Tingkat pendidikan yang tidak merata

orang tidak lebih dari dua orang, dimanfaatkan secara serampangan. Dalam keseharian kita bisa menonton bagaimana sepeda motor dipakai berboncengan lebih dari dua orang, juga digunakan untuk mengangkut barang secara berlebihan sehingga mengganggu pengguna jalan lainnya. Teknologi komunikasi handphone telepon genggam sebagai contoh, disalahgunakan untuk melakukan kejahatan pidana maupun sosial, misalnya penipuan dan perselingkuhan. Jadi, tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pemanfaat Ipteks.

2. Kondisi ekonomi yang timpang

Tingkat pendapatan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah. Di satu sisi ada orang yang berpenghasilan melebihi kebutuhannya, di sisi lain terdapat banyak orang yang jangankan untuk mencukupi kebutuhan, untuk memenuhi sebagian kecil kebutuhannya saja sudah susah. Kondisi ekonomi yang timpang merupakan problem yang tak kalah serius dalam hal pemanfaatan Ipteks di Indonesia. Kehadiran sains dan teknologi pertanian misalnya, tidak sepenuhnya dinikmati atau dapat dimanfaatkan oleh para petani. Selain penguasaan lahan pertanian yang sempit, harga teknologi itu dirasa mahal sehingga tidak terjangkau. Hanya petani dengan kapital besar yang dapat memanfaatkan secara optimal. Sementara petani gurem hanya menjadi penonton. Pada konteks seperti itu, bagaimana mungkin kita berharap kesejahteraan petani bisa meningkat?

3. Keterampilan sosial yang rendah

Keterampilan sosial juga menjadi prasyarat bagi pemanfaatan Ipteks yang optimal dan bermaslahat. Keterampilan sosial adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis. toleran, dan damai. Keterampilan sosial yang rendah mengakibatkan pemanfaatan Ipteks menjadi negatif. Sebagai suatu misal, teknologi digital dan tiga dimensi telah mampu menghasilkan sistem audio visual yang luar biasa, enak dilihat dan enak didengar. Namun di tangan orang yang memiliki keterampilan sosial yang rendah, teknologi itu bukannya memberi manfaat, tapi justru akan mengganggu ketenangan orang lain. Misalnya menghidupkan dengan volume yang keras dan tanpa mengenal waktu.

4. Kehidupan politik yang tidak sehat

Kehidupan politik, selain dipengaruhi oleh birokrasi dan partai politik, juga sangat ditentukan oleh para elit yang berkuasa. Kehidupan politik yang sehat, dalam arti menempatkan sistem demokrasi secara benar, meletakkan sistem hukum secara adil, dan menempatkan hubungan penguasa dan rakyatnya secara harmonis sangat menentukan pemanfaatan Ipteks secara optimal sesuai jalur benar. Problem saat ini justru sebaliknya. Kehidupan politik tidak sehat yang ditandai oleh pertikaian antarelit. Hasilnya dapat dilihat, kehadiran teknologi televisi yang mestinya digunakan untuk mencerdaskan rakyat justeru menjadi wahana propaganda negatif dengan menjereng saling serang, menebar fitnah, dan mohon maaf, baku hantam di depan publik. Padahal teknologi televisi sudah hadir ke setiap rumah sehingga apa yang mereka pertontonkan tidak dapat dijadikan sebagai tuntunan yang dilihat keseharian oleh masyarakat.