagan perahu dikatakan layak dengan masa pengusahaan 10 tahun.
Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara keuntungan bersih dari usaha perikanan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha
perikanan. Net BC dari masing-masing unit penangkapan menggambarkan berapa kali lipat benefit yang akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Dari hasil
analisis yang dilakukan terhadap 8 delapan jenis alat tangkap dengan discount factor yang sama dengan perhitungan NPV yaitu sebesar 12 suku bunga bank
BNI, diketahui bahwa untuk pengusahaan dalam jangka waktu 10 tahun semua unit penangkapan mempunyai nilai net BC lebih dari 1 satu. Tiga urutan
terbesar nilai net BC dari unit usaha penangkapan ikan yaitu pancing tuna dengan net BC 1,95 gillnet dengan net BC 1,91 dan bubu dengan net BC 1,81.
Internal Rate of Return IRR merupakan indikator efisiensi dari suatu investasi, dalam hal ini usaha unit perikanan. IRR bertujuan untuk mengetahui
persentase keuntungan dari suatu usaha setiap tahun dan juga merupakan alat ukur bagi kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR dapat juga
dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Internal Rate of Return IRR dari 8
delapan unit usaha penangkapan menunjukkan bahwa persentase yang dihasilkan masih lebih besar dari bunga bank yang sebesar 12, sehingga bisa
dikatakan unit dari usaha tersebut layak untuk dijalankan. Dari ketujuh unit usaha yang dianalisis, unit usaha dengan nilai IRR tertinggi adalah unit usaha pancing
tuna yaitu sebesar 32,50. Selanjutnya unit usaha dengan nilai IRR tertinggi lainnya adalah gillnet dah bubu dengan nilai IRR secara berturut-turut masing-
masing sebesar 31,70 dan 30,29.
5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Pengembangan Perikanan Tangkap
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan analisis SEM seperti yang di
jalaskan pada Gambar 56, yang meliputi produksi ikan X
1
dipengaruhi oleh
musim X
1.1
, jarak antara daerah fishing ground dan fishing base X
1.2
zona penangkapan ikan X
1.3
, unit penangkapan ikan X
2
dipengaruhi oleh : efektifitas menangkap ikan X
2.1
, kemudahan pengoperasian alat tangkap X
2.2
, kemudahan perbaikan alat tangkap X
2.3
, ramah lingkungan X
2.4
, keamanan hasil tangkapan X
2.5
, sarana dan prasarana X
3
dipengaruhi oleh : TPI dan pelabuhan perikanan X
3.1
, penyediaan es X
3.2
, tempat penampungan ikan X
3.3
, sarana informasi X
3.4
, tempat pengolah ikan X
3.5
, bengkel X
3.6
, BBM X
3.7
, kedai nelayan X
3.8
, aspek sosial nelayan X
4
dipengaruhi oleh : tingkat kepercayaan X
4.1
, kemampuan berkelompokberorganisasi X
4.2
, kecintaan terhadap pekerjaan X
4.3
, tenaga kerja X
4.4
, keamanan, kepastian hukum dan pengawasan X
5
dipengaruhi oleh: kepastian hukum X
5.1
, keamananX
5.2
, pengawasan X
5.3
, aspek ekonomi X
6
dipengaruhi oleh : pasar X
6.1
, kemitraan X
6.2
, dukungan modal X
6.3
, kestabilan harga ikan X
6.4
, kemudahan perizinan X
6.5
Sedangkan variabel unit penangkapan ikan Y
1
dipengaruhi oleh : purse seine Y
1.1
, pancing ikan tuna Y
1.2
, bagan perahu Y
1.3
, bubu Y
1.4
, pancing ulur Y
1.5
, payang Y
1.6
sero, Y
1.7
gillnet Y
1.8
dan sasaran pengembangan Y
2
dipengaruhi oleh : menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah Y
2.1
, peningkatan produksi hasil tangkapan Y
2.2
, menjamin mutu hasil tangkapan ikan Y
2.3
. Setelah dilakukan analisis dari model pengembangan perikanan tangkap,
maka dilakukan pengujian terhadap asumsi dasar SEM. Pengujian hipotesis uji kesesuaian model penelitian bahwa H
: Matriks kovariansi data sampel tidak berbeda dengan maktriks populasi yang di estimasi. Dengan kriteria uji: H
diterima, jika nilai p- hitung ≥ 0,05; RεSEA ≤ 0,08 dan CFI ≥ 0,90.
Gambar 56, menunjukkan nilai p-hitung = 0.00 0,05, nilai Root Mean Square Error of Approximation of Approximation RMSEA = 0,054 0,08, dan
nilai Comparative Fit Indeks CFI = 0,71 0,90. Maka, H
1
diterima atau H ditolak, artinya model yang diuji tidak mampu mengestimasi matriks kovariansi
populasi atau hasil estimasi parameter model tidak dapat diberlakukan pada populasi penelitian. Dengan demikian hasil pengujian kesesuian model
pengembangan perikanan tangkap menunjukkan model pengukuran tidak fit dengan data, maka model perlu diperbaiki.
0.040
-0.92
9.28 4.27
1.45 2.22
2.23 2.34
0.66 2.36
2.44 7.89
11.39 -2.03
1.23
2.55 2.88
3.51 2.88
20.30 1.16
1.05 11.53
3.65 6.00
5.34 11.14
10.75 4.30
4.19 1.85
5.11 4.07
4.19 2.97
-2.62 8.73
1.93 9.64
4.09
Y1
R² = 0.00084
Y2
Y
1.1
Y
1.2
Y
1.3
Y
1.4
Y
1.6
Y
1.5
Y
1.7
Y
1.8
Y
2.1
Y
2.2
Y
2.3
X1
X2
X3
X4
X5 X6
X
2.1
X
1.1
X
1.2
X
1.3
X
2.2
X
2.3
X
2.4
X
2.5
X
3.1
X
3.2
X
3.3
X
3.4
X
3.5
X
3.7
X
3.6
X
3.8
X
4.4
X
4.3
X
4.2
X
4.1
X
5.1
X
5.3
X
5.2
X
6.5
X
6.4
X
6.3
X
6.2
X
6.1 0.24
-36.41 45.56
2.17
4.56
11.48
Chi Square = 893.90, df =695, P-value = 0.00, RMSEA = 0.054, CFI =0.71
Gambar 56 Estimasi model pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara yang belum fit.
Langkah berikutnya adalah melakukan modifikasi terhadap model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang telah dilakukan seperti yang terlihat pada
Gambar 57.
8.93 1.55
3.11
2.71 1.69
4.53 5.78
5.32 5.70
6.94
4.41 3.26
2.98
6.04 7.70
8.53 5.27
7.38 7.61
3.24 6.60
7.69 6.86
7.40 5.46
5.73 5.92
6.18
5.18 8.51
9.21
Y1
R² = 0.98
Y2
R² = 0.32
Y
1.1
Y
1.2
Y
1.3
Y
1.6
Y
1.5
Y
2.1
Y
2.2
Y
2.3
X1 X2
X3
X4
X5 X6
X
2.1
X
1.1
X
13
X
2.2
X
2.4
X
3.1
X
3.2
X
3.3
X
3.5
X
3.7
X
4.4
X
4.3
X
4.2
X
4.1
X
5.1
X
5.3
X
5.2
X
6.4
X
6.3
X
6.2
X
6.1 5.02
4.40
1.48
0.41
1.57
Chi Square = 285.84 df =355, P-value = 0.90, RMSEA = 0.061, CFI =0.97
Gambar 57 Estimasi model pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara yang sudah fit.