Penderitaan Sebagai Fenomena Universal Penderitaan Sebagai Anak Penguasaan

autobiografinya Jendral Sudirman, Bung Kamo, Hamka, Bung Hatta, dan sebagainya. Dalam realitas zaman yang sekarang ini terjadi berbagai penderitaan telah menimpa bumi pertiwi yang seolah-olah tidak pernah berhenti, antara lain mulai dari bencana alam yang berupa gempa, tanah longsor, banjir, kecelakaan lalu lintas, kebakaran, penggusuran, penyakit, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi modern berita-berita tentang penderitaan akan mudah tersebar luas melalui media massa. Berita- berita tentang sebab-sebab penderitaan manusia, seperti: kelaparan, kebakaran, banjir, perang, wabah penyakit dan berbagai peristiwa lain yang menyedihkan selalu menghiasi media massa setiap hari. Berita-berita itu akan menggugah hati nurani manusia untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kere- laan, kesanggupan, kemampuan dan tekadnya masing-masing. Para dermawan dan sukarelawan segera bertindak untuk berbuat sesuatu membantu mengatasi penderitaan tersebut, baik melalui perorangan maupun organisasi-organisasi kemanusiaan. Dengan mempelajari kasus-kasus penderitaan manusia, berarti belajar tentang sikap, nilai, harga diri, ketamakan, dan kesombongan manusia. Semua itu bermanfaat untuk memperdalam dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, penghayatan, dan penalaran bagi yang mempelajarinya.

1. Penderitaan Sebagai Fenomena Universal

Musibah yang berupa bencana alam, kecelakaan, penindasan, perbudakan, kemiskinan, kelaparan, perang merupakan hal yang dapat menyebabkan datangnya penderitaan manusia. Penderitaan tidak mengenal ruang dan waktu, dapat terjadi pada kehidupan masa laiu, kini, dan masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat kebutuhan dan tuntutan hidup manusia maka akan semakin tinggi pula tingkat intensitas penderitaannya. Manusia pada zaman apa pun jika merasa kebutuhannya tidak terpenuhi maka akan merasakan penderitaan itu. Penderitaan sebagai fenomena universal, di samping tidak mengenal ruang dan waktu juga dapat menimpa siapa saja. Orang-orang yang dianggap suci, bahkan para nabi juga dapat tertimpa apa yang dinamakan penderitaan tersebut.

2. Penderitaan Sebagai Anak Penguasaan

Di samping banyak faktor yang telah disebutkan di atas, penderitaan tidak jarang justru disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Banyak bukti telah menunjukkan bahwa penderitaan itu bisa terjadi karena juga ulah tangan-tangan manusia itu sendiri. Siapa yang menyulut perang? Mengapa ada bencana alam, seperti banjir, kebakaran hutan, kecelakaan, wabah penyakit dan sebagainya? Semua itu bisa dikembalikan pada ulah manusia itu sendiri. Apalagi jika berbicara tentang penindasan, kemis-kinan, penggusuran, perbudakan, kriminalitas, semuanya melibatkan unsur manusia itu sendiri. Manusia pada dasarnya adalah penyebab utama adanya penderitaan. Penderitaaan manusia yang satu tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia lainnya. Ini sernua sulit terbantahkan, karena penderitaan itu pada dasarnya merupakan anak penguasaan, jarang sebagai anak kebebasan. Firman Allah dalam al-Quran Surat an-Nisaa, ayat 79, menyebutkan: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. Firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa pada dasarnya penderitaan manusia itu sebagai buah dari praktik penguasaan manusia itu sendiri. Dalam menanggapi hal tersebut manusia sering memiliki cara pandang yang berbeda-beda, tergantung pada profesinya masing-masing. Seorang ilmuwan menangkap gejolak masyarakatnya melalui sektor penalaran keilmuan yang dianutnya, sedang bagi seorang pemimpin menangkapnya lewat saringan politik yang dianut. Berbeda dengan sastrawan atau seniman, ia bebas dalam mencari kebenaran tidak sekedar dibatasi oleh sektor penalaran dan kepentingan politik tertentu, melainkan lebih bisa untuk membawa suara hati nurani masyarakatnya. Dengan daya pengamatan dan getar rasanya yang lebih lembut seorang seniman mampu untuk menyuarakan fenomena penderitaan itu. Media ekspresi yang dipakainya tanpa batas, tiada syarat apa pun yang harus dipenuhi kecuali tuntutan estetika. Karya sastra yang dengan vokal menyuarakan penderitaan masyarakat antara lain adalah karya Mochtar Lubis berjudul Harimau Harimau, Perjalanan Hitam Muspa Edow, Mencoba Tidak Menyerah Yudhistira ANM, Jentera Lepas Ashadi Siregar, Bekisar Merah Ahmad Tohari, dan sebagainya.

C. Manusia dan Cinta Kasih