58
penelitian untuk memperoleh kepastian kesesuaian antara tujuan penelitian dan hasil penelitian.
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, namun secara garis besar kegiatan analisis data terbagi menjadi empat tahap
yaitu: a Pengumpulan data b reduksi data, c display data, dan d pengambilan kesimpulan dan ferifikasi.
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan setiap kali peneliti melakukan
pengam,bian data. Data yang diperoleh oleh peneliti murni berasal dari apa yang dilihat, dirasakan, didengar, disaksikan, dan dialami secara langsung
oleh peneliti tanpa adanya pengaruh, pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang ditemui. Catatan refleksi adalah catatan tentang
kesan, pesan, komentar, dan penafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap
berikutnya.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah memilih hal-hal pokok dari data-data yang terkumpul selama melakukan penelitian yang sesuai dengan fokus
penelitian kita. Menurut Sugiyono 2012: 92 mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
59
Reduksi data bertujuan untuk merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, disusun secara sistematis sehingga memberikan gambaran
yang tajam tentang hasil pengamatan, reduksi data juga dapat mempermudah peneliti untuk mencari data sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Selanjutnya membuat abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman yang inti agar data yang diperoleh mudah
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3. Display data
Penyajian data atau display data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori,flowchart, dan sejenisnya Sugiyono, 2012: 95. Display data adalah kegiatan menyajikan data dalam bentuk matrik,
network, chat, atau grafik, dan sebagainya. Display data bertujuan agar peneliti dapat menguasai data yang diperoleh selama penelitian dan tidak
terbenam ke dalam setumpuk data.
4. Pengambilan keputusan dan Verifikasi
Pengambilan keputusan adalah fase dimana peneliti mencoba untuk mengambil kesimpulan berdasarkan data yang didapatkannya. Kata lain
pengambilan keputusan adalah kegiatan penarikan kesimpulan, menurut Sugiyono 2012: 99 adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran satu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas.
60
Setelah data dikumpulkan dan diseleksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi data. Interpretasi data dilakukan dengan
mencari pengertian yang lebih luas mengenai data yang diperoleh dengan cara membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan peneliti lain
bila ada dan dengan menghubungkannya kembali dengan teori. Sedangkan verifikasi dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data baru
sehingga kesimpulan yang di ambil akan semakin jelas seiring dengan banyaknya data yang mendukung satu sama lain.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatakan abash apabila memiliki keterpercayaan credibility, keteralihan transferability, kebergantungan dependability, dan
kepastian confirmability. Sedangkan untuk memeperoleh keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Sugiyono, 2012: 373-374
membedakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaanyang memanfaatkan penggunaan sumber, teknik dan waktu.
1. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber 2.
Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
3. Triangulasi waktu yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
61
Menurut Djama’an dan Aan 2011:170 Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga ada triangulasi
dari sumber, triangulasi dari teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menggunakan dua triangulasi,
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mecari data dari sumber yang
beragam yang masih terkait satu sama lain. Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber
data. Penggunaan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dimaksudkan agar informasi dari triangulasi sumber dan informasi dari triangulasi teknik dapat
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sehingga nilai keabsahan data semakin kuat dan terjamin.
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi, Program dan Subjek Penelitian
a. Sejarah Berdirinya Garda Total Security GTS
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa Polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam menciptakan masyarakat dan lingkungan yang
aman dan tertib, hal inilah yang mendorong terbentuknya SATPAM di Indonesia. Kapolri ketika itu dijabat Jenderal Polisi Purn Prof. DR. Awaloedin
Djamin mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri; No. SKEP126XII1980 tertanggal 30 Desember 1980 Tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan.
Selanjutnya, pada 30 Desember 1993, Polri mengukuhkan Jenderal Polisi Purn Prof. DR. Awaloedin Djamin menjadi Bapak SATPAM dan menetapkan
hari lahirnya SATPAM Indonesia pada tanggal 30 Desember. Seiring dengan berjalannya waktu, SATPAM dituntut untuk lebih profesional baik dari segi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, prosedur, proses dan SDM nya, maka dikeluarkanlah Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
No 24 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007 mengenai Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan danatau InstansiLembaga Pemerintah.
