Makna Teknologi Bagi Kehidupan Manusia

technikos yang berarti seseorang yang memiliki keterampilan tertentu. Dengan perkembangannya ketrampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik. Hingga permulaan abad XX ini, istilah teknologi dipakai secara umum dan merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide di samping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti itu berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana aktivitas yang dengannya manusia berusaha mengubah atau menangani lingkungannya. Ini merupakan suatu pengertian yang sangat luas karena setiap sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu teknologi. Teknologi sebagaimana ditulis pada paragraf bagian ini dianggap sebagai penerapan sains, pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat di mana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan sains, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologibagian sains dapat ada tanpa berpasangan dengan sains dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan sains yang menjadi pasangannya. Elly M. Setiadi, dkk. 2010 menulis, ada tiga macam teknologi yang sering dikemukakan oleh para ahli, yaitu: 1 Teknologi modern, jenis teknologi modern ini mempunyai ciri-ciri, padat modal, mekanis elektris, menggunakan bahan impor, berdasarkan penelitian mutakhir, dan lain-lain. 2 Teknologi madya, jenis teknologi madya ini mempunyai ciri-ciri, padat karya, dapat dikerjakan oleh keterampilan setempat, menggunakan alat setempat, berdasarkan alat penelitian. 3 Teknologi tradisional, teknologi ini mempunyai ciri-ciri, bersifat padat karya banyak menyerap tenaga kerja, menggunakan keterampilan setempat, menggunakan alat setempat, menggunakan bahan setempat, berdasarkan kebiasaan atau pengamatan. Berdasarkan uraian di muka dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan segenap keterampilan manusia dalam menggunakan sumber- sumber daya alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Secara lebih umum dapat pula dikatakan bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis kehidupan.

2. Makna Seni Bagi Kehidupan Manusia

Janet Woll sebagaimana dikutip Elly M. Setadi 2010, mengatakan bahwa seni adalah produk sosial. Sedang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah “keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya, seperti tari, lukis, ukir, dan lain-lain. Istilah seni the art dalam ilmu sosial menyatu bagai bagian tak terpisahkan dari apa yang oleh para ilmuwan sosial disebut sebagai sosiologi seni-seni sociology of the arts atau sosiologi seni dan literatur sociology of the art and literature. Sebenarnya, sosiologi seni-seni visual relatif jarang dikembangkan ketimbang sosiologi literatur, drama atau bahkan film. Sifat generik dari pokok bahasan subdisiplin sosiologi ini mau tidak mau menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam analisis, lantaran kita tidak selalu bisa menarik garis sejajar antara, katakanlah, musik dan novel dengan konteks sosial atau politiknya. Seni benar-benar merupakan wilayah yang cair. Di dalamnya tidak ada satu model analisis atau teori yang dominan, yang menjelaskan hubungan seni dan masyarakat. Hal yang diminati adalah masalah hubungan-hubungan sosial di mana karya seni itu diproduksi. Ahli sosiologi melihat kepada peran para penjaga gawang para penerbit, kritikus, pemilik galeri dalam memperantarai seniman dan masyarakat; juga mengenai hubungan-hubungan sosial dan proses pengambilan keputusan di sebuah akademi seni atau perusahaan opera; atau mengenai hubungan antara produk-produk budaya tertentu misalkan, fotografi dan organisasi-organisasi sosial di mana karya itu dihasilkan Alder 1979. Titik beratnya, kendati tidak mesti eksklusif, seringkali adalah pada seni- seni pertunjukan perforating arts, dimana kompleksitas hubungan- hubungan sosial dianalisis. Di Inggris, seni-seni pertunjukan mendapat tempat kedua setelah literatur, yang menjadi fokus para sosiolog. Terkait dengan hakiki seni seperti itu, apa yang disebut pendekatan produksi-budaya itu acapkali mendapat kritik karena dianggap sering mengabaikan produk budaya itu sendiri. Karya seni dianggap sebagai objek yang sudah demikian adanya dan tidak perlu diperhatikan lagi isi, sifat simboliknya, atau konvensi-konvensi penyajiannya. Akan tetapi karya dalam tradisi Marxis ternyata mengakui pentingnya melihat novel, lukisan, atau film secara kritis dan analitis sebagaimana halnya kondisi-kondisi produksinya. Para ahli seni Marxis sudah bergerak dari metafora sederhana dan kurang mengena, yakni basis dan suprastruktur, yang mengandung bahaya sikap reduksionis ekonomi terhadap budaya, dan beranjak melihat literatur serta seni semata-mata sebagai pencerminan faktor-faktor kelas atau ekonomi. Karya pengarang kontinental Eropa Gramsci, Adorno, Althusser menjadi penting dalam penyernpurnaan model, dengan bertumpu pada level-level kelompok sosial antara