28
Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris
menentukan tingkat keefektifan pemantauan kinerja perusahaan. Menurut Chtourou 2001 dalam Sari, 2010 “jumlah dewan yang semakin besar maka
mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan semakin baik”. 2.1.9 Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun
jangka panjang. Dewan direksi juga merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan good corporate governance yang bertugas dan bertanggungjawab
untuk menjalankan manajemen perusahaan.
2.1.10 Konvergensi IFRS
International Financial Reporting Standards IFRS adalah standar, interpretasi dan kerangka kerja dalam rangka Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan yang diadopsi oleh International Accounting Standards Board IASB. Banyak standar membentuk bagian dari IFRS. Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal
dengan nama International Accounting Standards IAS Lestari, 2012. Seperti yang diungkapkan dalam Media Akuntansi 2005
Pangabean,2007 dalam Wardhani 2009 IFRS telah diterapkan oleh sejumlah negara di dunia, dengan tingkat adopsi yang berbeda-beda. Adopsi IFRS dapat
dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu: 1. Full adoption, dimana suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan
menerjemahkannya secara word by word.
29
2. Adapted, dimana suatu Negara mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi suatu negara.
3. Piecemeal, dimana suatu negara mengadopsi sebagian nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced, dimana suatu negara menjadikan IFRS sebagai referensi dalam pembentukan standar yang dibuat sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adoption at all, dimana suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS. Lestari 2012 menyebutkan manfaat adopsi IFRS adalah sebagai berikut:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional enhance
comparability. b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management. Kustina 2012 menyatakan konvergensi IFRS dilakukan melalui tiga
tahapan, yaitu: 1. Tahap adopsi 2008 - 2011 yang meliputi adopsi seluruh IFRS ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku.
30
2. Tahap persiapan akhir 2011 yaitu penyelesaian infrastruktur yang diperlukan.
3. Tahap implementasi 2012 yaitu penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK
secara komprehensif. Berdasarkan roadmap tersebut maka Indonesia telah memasuki tahap
persiapan akhir di tahun 2011 setelah sebelumnya melalui tahap adopsi 2008 – 2010. Berikut ini Tabel perkembangan konvergensi PSAK ke IFRS:
Tabel 2.1 Perkembangan Konvergensi PSAK Ke IFRS
Tahap Adopsi 2008 – 2010
Tahap Persiapan Akhir 2011
Tahap Implementasi
2012
Adopsi seluruh IFRS ke PSAK
Penyelesaian persiapan infrastruktur yang
diperlukan Penerapan PSAK
berbasis IFRS secara bertahap
Persiapan infrastruktur yang diperlukan
Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis
IFRS Evaluasi dampak
penerapan PSAK secara komprehensif
Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap
PSAK yang berlaku
Kustina 2012 juga menyebutkan bahwa Perusahaan BUMN sebagai perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dipersyaratkan oleh regulasi untuk
menyusun laporan keuangan berdasarkan standar, serta untuk dapat mengimplementasikan IFRS perusahaan harus menyiapkan sumber daya manusia
31
dan dana yang cukup untuk melakukan pemutakhiran sistem dan SOP yang saat ini telah ada.
Komitmen pimpinan perusahaan juga diperlukan untuk mendukung proses implementasi IFRS tersebut. Besarnya komitmen pimpinan terkadang dipengaruhi
oleh kepedulian stakeholder pengguna laporan keuangan. Kementerian BUMN sebagai stakeholder utama BUMN sangat mempengaruhi bagaimana proses
implementasi PSAK baru ini dalam perusahaan. Secara garis besar Kustina 2012 membagi dampak konvergensi IFRS
menjadi empat bagian, yaitu: 1. Dampak IFRS pada sistem akuntansi
Adanya peningkatan penggunaan nilai wajar fair value, adanya penggunaan ” judgment” karena karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip principle
based sedangkan PSAK merupakan rule based, dan penggunaan persyaratan pengungkapan yang akan lebih banyak, baik kualitatif maupun kuantitatif.
2. Dampak IFRS pada sistem informasi perusahaan Hal ini disebkan karena dengan konvergensi IFRS menyebabkan perbedaan
standar yang signifikan antara IFRS dan standar yang berlaku sebelumnya. 3. Dampak IFRS pada sumber daya manusia pada perusahaan
Penerapan IFRS membutuhkan sumber daya profesional yang memiliki kemampuan untuk melakukan judgment dalam menggunakan standar IFRS,
baik dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan.
32
4. Dampak IFRS pada sistem organisasi perusahaan Penerapan IFRS tidak hanya mengubah cara organisasi membuat laporan
keuangan, namun juga mengubah bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya. Diperlukan pengendalian internal khususnya yang terkait dengan
pelaporan keuangan agar perusahaan dapat memnuhi semua persyaratan yang ditetapkan.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-
penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Ningsaptiti pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba”, dengan manajemen laba sebagai variabel dependen dan variabel independen terdiri dari ukuran perusahaan,
konsentrasi kepemilikan, dewan komisaris, spesialisasi industri KAP, komite audit. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 37 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2006-2008. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dan spesialisasi industri KAP berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap manajemen laba, sedangkan dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Selanjutnya pada penelitian Suryani 2010 “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba pada