DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA

Akan halnya dengan seni, apabila disalahgunakan. juga berdampak buruk bagi kehidupan. Penyalahgunaan seni yang paling menonjol adalah dihadirkannya pornografi di dunia anak-anak dan generasi muda. Meskipun secara sosial kehadiran seni pornografi di kalangan muda digolongkan sebagai kejahatan, bukan sebagai pelanggaran, namun sanksi yang diberikan secara hukum sering kali tidak mampu mencegahnya. Berdasarkan ketiga contoh di muka menjadi jelas bahwa dampak penyalahgunaan Ipteks tidak membawa kemaslahatan apa pun bagi kehidupan sosial budaya manusia. Bahkan cenderung merusaknya, padahal, apabila dicermati secara serius, sebetulnya Ipteks adalah produk unggul adiluhung budaya manusia. Oleh karena itu diperlukan kesadaran bersama agar Ipteks memberikan sebesar-besar manfaat kepada manusia, bukan sebaliknya.

B. PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI INDONESIA

Secara melembaga, melalui Kementerian Ristek dan perguruan tinggi, pengembangan Ipteks dilaksanakan secara terorganisasi, rutin, dan dibiayai melalui APBN. Artinya secara tidak langsung rakyat telah membiayai kemaju Ipteks. Akan tetapi tidak semua hasil pengembangan Iptek di Indonesia dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan kalimat lain pernanfaatan Ipteks di Indonesia belum merata dan belum sepenuhnya memberikan manfaat optimal. Terdapat beberapa problematika pemanfaatan Ipteks di Indonesia. Problematika tersebut antara lain berikut ini.

1. Tingkat pendidikan yang tidak merata

Apresiasi terhadap Ipteks dan pemanfaatannya sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin baik apresiasi dan kemampuan untuk memanfaatkan Ipteks secara benar dan optimal. Akan tetapi diketahui, tingkat pendidikan masyarakat belum sepenuhnya merata. Sementara diketahui pada umumnya masyarakat adalah pengguna user, bukan orang yang paharn betul tentang Ipteks, maka hasilnya dapat dilihat, misalnya, teknologi mesin sepeda motor yang sudah terukur pemanfaatannya, yakni untuk muatan orang tidak lebih dari dua orang, dimanfaatkan secara serampangan. Dalam keseharian kita bisa menonton bagaimana sepeda motor dipakai berboncengan lebih dari dua orang, juga digunakan untuk mengangkut barang secara berlebihan sehingga mengganggu pengguna jalan lainnya. Teknologi komunikasi handphone telepon genggam sebagai contoh, disalahgunakan untuk melakukan kejahatan pidana maupun sosial, misalnya penipuan dan perselingkuhan. Jadi, tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pemanfaat Ipteks.

2. Kondisi ekonomi yang timpang

Tingkat pendapatan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah. Di satu sisi ada orang yang berpenghasilan melebihi kebutuhannya, di sisi lain terdapat banyak orang yang jangankan untuk mencukupi kebutuhan, untuk memenuhi sebagian kecil kebutuhannya saja sudah susah. Kondisi ekonomi yang timpang merupakan problem yang tak kalah serius dalam hal pemanfaatan Ipteks di Indonesia. Kehadiran sains dan teknologi pertanian misalnya, tidak sepenuhnya dinikmati atau dapat dimanfaatkan oleh para petani. Selain penguasaan lahan pertanian yang sempit, harga teknologi itu dirasa mahal sehingga tidak terjangkau. Hanya petani dengan kapital besar yang dapat memanfaatkan secara optimal. Sementara petani gurem hanya menjadi penonton. Pada konteks seperti itu, bagaimana mungkin kita berharap kesejahteraan petani bisa meningkat?

3. Keterampilan sosial yang rendah

Keterampilan sosial juga menjadi prasyarat bagi pemanfaatan Ipteks yang optimal dan bermaslahat. Keterampilan sosial adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis. toleran, dan damai. Keterampilan sosial yang rendah mengakibatkan pemanfaatan Ipteks menjadi negatif. Sebagai suatu misal, teknologi digital dan tiga dimensi telah mampu menghasilkan sistem audio visual yang luar biasa, enak dilihat dan enak didengar. Namun di tangan orang yang memiliki keterampilan sosial yang rendah, teknologi itu