Perjanjian Internasional sebagai Sumber Hukum Internasional yang

B. Perjanjian Internasional sebagai Sumber Hukum Internasional yang

Utama Pada awal perkembangan hukum internasional, sumber hukum internasional yang paling utama adalah hukum kebiasaan internasional yang berkembang dari praktik-praktik yang dilakukan oleh negara di dunia dalam pergaulan internasional. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, dilakukan usaha pengkodifikasian hukum internasional dan hasil perjanjian multilateral yang meliputi banyak bidang kehidupan internasional yang penting, seperti hubungan diplomatik dan konsuler, hukum humaniter, dan hukum laut, yang berupaya untuk memberikan kepastian hukum dan menetapkan norma-norma yang diterima secara universal oleh negara-negara di dunia. 67 Permasalahan mengenai perjanjian internasional telah menjadi kajian yang paling sering dibahas dalam hukum internasional. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa perjanjian internasional telah menggeser kedudukan dan peranan hukum kebiasaan internasional yang pada awal sejarah pertumbuhan hukum internasional menduduki tempat yang utama. 68 Perjanjian internasional yang merupakan sumber hukum utama internasional adalah perjanjian internasional yang berbentuk law making treaties, yaitu perjanjian internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara umum. 69 67 Peter Malanczuk dan Michael Barton Akehurst, Akehursts Modern Introduction to International Law, 7 th revised edition, New York: Routledge, 1997, hlm. 35. 68 I Wayan Parthiana, Op.Cit., hlm. 3. 69 Boer Mauna, Op.Cit., hlm. 9. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, maka sumber hukum internasional antara lain: Universitas Sumatera Utara 1 International conventions, whether general or particular, establishing rules expressly recognized by the contesting states; 2 International custom, as evidence of a general practice accepted as law; 3 The general principles of law recognized by civilized nations; 4 Subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law. 70 Dalam Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, tidak ditegaskan secara jelas sumber hukum mana yang secara hirarkis menempati tempat paling utama di antara berbagai sumber hukum di atas. Tetapi dalam praktiknya, Mahkamah Internasional akan mendahulukan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian internasional yang mengikat para pihak sepanjang perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peremptory norm of general international law norma hukum internasional umum atau jus cogens 71 yang mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan. 72 Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa sumber hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional dapat dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, sumber hukum utama atau primer yang meliputi sumber angka 1-3 yang dimuat di uraian sebelumnya, dan kedua, sumber hukum tambahan atau subsidies yaitu keputusan- 70 International Court Justice, “Statute of the International Court of Justice”, dimuat pada http:www.icj-cij.orgdocuments?p1=4p2=2 , diakses pada tanggal 17 Februari 2015 Pukul 23.05 WIB 71 Jus cogens atau ius cogens yang juga sering disebut peremptory norm of general international law adalah prinsip dasar hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional sebagai norma yang tidak boleh dilanggar. Tidak ada konsensus resmi mengenai norma mana yang merupakan jus cogens dan bagaimana suatu norma mencapai status tersebut. Akan tetapi, pelarangan genosida, pembajakan laut dan perbudakan biasanya dianggap sebagai salah satu jus cogens. Lihat di Jus Cogens, dimuat pada “Jus Cogens”, http:id.wikipedia.orgwikiJus_cogens , diakses pada 17 Februari 2015 Pukul 23.17 WIB 72 Thomas Buergenthal Harold G. Maier, Public International Law in a Nut Shell, 2nd edition, Minnesota: West Publishing Co., 1990, hlm. 92. Universitas Sumatera Utara keputusan pengadilan dan ajaran sarjana hukum yang paling terkemuka dari berbagai negara sebagaimana yang dimuat pada angka 4 di uraian di atas. 73 Dalam menentukan sumber hukum mana yang terpenting di antara ketiga sumber hukum primer di atas sebenarnya bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Jika ditinjau dari sudut sejarah, kebiasaan hukum internasional merupakan sumber hukum yang tertua. Sehingga dengan demikian, dari sudut sejarah jelaslah bahwa kebiasaan intemasional dapat dianggap sebagai sumber hukum yang terpenting. 74 Sebaliknya, perjanjian internasional dapat dianggap sumber yang terpenting apabila dilihat kenyataan bahwa semakin banyak persoalan yang dewasa ini diatur dengan perjanjian antara negaranegara termasuk pula masalah yang tadinya diatur oleh hukum kebiasaan. 75 Jika dilihat dari dari sudut fungsi dalam perkembangan hukum baru oleh Mahkamah Internasional, maka sumber ketiga yaitu prinsip hukum umum juga dapat dianggap sebagai sumber yang terpenting apabila. Sumber hukum inilah yang memberikan kelonggaran kepada Mahkamah Internasional untuk menemukan atau membentuk kaidah hukum baru dan mengembangkan hukum internasional berdasarkan prinsip hukum umum. 76 73 Mochtar Kusumaatmadja Etty R. Agoes, Op.Cit., hlm. 115-116. 74 Ibid. 75 Ibid. 76 Ibid. Universitas Sumatera Utara

C. Perjanjian Internasional sebagai Pembentuk Kaidah Hukum