pembiayaan pembangunan infrastruktur, 4 mendorong sinergisitas hubungan kota dan desa, serta 5 memastikan transisi penggunaan lahan pedesaan menuju
perkotaan berjalan secara alamiah dan terarah Cho, 2006. Terdapat beberapa faktor bagi para perencana planner dalam melakukan
pusat pertumbuhan di suatu daerah, seperti faktor tekanan pertumbuhan growth pressures, kekuatan defleksi potential deflection, dan kekuatan fiskal fiscal
strength. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor utama dalam menentukan pertumbuhan suatu kota. Faktor ini mempunyai kekuatan mendeterminasi masa
depan sebuah pusat pertumbuhan di suatu wilayah. Apabila secara legalitas mempunyai kekuatan hukum, sehingga tidak rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan sekitarnya. Faktor berikutnya adalah kepemilikan lahan, faktor ini tidak mudah diintervensi oleh kebijakan dan regulasi karena status yang umumnya
jangka panjang. Terakhir adalah estimasi kapasitas institusi terkait untuk keberlanjutan suatu batas pusat pertumbuhan di suatu wilayah Avin and Bayer,
2006. Dinamika kegiatan pertumbuhan di suatu wilayah khususnya perkotaan,
biasanya merupakan kondisi yang dapat meningkatkan pertumbuhan pada wilayah-wilah disekitarnya. Apabila tidak terkendali, maka kegiatan di perkotaan
tersebut akan dapat menjadi hambatan dalam pengembangan potensi wilayah. Terhambatnya
pertumbuhan sebagai
penggerak pengembangan
sosial, kependudukan,
ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan
secara berkesinambungan di wilayahnya. Hal ini, karena adanya urban dari daerah
sekitar kota yang tidak siap untuk mengembangkan kota. Canales, 1999. Healey 2004 menjelaskan tentang new strategic spatial planning in
Europe, suatu bahasan pengelolaan ruang yang optimal dalam jurnal internasional Urban and Regional Research. Ada beberapa alasan perlunya langkah operasional
rencana pengembangan kawasan, tetapi kenyataannnya masih sulit untuk dilaksanakan dan bahkan menjadi perdebatan para planners Eropa. Alasannya
masih diperlukan adanya arahan kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan pembangunan, antara lain karena masih ada permasalahan pada pengkoordinasian
kebijakan khususnya dengan pemerintah lokal dalam mencari cara bagaimana membuat wilayah kabupaten atau kota lebih ekonomis dan kompetitif dalam
mengembangkan kawasan. Konsep kebijakan dan strategi dalam pengembangan kawasan sering disebut perencanaan kebijakan dan strategi dalam penataan
kawasan strategic settlement planning. Model dan perencanaan kebijakan dan strategi pengembangan, telah mulai dikembangkan dibeberapa negara termasuk
Indonesia khususnya untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010, bahwa program
pengembangan kawasan minapolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan kelautan dan perikanan pada sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dengan tujuan: 1 Meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha dan kualitas
produk kelautan dan perikanan, 2 Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudaya dan pengolah ikan yang
adil dan merata, 3 Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak perekonomian rakyat.
Selanjutnya dalam mencapai tujuan, maka pendekatan yang dilakukan untuk mencapai pengembangan kawasan minapolitan sebagai berikut:
1 Ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah, dimaksudkan untuk mendorong penerapan manajemen ekonomi, meningkatkan efesiansi
dalam menggunakan sumberdaya sekaligus mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran hasil
dan pengelolaan lingkungan yang baik, 2 Kawasan ekonomi unggulan, diarahkan memacu pengembangan
komoditas yang memiliki kriteria a bernilai ekonomis tinggi, b bersedianya teknologi, c permintaan pasar besar dan d dapat di
kembangkan secara masal,
3 Sentra produksi, dimana minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap mata
pencaharian dan kesejahteraan masyarakat. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan
dan mutu terjamin, 4 Unit usaha, dimana seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan
prinsip bisnis secara profesional dan berkembang dalam satu kemitraan usaha yang saling memperkuat dan menghidupi,
5 Penyuluhan, diarahkan pada penguatan kelembagaan dan pengembangan kawasan. Penyuluh akan berperan sebagai fasilitator dan pendamping
program. Lintas sektor, bahwa pengembangan minapolitan dengan dukungan dan
kerjasama berbagai instansi terkait untuk mendukung program antara lain penyediaan sarana dan prasarana penunjang program, tata ruang wilayah,
penyediaan air bersih, BBM serta akses lain. Pengembangan wilayah yang dihuni oleh nelayan atau kawasan pesisir
merupakan wilayah yang bersifat dinamis dan merupakan tantangan bagi perencanaan wilayah dengan tingkat ketidakpastian dan dinamika yang tinggi.
