16 Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses kegiatan belajar yang dilakukan antara guru dan siswa pada suatu lingkungan belajar, yang terdiri dari unsur-unsur yang terkait guna
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
2.1.4 Hasil Belajar
Melalui proses belajar yang dilakukan, siswa akan memperoleh hal-hal baru yang disebut sebagai hasil belajar. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh
Sudjana 2010 dalam Qalbu 2014, “hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Rifa‟i dan Anni 2011: 85 menjelaskan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan
belajar”. Menurut Rifa‟i dan Anni, perubahan tingkah laku yang diperoleh tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, misalkan jika siswa belajar
tentang pengetahuan berupa konsep, maka perubahan yang diperoleh berupa pemahaman konsep sesuai yang dipelajari.
Upaya untuk mengetahui apakah hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka diperlukan evaluasi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan
oleh Sunal 1993 dalam Susanto 2013: 5 bahwa “evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu
program telah memenuhi kebutuhan siswa”. Melalui evaluasi yang dilakukan dapat diketahui seberapa jauh pemahaman siswa pada materi yang disampaikan,
selain itu dapat mengetahui hasil belajar secara menyeluruh, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
17 Jadi hasil belajar adalah kemampuan baru yang dimiliki siswa akibat dari
proses belajar dan pengalamannya, dimana hasil belajar tersebut mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor dan dapat diukur melalui kegiatan
evaluasi.
2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Salah satu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh guru dalam mendidik adalah memahami karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Karakteristik
merupakan suatu ciri khas berupa sikap maupun kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang, sehingga setiap orang memilliki karakteristik yang berbeda satu sama
lain. Begitu juga dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Perkembangan yang terjadi dapat dilihat dari kelompok umur dan
berkaitan dengan perkembangan kemampuan kognitif siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget 1950 dalam Susanto 2014: 77 bahwa setiap tahapan
perkembangan kognitif mempunyai karakteristik yang berbeda. Menurut Piaget dalam Rifa‟i dan Anni 2011: 27-9 menjelaskan bahwa secara garis besar tahapan
tersebut dikelompokkan menjadi tahap sensorimotorik usia 0-2 tahun, tahap praoperasional usia 2-7 tahun, sub-tahap simbolis 2-4 tahun, sub-tahap intuitif
4-7 tahun, tahap operasional konkrit usia 7-11 tahun, dan tahap operasional formal usia 11-15 tahun.
Mengacu pada pendapat Piaget tersebut, anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit yakni usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak sudah
mampu mengoperasionalkan berbagai logika namun masih dalam bentuk konkrit, kemampuan mengklarifikasi dan menggolongkan sudah ada tetapi belum bisa
memecahkan masalah yang bersifat abstrak.
18 Sumantri dan Syaodih 2009: 6.3-4 mengemukakan karakteristik anak SD
ada empat, yaitu: 1
Senang bermain Karakteristik ini menuntut guru untuk dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan, untuk itu guru diharapkan dapat merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
2 Senang bergerak
Siswa pada usia sekolah dasar sangat senang bergerak. Karakteristik ini menuntut guru agar dapat merancang model pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa untuk aktif, sehingga dapat berpindah dan bergerak. 3
Senang bekerja dalam kelompok Karakteristik ini menuntut guru untuk merancang model pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa dalam kegiatan kelompok. Melalui kelompok, siswa dapat bergaul dengan siswa lain dalam kelompoknya, siswa dapat belajar
bersosialiasi, setia kawan, menerima tanggung jawab, bersaing dengan orang lain, serta belajar keadilan dan demokrasi.
4 Senang merasakan atau melakukan sesuatu
Karakteristik ini menuntut guru untuk merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar yang belum dapat memecahkan masalah secara abstrak, menuntut guru untuk
melakukan pembelajaran yang menyertakan sesuatu yang konkrit. Untuk itu dalam proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan benda-benda konkrit
dalam menjelaskan materi, atau dapat pula menggunakan alat peraga maupun
19 gambar dalam membantu siswa memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Karakteristik siswa yang senang bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu juga harus diperhatikan guru supaya dapat menciptakan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satunya dengan cara memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat bergerak dan
dapat bekerja secara berkelompok.
2.1.6 Model Pembelajaran