mekanisme pengambilan keputusan, sanksi, badan hak asasi manusi dan keterlibatan elemen masyarakat yang masih dirasakan kurang diperhatikan.
153
Setelah melalui berbagai proses panjang, akhirnya pada tanggal 6 November 2008 Piagam ASEAN telah menjadi bagian dari hukum nasional
Indonesia melalui Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tantang Pengesahan Charter of the Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Asia Tenggara.
154
2. Anatomi Piagam ASEAN
Piagam ASEAN terdiri atas 14 bagian besar termasuk pembukaan yang memuat dasar-dasar pembentukan Piagam ASEAN. Empat belas bagian besar
tersebut kemudian diturunkan ke dalam 55 bagian pasal yang mengatur tidak saja organisasi ASEAN melainkan juga aturan-aturan umum yang harus digunakan
oleh para anggota ASEAN dalam berinteraksi di ASEAN.
155
Bagian dari Piagam ASEAN yang menjadi pusat dari seluruh bagian lainnya adalah bagian pertama, yaitu tujuan dan prinsip. Bagian ini memuat 15
tujuan ASEAN dan 14 prinsipnya yang harus dihormati oleh seluruh negara anggota ASEAN.
156
153
Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 63.
154
Ibid.
155
Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 64.
156
Lihat Pasal 1 dan Pasal 2 Charter of the Association of Southeast Asian Nations.
Dapat dikatakan juga bahwa bagian tujuan dan prinsip ini memang telah menjadi tujuan dan prinsip dasar ASEAN yang telah terbentuk,
Universitas Sumatera Utara
berevolusi dan menjadi kebiasaan ASEAN sejak berdirinya pada tahun 1967 sampai sekarang.
157
Bagian dari Piagam ASEAN yang relatif baru dan merupakan refleksi dari perkembangan jaman adalah antara lain Bab VII tentang Pengambilan Keputusan,
Bab VII tentang Penyelesaian Sengketa dan Bab IV tentang Organ Khususnya pada Pasal 14 yang mengatur tentang kewajiban untuk membentuk sebuah badan
hak asasi manusia.
158
Dalam Bab VII mengenai Pengambilan Keputusan, Piagam ASEAN telah melangkah lebih maju dari prinsip konsensus yang selama ini dipakai tanpa ada
pengecualian. Pada Pasal 20 ayat 2 Piagam ASEAN menyatakan: “Where consensus cannot be achieved, the ASEAN Summit may decide how a specific
decision can be made.”
159
Hal ini berarti memungkinkannya mekanisme lain selain konsensus jika prinsip ini tidak dapat dilakukan. Mekanisme pengambilan
keputusan ini diserahkan kepada ASEAN Summit yang dengan frase “how a specific decision can be made” tidak saja dapat memutuskan sebuah
permasalahan, tetapi juga memberikan ruang untuk menentukan cara penyelesaiannya.
160
Pada Bab VIII mengatur tentang mekanisme penyelesaian sengketa yang mana hal ini merupakan salah satu dari penyempurnaan penyelesaian sengketa di
ASEAN. Selain memberikan pengakuan terhadap mekanisme yang telah ada dan berlaku atau existing mechanism, pada bagian ini juga memandatkan agar ASEAN
157
Eddy Pratomo, Op.Cit.
158
Ibid.
159
Lihat Charter of the Association of Southeast Asian Nations, Pasal 20 ayat 2.
160
Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 65.
Universitas Sumatera Utara
membentuk “appropriate dispute settlement mechanism”. Bagian yang menarik dari keberadaan Bab VIII tercantum pada Pasal 25 yang hampir seluruh jenis
mekanisme penyelesaian sengketa yang dikenal di dunia internasional dicantumkan secara eksplisit kecuali mekanisme pengadilan.
161
Pada Pasal 22 Piagam ASEAN menyebutkan Dialog, Konsultasi dan Negosiasi. Pasal 23 menyebutkan Jasa Baik, Mediasi dan Konsiliasi. Kemudian
pada Pasal 25 menyebutkan arbitrase dan pada Pasal 33 menyebutkan penyelesaian eksternal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan instrumen lainnya.
162
Pasal 14 Piagam ASEAN secara jelas telah mewajibkan ASEAN untuk membentuk ASEAN Intergovermental Commission on Human Rights AICHR.
Kemudian dibentuklah High Level Panel on an ASEAN Human Rights body atau HLP yang terdiri dari pejabat senior perwakilan setiap negara anggota ASEAN
untuk membentuk Term of Reference TOR ASEAN Intergovermental Commission on Human Rights AICHR. ASEAN Human Rights Declaration telah
dibuat pada pertengahan tahun 2012 dan telah disepakati pada ASEAN Summit di Phnom Penh pada November 2012.
Bukan suatu hal yang mustahil jika di masa yang akan datang akan ada sebuah pengadilan ASEAN melalui ketentuan Pasal 25 tersebut.
163
161
Ibid.
162
Lihat Charter of the Association of Southeast Asian Nations, Bab VIII.