Lingkungan kelautan masih sedikit dimengerti, jika dibandingkan dengan wilayah darat. Perlu pendekatan yang terencana dalam mengembangkan wilayah di
pesisir, selanjutnya dibutuhkan komunikasi yang baik antara berbagai stakeholder untuk bersama-sama bekerja dan berpikir dalam mengembangkan wilayah Stead
dan McGlashan, 2006. Pendekatan pengelolaan suatu wilayah akan lebih efektif, apabila terdapat
pihak-pihak yang pro aktif untuk mengelola sumberdaya sesuai dengan kaidah- kaidah pengelolaan yang lestari dengan dukungan pemerintah dan masyarakat
nelayan secara bersama. Bila terdapat kejanggalan dalam pemanfaatan sumberdaya, maka secepatnya mencari solusi guna pemecahan masalah Fletcher
dan Pike, 2007 Pengembangan wilayah kawasan di daerah pesisir salah satu tujuannya
adalah pemberdayaan masyarakat atau nelayan yang kurang beruntung atau dalam kategori masyarakat miskin. Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pemanfaatan sumberdaya yang ada di sekitarnya dengan dukungan peningkatan sumberdaya nelayan, pematangan dalam berorganisasi dan manajemen dalam
berwirausaha. Dalam mengembangkan suatu wilayah, khususnya wilayah pesisir, perlu mengkombinasikan partisipasi masyarakat atau nelayan serta dukungan
pemerintah, lembaga non pemerintah, akademisi, atau institusi lainnya yang terkait dalam kemajuan pengembangan wilayah di daerah pesisir White, 2005.
Pengembangan kawasan dengan memanfaatkan potensinya perlu menetapkan bentuk kebutuhan ruang sumber daya alam dan lahan yang optimal.
Hal ini, untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, serta bagaimana mengatasi ketidakseimbangan akses distribusi penduduk lokal dalam berinteraksi
dengan wilayah pusat pertumbuhan perkotaan. Untuk itu, perlu menetapkan kriteria dalam kebijakan dan strateginya, yaitu 1 skala pengelolaan, 2 posisi
kota dan wilayahnya, 3 regionalisasi, 4 kelayakan, 5 konsep pengembangan, dan 6 bentuk-bentuk representasi hubungan integrasi fungsional. Semua kriteria
ini, selanjutnya dijabarkan dalam langkah kebijakan dan strategi untuk mengoperasionalkan perspektif pengembangan ruang kawasan.
2.6 Analisis Manfaat dan Kelayakan Investasi
Investasi adalah usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali atau perluasan proyek.
Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh manfaat keuangan dan atau non keuangan yang layak dikemudian hari. Investasi dapat dilakukan oleh orang
perorang, perusahaan swasta, maupun badan-badan pemerintah Sutojo, 1995. Pada prinsipnya analisis investasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
tergantung pihak yang berkepentingan langsung dalam suatu proyek, yaitu : 1 Analisis finansial, dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam
proyek adalah individu atau kelompok individu yang bertindak sebagai investor dalam proyek. Dalam hal ini, maka kelayakan proyek dilihat dari
besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima investor tersebut, 2
Analisis ekonomi, dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini,
maka kelayakan proyek dilihat dari besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima oleh masyarakat.
Husnan 1994, mengatakan bahwa banyak manfaat yang dimaksud dengan kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
yang biasanya merupakan proyek investasi, jika dilaksanakan dengan berhasil. Selanjutnya dijelaskan pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan
menyangkut tiga aspek, yaitu : 1 Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri sering juga
disebut sebagai manfaat finansial. Ekonomis berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek
tersebut, 2 Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilakukan
sering juga disebut manfaat ekonomi nasional yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara,
3 Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek. Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total, atau
produktivitas atau keuntungan yang di dapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa
melihat pihak mana yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan pihak mana dalam masyarakat yang menerima hasil dari pada proyek tersebut.
