secara utuh untuk diuji dengan alas uji UUD 1945. Selain itu, apakah memang Undang-Undang ratifikasi merupakan sebuah Undang-Undang yang menjadi
domain kewenangan Mahkamah Konstitusi.
37
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan terdapat dua pandangan dalam melihat Undang-Undang ratifikasi perjanjian internasional. Sebagian ahli
hukum tata negara dan hukum internasional menilai norma-norma hukum dalam Piagam ASEAN bukanlah norma-norma yang tidak dapat diuji oleh pengadilan
nasional karena belum ditransformasikan ke dalam peraturan perundang- undangan nasional. Pembatalan atau penarikan diri dari suatu perjanjian
internasional merupakan domain hukum internasional, bukan domain hukum nasional.
38
Sementara di sisi yang lain, ada pandangan yang menyatakan Undang- Undang ratifikasi telah menjadi produk hukum nasional, materi yang telah diberi
bentuk hukum undang-undang memiliki sifat atau karakter sebagai weight in formil zig undang-undang, sehingga pengujiannya juga merupakan domain
pengadilan nasional.
39
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, antara lain:
1. Bagaimana pengaturan hukum internasional mengenai pengesahan dan perlaksanaan perjanjian internasional?
37
Andi Sandi Ant.T.T dan Agustina Merdekawati, Op.Cit., hlm. 467.
38
Simon Tumanggor, Op.Cit., hlm. 6.
39
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana keterikatan negara terhadap perjanjian internasional dikaitkan dengan kasus judicial review terhadap Piagam ASEAN di
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia? 3. Apakah Indonesia menganut paham monisme, dualisme ataukah
percampuran keduanya jika dikaitkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review Piagam ASEAN?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui pengaturan hukum internasional mengenai
pengesahan dan perlaksanaan perjanjian internasional. 2. Untuk mengetahui pemberlakuan perjanjian internasional di Indonesia
dikaitkan dengan judicial review terhadap Piagam ASEAN oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah Indonesia menganut paham monisme, dualisme ataukah percampuran keduanya jika dikaitkan dengan putusan
Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review Piagam ASEAN.
Adapun manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari penulisan ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Kiranya kehadiran tulisan ini mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi tulisan ini, hingga pada
Universitas Sumatera Utara
akhirnya nanti tulisan ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah bahan literatur di bidang
hukum internasional. Khususnya dalam ilmu perjanjian internasional dalam pemberlakuannya yang dikaitkan dengan judicial review terhadap perjanjian
internasional itu sendiri. Selain itu, tulisan ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian di bidang ilmu yang sama.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari tulisan ini dapat ditujukan kepada beberapa pihak, antara lain:
a Pemerintah Melalui saran yang disampaikan melalui tulisan ini, kiranya
pemerintah dapat menentukan sikap yang jelas dalam pemberlakuan perjanjian internasional di Indonesia saat ini yang dirasakan masih
belum memiliki kedudukan yang jelas dalam sistem hukum Indonesia. Sehingga, kemungkinan adanya judicial review terhadap perjanjian
internasional lain di masa yang akan datang dapat dilaksanakan dengan mekanisme yang tepat dan tidak bertentangan dengan hukum.
b Mahasiswa dan Akademisi Kiranya tulisan ini mampu memenuhi hasrat keingintahuan dan
semakin menambah wawasan pengetahuan mahasiswa dan akademisi yang ingin ataupun sedang mendalami pengetahun mengenai hukum
perjanjian internasional. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat
Universitas Sumatera Utara
dijadikan bahan referensi bagi penelitian dan penulisan selanjutnya di bidang hukum perjanjian internasional.
c Masyarakat Melalui tulisan ini, diharapkan semakin menambah pengetahuan
masyarakat tentang persoalan hukum internasional yang terjadi di Indonesia khususnya mengenai judicial review terhadap Piagam
ASEAN dan bagaimana perkembangan dan solusi penyelesaiannya.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian ini adalah asli, sebab ide, gagasan pemikiran dalam penelitian ini bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang
lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan belum pernah ada judul yang sama,
begitu pula dengan pembahasan yang diuraikan berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas HukumPusat
Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara tertanggal 13 Februari 2014. Dalam hal mendukung penelitian ini, digunakan
berbagai pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan
pembahasan yang disajikan.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu diberikan penegasan
dan pengertian dari judul penelitian yang diambil dari berbagai sumber yang memberikan pengertian terhadap judul penelitian ini, yang ditinjau dari sudut
etimologi dan pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun dari pendapat para sarjana, sehingga mempunyai arti yang jelas.
