Sejarah Pembentukan dan Pemberlakuan

BAB III KETERIKATAN NEGARA TERHADAP SUATU PERJANJIAN

INTERNASIONAL DIKAITKAN DENGAN KASUS JUDICIAL REVIEW PIAGAM ASEAN

A. Piagam ASEAN sebagai Perjanjian Internasional yang Menjadi Dasar

Hukum dalam Kerangka Kerjasama ASEAN Sebelum dibahas bagaimana pengaturan hukum internasional tentang pembatalan keterikatan terhadap suatu perjanjian internasional dan juga analisis yuridis terhadap kasus judicial review Piagam ASEAN, maka pada bagian ini terlebih dahulu akan dibahas bagaimana kedudukan Piagam ASEAN sebagai perjanjian internasional yang menjadi landasan hukum dalam kerjasama ASEAN.

1. Sejarah Pembentukan dan Pemberlakuan

Sebagai sebuah perjanjian internasional, Piagam ASEAN lahir dari rangkaian proses panjang negosiasi. Upaya menyelaraskan dan kemudian menyepakati kepentingan-kepentingan dari sepuluh negara anggota ASEAN dalam satu wadah bersama yang mengikat secara hukum hanyalah satu dari sekian banyak usaha diplomasi yang harus dilakukan demi lahirnya Piagam ASEAN. Perdamaian, stabilitas, kemajuan dan kesejahteraan bersama kawasan antara lain 63 Universitas Sumatera Utara menjadi kepentingan dasar yang pada akhirnya dapat menyatukan negara-negara Asia Tenggara dalam sebuah wadah ASEAN. 145 Rangkaian proses panjang negosiasi dapat dilihat, antara lain, dari pembentukan Deklarasi Kuala Lumpur tentang Pembentukan Piagam ASEAN pada tanggal 12 Desember 2005, Eminent Persons Group on the ASEAN Charter atau EPG 146 dan High Level Task Force on the Drafting of ASEAN Charter atau HLTF. 147 145 Eddy Pratomo, “Prospek dan Tantangan Hukum Internasional di ASEAN dan Indonesia Pasca Piagam ASEAN dari Sisi Perjanjian Internasional”, Jurnal Hukum Vol. 16, Januari, 2009, hlm. 61 146 Term of Reference TOR EPG disepakati pada ASEAN Summit di Kuala Lumpur, Malaysia pada Desember 2005. Di dalam TOR tersebut, EPG yang terdiri dari “highly distinguished and well respected citizens” dari setiap negara ASEAN mempunyai mandat untuk “…examine and provide practical recommendations on the directions and nature of the ASEAN Charter relevant to the ASEAN Community as envisaged in the Bali Concord II and beyond, taking into account, but not limited to, the principles, values and objectives contained in this Declaration”: Lebih jauh EPG diminta untuk “…examine ASEAN in all areas of its cooperation activities, codify and build upon all ASEAN norms, principles, values and goals as contained in ASEAN’s milestone agreements, treaties and declarations, as well as undertake a thorough review of the existing ASEAN institutional framework and propose appropriate improvements if so required. It will put forth bold and visionary recommendations on the drafting of an ASEAN Charter, which will serve as the legal and institutional framework for ASEAN, aimed at enabling the building of a strong, prosperous, and caring and sharing ASEAN Community that is cohesive, successful and progressing in the 21st century”. Lihat di Association of Southeast Asian Nations, “Terms of Reference of the Eminent Persons Group EPG on the ASEAN Charter,” dimuat pada http:www.asean.orgnewsitemterms-of-reference-of-the-eminent-persons-group-epg-on-the- asean-charter, diakses pada tanggal 20 Februari 2015 Pukul 22.15 WIB. Dalam proses panjang tersebut juga membuahkan Travaux Prepratoirs atau dokumen-dokumen persiapan dari Piagam ASEAN mencakup dan tidak terbatas pada Catatan Kesimpulan