Setiap usulan investasi selalu mempunyai resiko. Semakin tinggi resiko suatu investasi, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta para
pemilik modal. Hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan dipertimbangkan dalam penilaian investasi.
Bagi para pengambil keputusan, yang penting adalah mengarahkan penggunaan sumber-sumber yang langka kepada proyek-proyek yang dapat
memberikan hasil yang paling banyak untuk perekonomian sebagai keseluruhan, artinya yang menghasilkan social returns atau economic returns yang paling
tinggi. Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya
suatu proyek telah di kembangkan beberapa indeks. Indeks-indeks tersebut adalah investment criteria. Hakekat dari semua kriteria tersebut adalah mengukur
hubungan antara manfaat dan biaya dari proyek. Setiap kriteria mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga dalam menilai kelayakan proyek sering
digunakan lebih dari satu kriteria. Dari beberapa kriteria yang ada, tiga diantaranya adalah 1 Net Present Value NPV, 2 Net Benefit-Cost ratio Net
BC, 3 Internal Rate of Return IRR Ketiga kriteria tersebut digunakan untuk menentukan diterima tidaknya suatu usulan proyek dengan tingkat keuntungan
masing-masing. Melihat manfaat finansial ekonomi dari pengembangan usaha perikanan
tangkap, maka dilakukan studi kelayakan investasi yang ditanamkan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang manfaat investasi, maka digunakan
kriteria investasi yang dinyatakan dengan indeks. Indeks-indeks tersebut sebagai kriteria investasi, setiap indeks menggunakan nilai kini present value yang telah
di diskont dari setiap arus manfaat dan biaya selama umur suatu usaha atau investasi.
Penilaian atas suatu investasi dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan yang diperoleh akibat investasi tersebut dengan semua pengeluaran
yang harus dikorbankan selama proses investasi dilakukan. Baik penerimaan maupun pengeluaran dinyatakan dalam bentuk uang agar dapat dibandingkan dan
harus dihitung pada waktu yang sama. Dalam analisa ini akan dikembalikan pada nilai kini present value. Karena baik penerimaan maupun pengeluaran berjalan
bertahap, maka terjadi arus pengeluaran dan penerimaan yang dinyatakan dalam bentuk arus tunai cash flow.
2.7 Analisis SEM Structural Equation Modelling
Analisis SEM Structural Equation Modelling atau model persamaan struktural adalah teknik analisis multivariat yang dapat menguji hubungan antar
variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model Ghazali dan Fuad, 2005.
Langkah pertama dalam pengembangan SEM adalah pencarian sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis. Untuk pengembangan model teoritis,
harus dilakukan kajian deduksi teori dan eksplorasi ilmiah dari telaah sejumlah pustaka maupun hasil penelitian empiris terdahulu untuk memperkuat pembenaran
hubungan kausalitas variabel yang diasumsikan dalam model. Tanpa pertimbangan teori yang kuat maka SEM tidak dapat digunakan. Hal ini
disebabkan karena SEM tidak digunakanuntuk menghasilkan sebuah model,
melainkan digunakan untuk mengkomfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik Ferdinand 2006. Keyakinan untuk mengajukan sebuah model kausalitas
dengan menganggap adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, bukan didasarkan pada metode analisis yang digunakan, tetapi haruslah
berdasarkan pada pertimbangan teoritis yang mapan Hair et.al 2006. Umumnya analisis SEM digunakan dalam penelitian prilaku manusia dan
dapat dikelompokan sebagai analisis faktor dan regresi atau analisis jalur. SEM dapat juga menguji model secara bersama-sama, baik model structural
hubungannilai loading antara konstruk independen dan dependen, maupun model meansurement hubungannilai loading antara indikator dengan
konstrukvariabel laten. Analisis SEM yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan piranti
lunak software Liser Linier Structural Relation dan AMOS Analisis of Moment Structural. Sedangkan piranti lunak yang biasa digunakan untuk
mengolah data model SEM adalah PRELIS dan SIMPLIS. Tahapan analisis yang dilakukan dalam analisis SEM adalah :
1 Konseptualisasi model,
yaitu proses
yang berhubungan
dengan pengembangan
