PENGERTIAN HUKUM NILAI, MORALITAS DAN HUKUM

untuk dijalankan. Dengan adanya tatanan masyarakat maka dapat dicegah gangguan-gangguan kepentingan manusia dan akan dapat dihindarkan bentrokan antarkepentingan sehingga diharapkan kepentingan-kepentingan manusia dapat dilindungi. Tatanan masyarakat itu ada yang berbentuk tertulis dan ada pula yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang berdasarkan keyakinan dalam masyarakat yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Segala sesuatu yang dapat menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat yang berupa aturan tingkah laku dapat dikatakan sebagai salah satu ciri hukum. Merupakan kenyataan bahwa setiap saat hidup manusia dikuasai oleh aturan tingkah laku. Aturan tingkah laku berlaku sejak dalam kandungan sampai manusia lahir ke dunia dan sesudah meninggal dunia. Tatanan masyarakat yang memuat tingkah laku secara material dapat kita katakan sebagai hukum. Maka hubungan hukum yang terdapat dalam masyarakat tentulah tidak terhingga jumlahnya. Akibatnya hukum tidak terbatas pada suatu segi saja dan terdapat di mana-mana. Oleh karena itulah hukum banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang dapat menyatukannya dalam suatu rumusan definisi secara memuaskan. Sesungguhnya apabila kita meneliti benar-benar tentang tatanan masyarakat dan sifat-sifatnya sebagai yang telah dikemukakan di depan maka sukarlah bagi kita untuk memberikan definisi tentang pengertian hukum yang dapat memuaskan semua pihak. Secara umum kita dapat melihat bahwa hukum merupakan seluruh aturan tingkah laku berupa normakaidah baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan tata tertib dalam masyarakat yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakatnya berdasarkan keyakinan dan kekuasaan hukum itu. Pengertian tersebut didasarkan pada penglihatan hukum dalam arti kata materiil, sedangkan dalam arti kata, formal hukum adalah kehendak ciptaan manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku, tentang apa yang boleh dilakukan dan tentang apa yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dan dianjurkan untuk dilakukan. Oleh karena itu, hukum mengandung nilai-nilai keadilan, kegunaan, dan kepastian dalam masyarakat tempat hukum diciptakan. Untuk memperdalam pengertian hukum, bagi pembaca, dapat kami kemukakan beberapa pendapat para ahli hukum yang telah memberikan definisi yang antara lain sebagai berikut. 1. Hukum adalah himpunan petunjuk hidup perintah atau larangan yang mengatur tata tertib dal= suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu. E. Utrecht, 1961: 12. 2. Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjuk- petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan ke mana harus diarahkan. Oleh karena itu pertamatama, hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat tempat hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan. Satjipto Rahardjo, 1986: 20. 3. Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan- badan resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan hukuman. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, 1959: 6. 4. Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogianya atau seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya kaidah hukum merupakan perumusan pendapat atau pandangan tentang bagaimana seharusnya atau seyogianya seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman kaidah hukum bersifat umum dan pasif. Sudikno Martokusumo, 1986: 16. Dari beberapa definisi tentang hukum tersebut, tampaklah bahwa hukum meliputi kehidupan manusia dalam pergaulan masyarakat yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia agar hidup teratur, serta merupakan pedoman atau patokan sikap tindakan atau perilaku yang pantas dalam pergaulan hidup antarmanusia. Bertitik tolak dari beberapa definisi hukum tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa hukum terdiri atas beberapa unsur sebagai berikut: a. Peraturan atau kaidah-kaidah tingkah laku manusia dalam pergaulan antarmanusia masyarakat. b. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib. c. Peraturan merupakan jalinan-jalinan nilai, merupakan konsepsi abstrak tentang adil dan tidak adil serta apa yang dianggap baik dan buruk. d. Peraturan bersifat memaksa. e. Peraturan mempunyai sanksi yang tegas dan nyata. Di samping itu, kita juga dapat melihat bahwa hukum ditandai oleh ciri-ciri berikut: a. Adanya perintah danatau larangan. b. Perintah danatau larangan itu hares dapat ditaati oleh setiap orang. Setiap warga masyarakat wajib mematuhi peraturankaidah hukum tersebut agar tata tertib di dalam masyarakat tetap terpelihara dengan sebaik- baiknya. Untuk mempertahankan hukum perlu adanya sanksi yang tegas dan nyata, yang datang dari pihak pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan adanya sesuatu kekuasaan hukum untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.

D. SANKSI ATAS PELANGGARAN NORMATATANAN SOSIAL

Pada hakikatnya tatanan keagamaan, kesopanan, kesusilaan, dan kebiasaan, sebelum diresepsi sebagai hukum, kekuasaannya tidak sama kuatnya dengan kekuasaan hukum E. Utrecht, 1961: 18. Adapun yang menjadi sebab adanya perbedaan kekuasaan di antara bermacam-macam tatanan itu adalah perbedaan legitimasi sanksinya. Yang dapat memberi atau memaksakan sanksi terhadap pelanggaran kaidah hukum adalah penguasa karena dalam penegakan hukum jika hal ada pelanggaran menjadi monopoli penguasa. Penguasa mempunyai kekuasaan untuk memaksakan sanksi terhadap pelanggaran kaidah hukum. Hakikat kekuasaan tidak lain adalah kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Adapun yang dimaksud dengan sanksi adalah akibat sesuatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain manusia atau organisasi sosial atas sesuatu perbuatan. E. Utrecht, 1961: 18. Umumnya yang dianggap merupakan perbedaan yang menonjol antara tatanan hukum dan tatanan masyarakat lainnya ialah sanksinya. Sanksi terhadap pelanggaran tatanan hukum dapat dipaksakan, dapat dilaksanakan di luar kemauan yang bersangkutan dan bersifat memaksa, yang datangnya dari pihak pemerintah overheid yang bertugas mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Misalnya dalam norma hukum: “Setiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain, wajib mengganti kerugian pada pihak yang dirugikan”. Hal itu dapat dipaksakan karena yang menderita kerugian dapat menggugat oraili;_, yang menimbulkan kerugian tersebut. Setelah dijatuhkan putusan dapat diminta pelaksanaan keputusan tersebut dengan mengadakan penyitaan terhadap harta kekayaan orang yang menimbulkan kerugian itu. Lalu harta sitaan itu dilelangdijual sebagai pemenuhan tuntutan ganti kerugian tersebut. Penjualan dan penyitaan di luar kemauan yang bersangkutan, tetapi merupakan sanksi dari norma hukum. Begitu juga jika ada orang melakukan pencurian sehingga dijatuhi hukuman penjara maka is dapat dipaksakan di luar kemauannya untuk dimasukan ke dalam penjara. Dalam pelanggaran tatanan keagamaan, kebiasaan yang belum diresepsi dalam hukum reaksi dari pihak pemerintah jarang sekali ada, kecuali pelanggaran tersebut membahayakan kepentingan umum. Dalam hal pelanggaran tatanan kesusilaan, reaksi dari pemerintah pada umumnya tidak ada sama sekali, namun pelanggaran terhadap tatanan ini akan mendapat teguran, ataupun celaan dari masyarakat. Sanksi dari masyarakat tersebut, kadang kala dirasakan lebih berat daripada sanksi hukum yang dijatuhkan oleh pemerintah. Walaupun sanksi tatanan hukum bersifat memaksa tidak berarti bahwa sanksi atas pelanggaran terhadap tatanan masyarakat lainnya sama sekali tidak