atau Summary Records dari EPG, HLTF, 147 Terms of Reference TOR HLTF disepakati pada ASEAN Summit di Kuala Lumpur, Malaysia, Desember 2005; Di dalam TOR tersebut, HLTF yang terdiri dari pejabat senior dari masing-masing negara ASEAN diberikan mandat untuk “…draft the ASEAN Charter based on the directions given by the Leaders as reflected in the Kuala Lumpur Declaration on the Establishment of the ASEAN Charter and the Cebu Declaration on the Blueprint of the ASEAN Charter and in consideration of the recommendations made by the EPG and other relevant ASEAN documents”. Lihat di Association of Southeast Asian Nations, “High Level Task Force HLTF on the Drafting of ASEAN Charter 2007,” dimuat pada http:www.asean.orgasean asean-charterhigh-level-task-force-hltf-on-the-drafting-of-the-asean-charter-2007, diakses pada tanggal 20 Februari 2015 Pukul 22.24 WIB. Universitas Sumatera Utara Kesepakatan Bali II, Deklarasi Kuala Lumpur tentang Piagam ASEAN dan Deklarasi Cebu tentang Cetak Biru Piagam ASEAN. 148 Setelah proses negosiasi dan penandatanganan Piagam ASEAN telah dilalui dalam tingkat regional, proses selanjutnya adalah ratifikasi piagam ini oleh semua negara anggota ASEAN. 149 Instrumen ratifikasi tersebut harus diserahkan sebelum tanggal keberlakuan Piagam ASEAN yaitu pada ASEAN Summit ke-14 di Thailand pada 14 Desember 2008. 150 Piagam ASEAN mulai berlaku pada hari ketiga puluh sejak instrumen ratifikasi terakhir diterima oleh Sekretaris Jenderal. 151 Terdapat beberapa negara yang menyerahkan instrumen ratifikasi tersebut pada waktu yang relatif dekat dengan tanggal berlakunya Piagam ASEAN. 152 Proses ratifikasi di Indonesia dilakukan melalui Komisi I DPR yang secara pro-aktif dan kritis sedikit banyak memberikan masukan bagi pihak pemerintah untuk lebih jauh mempersiapkan tindak lanjut dari Piagam ASEAN. Beberapa isu dari Piagam ASEAN yang disoroti oleh Komisi I DPR adalah antara lain Hal ini jelas menunjukkan bahwa proses ratifikasi pun bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh setiap negara anggota. 148 Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 62 149 “This Charter shall be subject to ratification by all ASEAN Member States in accordance with their respective internal procedures”. Lihat Charter of the Association of Southeast Asian Nations, Pasal 47 Ayat 2. 150 Eddy Pratomo, Op.Cit. 151 “This Charter shall enter into force on the thirtieth day following the date of deposit of the tenth instrument of ratification with the Secretary-General of ASEAN”. Lihat Charter of the Association of Southeast Asian Nations, Pasal 47 Ayat 4. 152 Tiga Negara ASEAN yang menyerahkan instrumen ratifikasi terakhir adalah Filipina pada tanggal 12 November 2008, Indonesia pada tanggal 13 November 2008 dan Thailand pada tanggal 14 November 2008. Lihat di Piagam ASEAN, dimuat pada http:id.wikipedia.org wikiPiagam_ASEAN , diakses pada tanggal 20 Februari 2015 Pukul 22.45 WIB. Universitas Sumatera Utara mekanisme pengambilan keputusan, sanksi, badan hak asasi manusi dan keterlibatan elemen masyarakat yang masih dirasakan kurang diperhatikan. 153 Setelah melalui berbagai proses panjang, akhirnya pada tanggal 6 November 2008 Piagam ASEAN telah menjadi bagian dari hukum nasional Indonesia melalui Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tantang Pengesahan Charter of the Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. 154

2. Anatomi Piagam ASEAN