5.02 Pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara

penangkapan. Analisis finansial akan berdampak pada kondisi ekonomi nelayan, artinya dengan melakukan analisis finansial sebaik mungkin maka keuntungan yang diperoleh akan diestimasi sebaik mungkin sehingga dapat dipastikan bahwa kondisi ekonomi nelayan meningkat. Hasil analisis finansial berdasarkan nilai NPV net present value, net BC ratio net benefit cost ratio dan IRR Internal Rate of Return merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor. Nilai NPV merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa akan datang yang didiskontokan. Nilai NPV usaha perikanan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara untuk usaha perikanan berturut-turut adalah bagan perahu Rp 57.286.958, purse seine sebesar Rp 241,082,370, pancing tuna Rp 217,350,579, payang Rp 12.637.657, pancing ulur Rp 7.224.660, bubu Rp 8.419.727, sero Rp 4.639.817, dan gillnet 12.782.057. Nilai NPV menyatakan bahwa nilai kas bersih pada saat yang akan datang lebih besar nilainya dari nilai investasi yang ditanamkan. Dari hasil diatas diperoleh bahwa nilai NPV usaha perikanan bagan perahu memiliki cadangan nilai kas bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan purse seine, pancing tuna, payang, pancing ulur, bubu, sero serta gillnet. Artinya dengan meningkatkan hasil dari usaha perikanan bagan perahu akan mempercepat peningkatan biaya pengembalian modal usaha, dan untuk investasi awalnya tidak diperlukan dana yang besar. Dengan memaksimalkan usaha perikanan bagan perahu maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar, dan nelayanpun dapat memastikan bahwa insentifnya akan meningkat untuk perbaikan kondisi ekonominya. Nilai net BC Ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu usaha akan dikatakan layak apabila nilai net BC ≥ 1 positif, dan dikatakan tidak layak apabila nilai net BC ≤ 1. Dari perhitungan nilai net BC ratio usaha perikanan tangkap diperoleh nilai positif untuk semua jenis alat tangkap yang digunakan. Nilai untuk usaha perikanan purse seine sebesar 1.56; pancing tuna 1.95; bagan perahu 1,48; bubu 1,84; pancing ulur 1,76; payang 5.1,30; sero 1,42; dan gillnet 1,91. Nilai net BC ratio yang positif menunjukkan bahwa semua jenis usaha perikanan diatas layak untuk dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara, karena dari penerimaan atau hasil yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam produksi menggunakan alat tangkap tersebut lebih besar atau sama dengan satu. net BC ratio ≥ 1. Analisis nilai IRR diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai NPV yang dikurangi faktor bunga bank yang paling atraktif paling berpengaruh. Nilai IRR ini merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu usaha atau investasi. Dalam melakukan investasi, hal yang harus diperhitungkan adalah laju pengembalian investasi yang dilakukan lebih besar dibanding dengan laju pengembalian apabila melakukan usaha ditempat yang lain, misalnya bank atau deposito. Dari hasil perhitungan nilai IRR diperoleh nilai IRR untuk usaha perikanan purse seine sebesar 24,63, pancing tuna 32,50, bagan perahu 22,88, bubu 30,29, pancing ulur 28,65, payang 18,97, sero 21,61, dan gillnet 31,70. Jika digunakan pembanding suku bunga BNI sebesar 12 pertahun, maka nilai tingkat pengembalian investasi usaha perikanan yang dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi. Pengembangan unit penangkapan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara, perlu perhatian dan kesadaran yang khusus dari para nelayan dalam mengelola usaha tersebut, serta peran aktif pemerintah sebagai fasilitator dalam mengembangkan usaha yang nantinya akan dikembangkan oleh masyarakatnya. Peran aktif pemerintah yang berkaitan dengan perbaikan dan peningkatan faktor finansial tersebut dapat meliputi, kegiatan sosialisasi mengenai penerapan teknologi, penerapan tata cara dan efisiensi pengelolaan alat dan investasi, sistem manajemen usaha khususnya dalam analisis finansial usaha. Kegiatan lain yang merupakan peran aktif pemerintah adalah trainingpelatihan yang dilaksanakan oleh tenaga penyuluh dalam rangka analisis finansial usaha dan perbaikan harga input produksi maupun output produksi ; pembangunan infrastruktur penunjang, misalnya tempat pelelangan ikan agar nelayan bisa menjual ikan hasil tangkapan dengan harga yang layak dan stabil ; serta menyediakan media informasi yang dapat digunakan oleh nelayan sebagai pusat informasi harga ikan. Penjualan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara saat tidak melewati pelelangan, umumnya nelayan menjual ikan melalui beberapa cara: 1 sistem calo atau perantara, yaitu seseorang yang sudah dikenali oleh nelayan pemilik usaha penangkapan, pekerjaannya adalah membawa ikan hasil tangkapan nelayan kepada pembeli dan menetapkan harga beli sesuai dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan pemilik usaha. Dari kesepakatan antara nelayan pemilik usaha dan perantara tersebut, maka perantara mendapatkan 5 – 10 harga jual, dimana harga jual tersebut bergantung pada musim, 2 nelayan pemilik usaha menjual ikan hasil tangkapannya langsung kepada pedagang pengumpul karena sudah terikat kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, kemudian pedagang pengumpul tersebut yang akan membawa hasil tangkapan untuk dijual ke pasar, 3 nelayan pemilik usaha menjual langsung hasil tangkapannya ke pasar. Cara ini memberikan pendapatan kepada nelayan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dibanding dengan perantara atau pedangang pengumpul, namun waktu dan tenaga nelayan menjadi tersita karena harus berperan ganda sebagai penangkap ikan dan penjual langsung, 4 nelayan pemilik usaha menjual kepada pedagang atau melayani pembeli secara langsung dirumah nelayan atau ditempat lain, tanpa adanya kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Dengan cara ini nelayan dapat menghemat waktu dan tenaga. Meskipun usaha perikanan tangkap seperti purse seine, pancing tuna, bagan perahu, dan payang dinyatakan menguntungkan, nelayan pemilik usaha harus memahami sejumlah pengetahuan dasar atau karakteristik khusus tentang usaha tersebut tersebut agar tidak mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya. Sejumlah karakteristik yang harus diperhatikan nelayan pemilik usaha untuk mengusahakan ikan adalah; ikan tersebut memiliki nilai jual yang tinggi atau merupaka jenis ikan yang disenangi konsumen, cara penangan ikan yang ceat dan tepat, misalnya penerapan sistem dingin selama ikan belum sampai ketangan konsumen atau memperpendek aliran pemasaran ikan agar ikan langsung ke tangan konsumen. Kelayakan ekonomi perlu memperhatikan hasil total, produktifitas dan keuntungan bersih yang diperoleh dari keseluruhan sumber yang dipakai dalam usaha perikanan. Bagi para pengambil keputusan, yang penting ialah mengarahkan penggunaan sumberdaya perikanan tangkap yang dapat memberikan hasil yang paling banyak untuk perekonomian secara keseluruhan, yaitu yang menghasilkan social return atau economic return yang paling tinggi.

