Fakta Kasus Kasus Judicial Review Piagam ASEAN di Mahkamah Konstitusi

C. Kasus Judicial Review Piagam ASEAN di Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia

1. Fakta Kasus

Judicial Review Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of The Association of Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dimohonkan ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia karena dianggap bertentangan dengan Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 33 ayat 1 UUD 1945. Permohonan ini diajukan oleh beberapa LSM, seperti Perkumpulan Institut Keadilan Global, Perkumupulan INFID, Aliansi Petani Indonesia, Serikat Petani Indonesia, Perkumpulan Kiara, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia, Perhimpunan Indonesia Untuk Buruh Migran Berdaulat, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil, serta beberapa orang warga sipil yaitu Salamudin, Dani Setiawan dan Haris Rusly. Mereka menamakan diri mereka sebagai Aliansi Keadilan Global. 213 213 Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor: No. 33PUUIX2011, hlm. 1-3. Permohonan judicial review ini menjadi dengan registrasi perkara No. 33PUUIX2011. Adapun alasan pengajuan judicial review Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tersebut dalam permohonan para Pemohon adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a Saat ini tampak dengan jelas gambaran keadaan ASEAN yang sedang dalam neo kolonialisme dan imperalisme, dengan strategi pembentukan ASEAN sebagai economic community. b Dengan perjanjian ekonomi yang mengikat negara-negara anggota melalui ASEAN Charter dilakukan free trade agreement antar negara- negara anggota maupun dengan negara lain diluar anggota ASEAN yang sangat mengurangi kedaulatan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara. c Gagasan ASEAN secara ekonomi dengan konsep pasar bebas dan basis produksi tunggal, merupakan gagasan neo liberalisme yang jelas tertuang dalam Pasal 1 ayat 5 Piagam ASEAN yang menyatakan: ”To create a single market and production base which is stable prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and investment in which there is free flow of goods, services and investment, facilitated movement of business persons, professionals, talents and labours, and free flow of capital.” 214 214 Lihat Pasal 1 ayat 5 Charter of The Association of Southeast Asian Nations Kemudian Pasal 2 ayat 2 huruf n yang menyatakan: “Adherence to multilateral trade rules and ASEAN’s rules-based regimes for effective implementation of economic commitment and progressive redution towards elimination of all Universitas Sumatera Utara barriers to regional economic integration, in a market driven economy. 215 d Dengan diberlakukannya Charter of The Association of Southeast Asian Nations sebagai landasan hukum perjanjian ekonomi antara ASEAN sebagai pasar tunggal dengan negara lain danatau komunitas negara- negara lain, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2 ayat 2 huruf n Piagam ASEAN tersebut bertentangan dengan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” 216 , dan Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan: “Dasar Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” 217 e Pemberlakuan Piagam ASEAN sebagai landasan hukum perjanjian ekonomi antara ASEAN sebagai pasar tunggal dengan negara lain danatau komunitas negara-negara lain menyebabkan matinya beberapa industry nasional karena kalah bersaing yang mengakibatkan banyaknya pekerja kehilangan pekerjaan dan tertutupnya kesempatan Dengan menyertakan alasan ini, para pemohon menyebutkan bahwa negara Indonesia memiliki prinsip ekonomi tersendiri dan kedaulatan mengelola perekonomian termasuk sumber daya alam, perlindungan produk dalam negeri danperlindungan sektor ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak. 215 Ibid., Pasal 2 ayat 2. 216 Lihat Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 217 Ibid., Pasal 33 ayat 1. Universitas Sumatera Utara warga negara untuk mendapatkan hidup yang layak, sehingga jelas negara tidak menjalankan amanah Pasal 27 ayat 2 UUD 1945. f Pemberlakuan kerjasama perdagangan antara ASEAN-Tiongkok, ASEAN-India, ASEAN-Australia-New Zealand, ASEAN-Jepang dan lainnya telah mengakibatkan dampak ekonomi bagi Indonesia, antara lain meningkatnya pengangguran, tidak terserapnya produk hasil industri, kalahnya daya saing produk nasional dan sebagainya. 218 Berdasarkan alasan-alasan yang telah dijabarkan tersebut, tuntutan yang diajukan oleh Pemohon, antara lain: a Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; b Menyatakan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of The Association of Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara khususnya Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2 ayat 2 huruf n Charter of The Association of Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, bertentangan dengan UUD 1945; c Menyatakan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of The Association of Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara khususnya Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2 ayat 2 huruf n Charter of The Association of Southeast Asian Nations Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara tidak memiliki kekuatan hukum mengikat; 218 Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 3-47 Universitas Sumatera Utara d Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; 219 Setelah Mahkamah Konstitusi memeriksa dengan saksama permohonan para Pemohon, keterangan Pemerintah, keterangan DPR, keterangan ahli dan saksi dari para Pemohon, keterangan ahli dari Pemerintah, bukti-bukti tertulis para Pemohon, dan kesimpulan dari para Pemohon dan Pemerintah, serta fakta-fakta dan hukum yang terungkap dalam persidangan, sebagaimana diuraikan pada proses pemeriksaan di muka persidangan, maka Mahkamah Konstitusi berkesimpulan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili permohonan tersebut. Selanjutnya, Para Pemohon memiliki legal standing kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan tersebut. Selain itu, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa dalil-dalil para Pemohon tidak beralasan menurut hukum. Dengan didasarkan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226, dan Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076, maka Mahkamah Konstitusi 219 Ibid., hlm. 47. Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia mengeluarkan putusan terhadap permohonan para Pemohon yang amarnya menyatakan menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya. 220 Dua Hakim Mahakamah Konstitusi yakni Maria Farida Indrati dan Hamdan Zoelva, melalui dissenting opinion menyatakan keberatan dengan argumen yang mengidentikkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 dengan undang-undang pada umumnya. Menurut kedua hakim ini, memang benar bahwa secara formil undang-undang tersebut adalah Undang-Undang, tetapi secara materil bukanlah undang-undang dan tidak tepat dijadikan objek pengujian undang-undang yang menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 221

2. Analisis Yuridis