hipotesis berdasarkan
teori sebagai
dasar dalam
menghubungkan variabel laten variabel yang tidak dapat di ukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi dengan
variabel laten lainnya, dan juga dengan indikator-indikatornya. Variabel laten dalam SEM terdiri dari variabel eksogen yaitu variabel independen sehingga
tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu model. Konseptualisasi model merupakan gambaran persepsi tentang hubungan variabel eksogen dan
variabel endogen berdasarkan teori, dan mereflesikan pengukuran variabel melalui berbagai indikator yang diukur. Dalam penelitian ini diklasifikasi
variabel endogen atau variabel eksogen di tentukan oleh program software. 2 Penyususnan diagram alur, yaitu diagram yang memvisualisasikan hipotesis
yang telah dibangun dalam konseptualisasi model. Manfaat penyusunan diagram ini adalah untuk memudahkan pembahasan langkah-langkah SEM
berikutnya,
3 Spesifikasi, yaitu menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi,
4 Identifikasi model, dalam tahap ini yang diperoleh dari data yang diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dari data yang
diperoleh, 5 Estimasi parameter, setelah model struktur dapat diidentifikasi, maka estimasi
parameter dapat diketahui. Pada tahap ini, estimasi parameter untuk suatu model diperoleh dari data, karena program LISREL maupun AMOS akan
menghasilkan matriks kovarians berdasarkan model model-based covariance matrix. Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan apakah parameter
yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol, 6 Penilaian model fit, artinya suatu model dikatakan fit apabila kovarians
matriks suatu model model-based covariance matrix adalah sama dengan koverian matriks data observed covariance matrix,
7 Modifikasi model dilakukan setelah penilaian model fit, maka akan diketahui apakah diperlukan modifikasi model karena tidak fitnya hasil yang diperoleh
pada tahap keenam. Namun, modifikasi harus berdasarkan teori yang mendukung dan tidak dilakukan hanya semata-mata untuk mencapai model
yang fit, 8 Validasi silang model, guna menguji fit tidaknya model terhadap suatu data
baru. Validasi silang penting apabila terdapat modifikasi yang substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada langkah ke tujuh.
Prosedur Structural Equation Model SEM memberikan kesempatan peneliti untuk mengevaluasi parameter-parameter struktural secara statistik dari
berbagai indikator dan konstruk laten dan keseluruhan menjadi fit dari suatu model. Ukuran-ukuran yang bersifat psikometrik dari berbagai sumber laporan
seperti laporan responden dan penilaian pengamat atau observer dan pengukuran-pengukuran tidak bebas laporan diri sendiri atau self report dan
laporan dari orang lain others dapat digunakan dalam metode SEM. Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor terhadap suatu peubah laten apakah
pengaruhnya langsung direct effect atau pengaruh tidak langsung indirect effect, maka total pengaruh total effect harus diuraikan melalui dekomposisi
total efek decomposition effect yaitu dengan rumus total effect = direct effect+indirect effect.
Analisis SEM terdiri dari tiga hal yang penting, 1 struktur yang spesifik antara peubah laten eksogen dan endogen harus sudah terstruktur sudah dapat dihipotesiskan atau
menggunakan pendekatan confirmatory, 2 harus sudah ditetapkan bagaimana untuk mengukur peubah laten ensogen, dan 3 pengukuran model untuk peubah laten endogen harus sudah
dideterminasikan. Fenomena yang bersifat abstrak akan menjadi kajian yang biasanya disebut peubah
laten. Oleh karena itu, secara operasional peubah laten harus dikaitkan dengan peubah lainnya yang bersifat abserved. Untuk menjelaskan kaitan analisis SEM seperti pada Gambar 2
X
1
X
2
X
3
X
1
Ksi 1 ξ
1
Ksi 1 ξ
2
Eta 1 ŋ
1
Y
1
Y
2 1
2 3
4
λ
1
λ
2
λ
3
λ
4 2
1
Gambar 2 Struktur SEM Structural Equation Modelling.
Pada Gambar 2, yang berbentuk segi empat berisi peubah manifest atau observed variable atau yang disimbolkan dengan X untuk peubah bebas dan Y untuk peubah terkait.
Lambang berbentuk oval berisi peubah laten atu peubah konstruk yang disimbolkan dengan Ksi ξ u tuk peubah late X peubah eksoge dan Eta η u tuk peubah late Y peubah endogen.