6.3 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Perikanan Tangkap

Berdasarkan hasil analis SEM bahwa hanya satu faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tangkap yaitu aspek ekonomi. Hal ini karena memberikan pengaruh signifikan dengan nilai X 6 2,71 1,96 pada α=0,05 dan nilai koefesien determinasi R 2 = 0.98 artinya bahwa model tersebut mampu dijelaskan sebesar 98 persen. Aspek ekonomi dipengaruhi oleh pasar, dukungan modal, kemitraan, dan kestabilan harga. Pasar dibutuhkan dalam menunjang pengembangan perikanan tangkap. Pemasaran hasil tangkapan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara, sebagian besar ditentukan oleh para pembeli atau konsumen buyer market. Kondisi ini mengakibatkan harga jual produk perikanan pada umumnya atau seringkali kurang menguntungkan produsen nelayan. Ada faktor yang membuat pemasaran hasil tangkapan ikan di Kabupaten Gorontalo Utara masih lemah, yaitu 1 lemahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi tentang pesaing, segmen pasar, dan selera preference para konsumen tentang jenis dan mutu komoditas perikanan; 2 belum memadainya prasarana dan sarana yang menunjang sistem pemasaran untuk mendukung distribusi atau penyampaian delivery hasil tangkapan dari nelayan ke konsumen secara tepat waktu. Dukungan modal memiliki peranan penting dalam memperbesar meningkatkan produksi hasil tangkapan ikan. Berdasarkan pendekatan ekonomi, bahwa setiap penambahan modal akan memperbesar output dalam setiap kegiatan penangkapan. Kebutuhan terhadap unit penangkapan, alat bantu pengumpul ikan, BBM dan faktor produksi lain yang akan memudahkan setiap kegiatan penangkapan, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya ikan yang berpotensi untuk di kelola. Permasalahan utama yang sering dihadapi nelayan adalah kurangnya dukungan modal. Kemitraan usaha yang dikembangkan bertujuan membantu terwujudnya suatu kemitraan yang menyetarakan posisi nelayan dengan posisi pengusaha atau investor. Kemitraan yang terbentuk diharapkan dapat menyinergikan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perikanan tangkap, khususnya nelayan, pengusaha, industri pengolahan ikan, dan masyarakat sekitar, menyelaraskan konflik kepentingan yang ada, dan mengoordinasikan semua pihak yang terlibat. Kemitraan dapat berfungsi sebagai berikut: 1 Menjamin kesinambungan pasok hasil tangkapan ikan dari nelayan untuk industri, konsumen dan kebutuhan pasar ekspot, sehingga akan mempengaruhi harga, 2 Menetapkan tingkat mutu, dan ukuran ikan, yang konsisten dan sesuai dengan selera konsumen, 3 Dapat mengidentifikasi sumber dana yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap. Kestabilan harga jual hasil tangkapan juga merupakan salah satu faktor penting, karena umumnya harga ikan relatif fluktuatif bergantung pada kualitas dan kuantitas hasil tangkapan. Fenomena lain yang sering menjadi permasalahan dalam upaya menjaga harga ikan yakni adanya aktifitas tengkulak yang sering merugikan nelayan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengadakan kegiatan kemitraan baik berupa pembentukan koperasi nelayan, menjalin kerjasama dengan pengusaha lokal dan eksportir, ataupun menjalin kerjasama dengan perusahaan pengolahan ikan.

6.4 Model Pengembangan Perikanan Tangkap

Berdasarkan analisa sumberdaya ikan, kelayakan finansial unit penangkapan ikan dan analisis SEM untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara diperoleh beberapa langkah yang diharapkan dapat dilakukan dalam rancangan model pengembangan perikanan tangkap di daerah tersebut. Salah satunya adalah menentukan jenis ikan yang layak dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan kriteria MSY dan selanjutnya di lihat tingkat pemanfaatan dan peluang pengusahaan jenis ikan tersebut, menentukan unit penangkapan ikan yang layak berdasarkan aspek finansial, mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh dalam pengembangan perikanan tangkap, dan selanjutnya melihat aspek penunjang pengembangan perikanan tangkap berdasarkan hasil survei seperti terlihat pada Gambar 58.