Garda Total Security GTS adalah Badan Usaha Jasa Pengamanan BUJP yang sudah bersiri sejak tahun 2004 yang merupakan perusahaan swasta
Nasional yang berdiri dengan latar belakang TNI, POLRI, dan HUKUM. Garda
63
Total Security GTS bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan keamanan, jasa penyedia tenaga keamanan SATPAM. Selama tiga belas tahun
proses panjang yang dilalui hingga saat ini Garda Total Security menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi calon security yang profesional dan tangguh.
b. VISI DAN MISI GARDA TOTAL SECURITY
1 VISI
Sukses menerbangkan layang-layang bukan hanya yang diperlukan benang yang baik, tetapi juga kemampuan untuk mengendalikan dan memahami
kondisi.
2 MISI
Menjadi yang pertama dalam pengelolaan Diklat security di Yogyakarta dan menjadi yang terdepan dalam pencapaian outcam para lulusan SATPAM
didik. Persaingan bisnis semakin terbuka, dan kami membekali diri dengan strategi
komunikasi pengembangan Market yang reintegrasi dalam sebuah proses.
c. Lokasi
BUJP Badan Usaha Jasa Pengamanan Garda Total Security pusat berlokasi di Jl. Ringroad barat No.09 Demakijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pusat
pendidikan dan pelatihan dilaksanakan di Jl. Jogja-Solo KM 4 Jogonalan, Klaten Jateng, sedangkan yang di cabang Purworejo berada di vanlar
satlantas POLRES Purworejo, namun kantor cabang Purworejo beralamat di Jl. Brigjen katamso No 86, Pangenrejo, Purworejo, Jateng.
64
d. Tujuan Penyelenggaraan Program
Tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratama adalah:
1 Menguurangi pengangguran
2 Memfasilitasi SATPAM yang belum memiliki ijasah Gada Pratama
3 Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, dan lingkungan sekitar yang aman. 4
Menghasilkan anggota SATPAM yang memiliki sifat mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar
sebagai pelaksana tugas SATPAM
e. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Gada Pratama adalah semua SATPAM yang belum memiliki sertifikat atau lebih sering
dikatakan sertifikasi, serta untuk umum yang memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan Gada Pratama. Adapun kualifikasinya
adalah sebagai berikut: 1
Warga negara Indonesia 2
Lulus tes kesehatan dan kesamaptaan 3
Bebas narkoba 4
Lulus psikotes 5
Menyertakan surat keterangan catatan kepolisian SKCK 6
Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum SMU dan setara.
65
7 Tinggi badan paling rendah 165 untuk pria dan paling rendah 160
untuk wanita 8
Usia paling rendah 20 tahun dan paing tinggi 30 tahun.
f. Struktur Organisasi Divisi Diklat SATPAM di Garda Total Security
BUJP GARDA TOTAL SECURITY STRUKTUR ORGANISASI
DIVISI DIKLAT SATUAN PENGAMANAN SATPAM
Gambar. 2 Struktur Organisasi Dr. Sekti
Widodo
Komisaris
Agus Nurwijanarko
Direktur
Suradi
Kodiv Diklat
Dewi kumalasari
KABAG OPS Induk 1
Hadiyanto
Kasi OPS induk 1
Ika Hartanti
Staff FO
Aninditya Bangutopo
Staf Administrasi
Rizky Aditya
Staff Operasional
Ary Prasetyo
Staff Operasional
Ika Wulandari
Kasi OPS Pusat
Febriana N Arma
Keuangan
Aditya Rifka Prasetyaa
Staff Admin Pusat
Hari Fitriyanta
Pembina
GL Tentrem
Kepala PUSDIKLAT
Minharjo
Logistik
66
g. Layanan yang tersedia di Garda Total Security
1 Diklat Calon Security
Diklat ini menggunakan konsep dan metode pembelajaran yang disusun dengan segala analisa pemikiran yang baik, menghasilkan kurikulum
pembelajaran yang sangat tepat bagi siswa, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta ketersediaan instruktur yang sudah
berpengalaman pada materi yang disampaikan. Diklat calon security bertujuan
mampu menghasilkan personil SATPAMSECURITY professional berkepribadian baik, mampu menjalankan peran fungsi dan tugasnya dengan
baik, bisa mendukung kesuksesan bisnis perusahaan dan operasional perkantoran, mengamankan, melayani dan menjaga simpatiimage, juga
mewujudkan standart SATPAMSECURITY yang berkualitas yang siap bersaing di era kompetisi. Selain itu diklat calon SATPAM memiliki fungsi
sebagai pengesahan anggota SATPAM atau dengan kata lain seorang SATPAM memiliki legalitas diri sebagai anggota SATPAM, tanpa mengikuti
diklat maka seorang SATPAM belum bisa dikatakan legal.