Besarnya pengaruhrelasihubugan dari peubah manifest terhadap peubah laten disebut factor loading yang diberi symbol lamda
λ . Sedangkan galat pengukuran pada peubah manifest untuk peubah X disimbolkan delta
da galat pengukuran pada peubah manifest untuk peubah laten Y diberi epsilon
. Si bol gamma erupaka para eter atau koefesie pe garuh eksogen terhadap peubah endogen.
Maksud dari mengukur sampel adalah mengukur indikasi indicant tentang sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan, karena tidak mungkin dilakukan penilaian langsung terhadap
obyek yang diamati, terutama obyek penelitian dibidang ilmu sosial. Karena itu, yang harus dilakukan adalah menginterferensikan sifat-sifat atau ciri-ciri obyek pengamatan berdasarkan hal-
hal yang diduga merupakan indikasi sifat-sifat obyek pengamatan tersebut Kerlinger, 2002.
Ukuran sampel memegang peranan dalam mengestimasi dan interpretasi hasil analisis SEM Structural Equation Modelling. Menurut Kusnendi 2008 mengatakan bahwa ukuran
sampel yang sesuai adalah antara 100-200, bila ukuran sampel menjadi lebih besar, misalnya 500 sampel. Maka metode ini menjadi sangat sensitif yang berdampak pada sulitnya mendapatkan
ukuran-ukuran Goodness of Fit yang baik.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 12 dua belas bulan, dari bulan Oktober 2010 sampai September 2011. Tahapan penelitian dimulai dari
penyusunan rencana penelitian, survei pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data serta penyusunan disertasi. Lokasi penelitian
di Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo Lampiran 1.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dengan mencari data dan informasi langsung dari lokasi penelitian
mengenai pengembangan perikanan tangkap, termasuk kebijakan minapolitan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara.
3.3 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari nelayan dan stakeholder terkait melalui wawancara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Wawancara dengan responden ditentukan secara langsung purposive
sampling yang terkait dalam pengembangan perikanan tangkap termasuk kebijakan minapolitan perikanan tangkap yang terdiri dari: nelayan sebanyak 100
orang, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Ketua BAPPEDA, serta kepala lembaga keuangan yang menunjang pengembangan perikanan tangkap.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah BAPPEDA dan Biro Pusat
Statistik BPS. Data yang dikumpulkan mencakup kondisi geografi dan administrasi wilayah, keadaan nelayan, pemasaran hasil tangkapan, data hasil
tangkapan ikan, alat tangkap, keadaan sarana dan prasarana penunjang perikanan, serta implementasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan perikanan
tangkap. Data sekunder lain yang merupakan pendukung penelitian diperoleh melalui studi pustaka yang relevan dari berbagai instansi terkait.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Kesesuaian kebijakan program minapolitan
Pemerintah telah menetapkan Kabupaten Gorontalo Utara sebagai salah satu pilot project kebijakan minapolitan perikanan tangkap di Indonesia. Namun
demikian, penentuan pilot project ini perlu dikaji terlebih dahulu untuk mengetahui kesesuaian kebijakan tersebut agar pelaksanaanya efektif. Analisis
kesesuaian program minapolitan didasarkan pada pedoman kebijakan minapolitan yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 bahwa daerah yang menjadi kawasan minapolitan memiliki persyaratan sebagai berikut : 1
kesesuaian dengan rencana strategis yaitu; rencana tata ruang wilayah RTRW, rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau RZWP3K, rencana
pengembangan investasi jangka menengah daerah RPIJMD, 2 memiliki komoditas unggulan dengan nilai ekonomi tinggi, 3 letak geografis kawasan
yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan produk unggulan, 4 terdapat unit produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan dan jaringan usaha
yang aktif berproduksi, mengolah dan memasarkan yang terkosentrasi di suatu wilayah dan mempunyai mata rantai produksi dan pemasaran yang saling terkait,
5 tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, sarana dan prasarana produksi pengolahan, dan pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga
usaha dan fasilitas penyuluhan, 6 aspek kelayakan lingkungan yang meliputi daya dukung dan daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif pada lokasi
dimasa depan, 7 komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan, 8 keberadaan kelembagaan pemerintah
daerah yang bertanggungjawab dibidang kelautan dan perikanan, 9 ketersediaan data dan informasi penunjang tentang kondisi dan potensi kawasan.
Terpenuhi tidaknya persyaratan minapolitan tersebut bagi suatu kawasan dianalisis secara deskriptif berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama
penelitian. Hasil evaluasi ditampilkan dalam bentuk tabulasi.