163
Terms of Reference atau TOR HLP disepakati pada Pertemuan ASEAN Foreign Ministers’ Retreat di Singapura, 20 Februari 2008; Di dalam TOR, HLP diminta untuk antara lain
“,,,4. The High Level Panel shall draft the Terms of Reference of the ASEAN human rights body in conformity with the purposes and principles of the ASEAN Charter relating to the promotion
and protection of human rights and fundamental freedoms 5. The High Level Panel shall address the mandate, membership and of the ASEAN human rights body, as well as its relationship with
other relevant human rights bodies in ASEAN 6. The High Level Panel shall undertake consultations with the appropriate stakeholders in ASEAN…”Term of Reference TOR ASEAN
Intergovermental Commission on Human Rights AICHR pada tahun 2009. Di dalam TOR
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, hak dan kewajiban negara ASEAN tidak diatur secara khusus mengingat karakter dari Piagam ASEAN yang bersifat umum. Piagam
hanya menyatakan bahwa setiap negara anggota mempunyai bagian yang sama berkenaan dengan hak dan kewajiban di ASEAN
164
. Sebagai contoh, dalam hal kewajiban kontribusi tahunan kepada ASEAN, setiap negara anggota mempunyai
jumlah yang sama yaitu sekitar USD 900.000 per tahunnya. Dalam hal hak, sebagai contoh, negara anggota ASEAN mempunyai satu hak suara dalam hal
pengambilan keputusan.
165
Ada beberapa turunan dari Piagam ASEAN yang menjadi pekerjaan rumah bagi ASEAN, yaitu antara lain, perjanjian tentang hak kekebalan dan
keistimewaan seperti yang dimandatkan oleh Bab VI Piagam, kesepakatan tentang badan HAM ASEAN sesuai dengan Pasal 14 Piagam dan kesepakatan tentang
mekanisme penyelesaian sengketa dari Pasal 25 Piagam. Selain itu, peran Sekretariat ASEAN akan menjadi sangat penting sebagai pusat kegiatan ASEAN
termasuk pusat instrumen-instrumen ASEAN yang akan dibuat nantinya.
166
tersebut, AICHR yang terdiri dari high level panel yang merupakan perwakilan dari setiap negara ASEAN dibentuk dengan salah satu tujuannya “To uphold international human rights standards
as prescribed by the Universal Declaration of Human Rights, the Vienna Declaration and Programme of Action, and international human rights instruments to which ASEAN Member
States are parties.” Lebih jauh AICHR akan membentuk Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN. Lihat di Association of Southeast Asian Nations, “Terms of Reference of the ASEAN
Intergovermental Commission on Human Rights AICHR” dimuat pada
http:www.asean.orgcommunitiesasean-political-security-communitycategoryasean -
intergovernmental-commission-on-human-rights-aichr, diakses pada tanggal 21 Februari 2015 Pukul 03.19 WIB.
164
“1. Member States shall have equal rights and obligations under this Charter 2. Member States shall take all necessary measures, including the enactment of appropriate domestic
legislation, to effectively implement the provisions of this Charter and to comply with all obligations of membership 3. In the case of a serious breach of the Charter or non-compliance,
the matter shall be referred to Article 20, Lihat di Charter of the Association of Southeast Asian Nations, Pasal 5.
165
Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 66.
166
Ibid., hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
Pemberlakuan Piagam ASEAN berimplikasi pada perkembangan hukum internasional di regional ASEAN. Wujud nyatanya adalah Piagam ASEAN telah
menjadi salah satu sumber hukum internasional bagi seluruh negara anggota ASEAN.
167
Jika dilihat dari isi yang diperjanjikan, Piagam ASEAN bukan saja sebuah perjanjian internasional biasa, melainkan perjanjian internasional yang
mempunyai karakter law-making bagi perjanjian atau instrumen ASEAN lainnya, baik turunan subordinasi ataupun sejajar koordinasi.
168
1 Memberikan aturan-aturan umum; Piagam ASEAN dikatakan mempunyai karakter law-making traitslois di
kawasan ASEAN karena antara lain karena:
2 Dibentuk secara multilateral, dalam konteks ASEAN adalah regional; 3 Tidak membatalkan kewajiban perjanjian lainnya.
169
Dalam kategori pertama, sebagai contoh Piagam ASEAN memberikan prinsip-prinsip dasar bagi negara-negara anggota ASEAN dalam berinteraksi di
ASEAN.
170
Dalam kategori kedua, Piagam ASEAN adalah sebuah hasil negosiasi regional yang menyelaraskan seluruh kepentingan negara-negara anggota ASEAN
dalam sebuah kesepakatan yang mengikat secara hukum.
171
Sedangkan dalam kategori ketiga, Piagam ASEAN tidak membatalkan perjanjian lainnya, bahkan mengakui dan menyatakan bahwa kesepakatan
167
Lihat Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional tentang sumber hukum internasional.
168
Eddy Pratomo, Op.Cit., hlm. 67.
169
Ibid.
170
Ibid.
171
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
terdahulu sebelum pembentukan Piagam ASEAN tetap berlaku selama tidak bertentangan.
172
3. Perbandingan dengan beberapa Piagam Pembentukan Organisasi