Dualisme Paham Monisme dan Dualisme

internasional tergantung pada hukum nasional. Apabila hukum nasional tidak menginginkan keberlakuan internasional maka hukum tersebut tidak dapat berlaku. b. Monisme dengan Primat Hukum Internasional Paham ini beranggapan bahwa hukum nasional itu bersumber pada hukum internasional yang pada dasarnya mempunyai hierarkis yang lebih tinggi, maka supremasi hukum harus dibagikan kepada lebih dari seratus negara di dunia dengn sistem yang masing-masing berbeda. Hukum internasional pada dasarnya lebih unggul daripada hukum nasional. Hukum nasional memang mempunyai kedaulatan penuh, akan tetapi hal ini semata-mata mencerminkan bahwa suatu negara akan mempunyai kewenangan dengan hukum internasional sebagai pembatasnya. 89

2. Dualisme

Paham dualisme bersumber pada anggapan bahwa daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan negara, hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu sama lainnya. Tokoh utama aliran ini adalah Triepel, seorang pemuka aliran positivisme dari Jerman, dan Anziloti, pemuka aliran positivisme dari Italia. Paham ini didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat formal, alasan yang didasarkan pada 89 Ibid., hlm. 511-512. Universitas Sumatera Utara kenyataan, dan alasan menurut sarjana hukum internasional dan hakim pengadilan nasional. 90 a. Hukum nasional dan hukum internasional mempunyai sumber hukum yang berbeda, hukum nasional bersumber pada kemauan negara, sedangkan hukum internasional bersumber pada kemauan bersama dari negara-negara sebagai masyarakat hukum internasional; Alasan formal paham dualisme digambarkan dalam beberapa hal sebagai berikut: b. Hukum nasional dan hukum internasional mempunyai subjek hukum yang berbeda. Subjek hukum internasional adalah negaraanggota masyarakat internasional. Sedangkan subjek hukum nasional adalah setiap orang baik dalam hukum perdata maupun hukum publik. c. Hukum nasional dan hukum internasional berbeda dari segi struktur hukum. Struktur hukum nasional memiliki bentuk yang sempurna dengan adanya organlembaga yang melaksanakan fungsi eksekutif dan yudikatif dalam pelaksanaan hukum nasional. Hal yang demikian tidak terdapat dalam hukum internasional. Alasan paham dualisme yang didasarkan pada kenyataan adalah daya laku kaidah atau keabsahan hukum nasional dalam kenyataan tidak terpengaruh oleh keberadaan hukum internasional yang bertentangan dengan hukum nasional tersebut. Dengan kata lain, hukum nasional tetap berlaku secara efektif walaupun bertentangan dengan hukum internasional. 91 90 Frans E. Likadja dan Daniel Frans Bessie, Desain Instruksional Dasar Hukum Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 23. 91 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op. Cit., hlm. 58. Kategori terakhir adalah alasan menurut para sarjana hukum internasional dan hakim pengadilan nasional, yang Universitas Sumatera Utara menyatakan sebagian besar hukum nasional terdiri dari hukum buatan hakim dan hukum undang-undang. Sedangkan hukum internasional terdiri dari traktat dan kebiasaan internasional. 92 Paham dualisme ini mempunyai akibat penting dalam hubungan hukum internasional dan hukum nasional. Akibat yang paling utama adalah kaidah- kaidah dari perangkat hukum yang satu tidak mungkin bersumber atau berdasar pada perangkat hukum yang lain. Sejalan dengan ini, dalam paham dualisme tidak dikenal persoalan mengenai hirarki antara hukum nasional dan hukum internasional karena dua perangkat hukum ini tidak saja berbeda dan tidak bergantung satu dengan yang lain, tetapi juga terlepas antara satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin adanya pertentangan antara kedua perangkat hukum tersebut, yang mungkin adalah renvoi penunjukkan. Akibat penting lainnya adalah bahwa untuk dapat memberlakukan ketentuan hukum internasional dalam sistem hukum nasional, terlebih dahulu harus dilakukan transformasi ketentuan hukum internasional tersebut menjadi hukum nasional. 93

E. Pengesahan dan Pelaksanaan Perjanjian Internasional didasarkan pada