Berikut penjelasan beberapa istilah dalam tulisan ini untuk memperoleh pemahaman yang sama:
a Perjanjian Internasional Perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
40
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu, yang
diatur dalam hukum internsional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
41
40
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op.Cit., hlm. 117.
41
Lihat Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. LN No. 185 Tahun 2000. TLN No. 4012.
Perjanjian internasional yang dimaksud dapat berbentuk Treaty perjanjian
internasionaltraktat, Convention
konvensi, Agreement
persetujuan, Charter piagam, Protocol protokol, Declaration deklarasi, Final Act, Agreed Minutes dan Summary Records,
Memorandum of Understanding, Arrangement, Exchange of Notes,
Universitas Sumatera Utara
Process-Verbal, dan Modus Vivendi.
42
b ASEAN Perjanjian internasional yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah charter piagam.
Association of Southeast Asian Nations ASEAN adalah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia
Tenggara
43
yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui penandatanganan Deklarasi ASEAN selanjutnya
disebut sebagai Deklarasi Bangkok oleh para pendiri ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Anggota-
anggota lainnya yakni Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja.
44
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan
kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk
membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.
45
c Piagam ASEAN Anggaran Dasar bagi ASEAN yang telah disepakati pada tahun 2007
pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura dengan ditandatangani oleh semua kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN dan mulai
42
Boer Mauna, Op.Cit., hlm. 89-96.
43
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, http:id.wikipedia.orgwiki
Perhimpunan_Bangsa-Bangsa_Asia_Tenggara , diakses pada tanggal 5 Februari 2015 Pukul 00.22
WIB.
44
Association of Southeast Asian Nations, “About ASEAN: Overview,” http:www.asean.org64.htm
diakses pada tanggal 5 Februari 2015 Pukul 00.35 WIB.
45
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
berlaku sejak 15 Desember 2008. Sejak tanggal 21 Oktober 2008 semua negara anggota telah meratifikasi piagam ini.
46
Piagam ASEAN bertujuan untuk mentransformasikan ASEAN dari sebuah asosiasi
politik yang longgar menjadi organisasi internasional yang memiliki dasar hukum yang kuat legal personality, dengan aturan yang jelas,
serta memiliki struktur organisasi yang efektif dan efisien.
47
d Judicial Review Hak menguji toetsingrecht dari kekuasaan yudikatif untuk
melakukan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan.
48
Fungsi judicial power dalam melakukan pengujian ini didasarkan pada kewenangan pengawasan sebagai konsekuensi dari prinsip check and
balance antar organ pelaksana kekuasaan negara.
49
46
Piagam ASEAN,
Hasil amandemen UUD 1945 mengatur wewenang Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi dalam melakukan judicial review. Mahkamah Agung berwenang melakukan judicial review terhadap peraturan perundang-
undangan yang ada di bawah Undang-Undang dengan Undang- Undang sebagai alas pengujiannya. Sedangkan Mahkamah Konstitusi
melakukan constitutional review yang berwenang mengadili Undang-
http:id.wikipedia.orgwikiPiagam_ASEAN diakses pada tanggal 5
Februari 2015 Pukul 00.50 WIB.
47
Kementerian Luar Negeri RI, “Piagam ASEAN”, http:www.kemlu.go.idPages
Asean.aspx?IDP=7l=id , diakses pada tanggal 5 Februari 2015 Pukul 00.42 WIB.
48
Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan, Mahkamah Konstitusi RI, 2006, hlm. 1.
49
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Undang dengan UUD 1945 sebagai alas ujinya pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.
50
e Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
bersama-sama dengan Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman
51
yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kewenangannya
adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final yang meliputi pengujian undang-undang terhadap UUD
1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, membubarkan partai
politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
52
F. Metode Penelitian