1 Up-Grading SATPAM Aktif
Up-Grading SATPAM Aktif dilakukan untuk meningkatkan kualitas SATPAM yang semakin melemah. Tidak sedikit pemimppin perusahaan atau
perkantoran yang mengeluhkan kualitas SATPAM, seperti melemahnya loyalitas dan dedikasi kerja, kedisiplinan dan kepribadian yang berkurang,
berkurangnya pelanggan dikarenakan kurangnya simpati dari petugas
67
keamanan. Dengan adanya Up-Grading SATPAM Aktif diharapkan dapat mengembalikan hakikat SATPAM.
2
Diklat Lanjutan 1 Diklat lanjutan ditujukan untuk pemimpin team, pendidikan dan
pelatihan lanjutan 1 sangat penting karena peran dan fungsi pemimpin penyelia sangat vital dan merupakan kunci yang menentukan keberhasilan
dalam pencapaian target. Pada hakekatnya seorang komandan regu, shift leader, dan supervisor diharapkan mampu untuk mengerti dan melaksanakan
peran dan tanggung jawabnya, mengembangkan team karah keberhasilan, merencanakan, melaksanakan dan mencapai sasaran kerja, mampu
membangun komunikasi yang baik. Secara singkat Diklat lanjutan 1 ditujukan kepada shift leader, komandan regu, dan supervisor.
3 Security Audit
Security Audit dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bersertifikat dan punya licency akan membantu :
1 Menemukan titik kerawanan dan potensi gangguan keamanan bagi
perusahaan BapakIbu. 2
Menganalisa pelatihan yang dibutuhkan untuk peningkatan Sumber Daya personil SECURITY.
3 Peralatan dan sarana yang pokok dan mendesak untuk membantu
operasional tugas SATPAM atau SECURITY hingga menuju kesempurnaan atau titik ideal.
68
4 Perincian tugas-tugas dan prosedur operasional SATPAMSECURITY
yang sesuai dengan Perusahaan atau kantor BapakIbu. 5
Cara- cara efektif
dan efisien untuk mewujudkan kesadaran Security dan Zero Accident.
6 Perhitungan jumlah personil SATPAMSECURITY manning guide
penempatan tugas, pembagian tugas dan penjadwalan tugas. 7
Mewujudkan organisasi kerja yang ideal. 8
Kelengkapan administrasi dan dokument. Dan yang lainnya.
4 Out sourcing
Out sourcing merupakan jasa penyaluran kerja yang dilakukan oleh Garda Total Security. Dengan banyaknya mitra yang sudah terjalin maka,
semakin mudah bagi Garda Total Security dalam melakukan penyaluran kerja.
Pilihan terbaik dan paling tepat bagi kebijaksanaan peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, tentang status kekaryawanan dan BUJP
Out Sourcing. Dan juga persoalan ketenagakerjaan bagi Perusahaan maupun perkantoran seperti : Perhitungan hari dan jam kerja disaat kekurangan staff,
dilema penambahan karyawan, tingginya biayapengeluaran tunjangan- tunjangan, kebutuhan mendadak dan mendesak yang hanya dalam jangka
waktu tertentu, juga banyaknya jaminan-jaminan yang harus ditanggung oleh Perusahaan atau Perkantoran, dan banyak lagi lainnya.
Disisi lain layanan ini memberikan solusi untuk menjawab permasalahan di atas seperti : biaya yang murah kompetitif dan negosiabel,
garansi penempatan personil sesuai kriteria persyaratan, legalitas perusahaan
69
yang resmi, aman dan terjamin. Segala permasalahan ketenagakerjaan SATPAMSECURITY menjadi tanggung jawab pihak BUJP, variasi
pergantian personil SATPAMSECURITY bisa kapanpun jika dikehendaki. Dan masih banyak lagi keuntungan yang didapatkan.
5 Konsultan keamanan
Sebagai konsultan di bidang keamanan Garda Total Security berperan dalam menangani masalah masalah yang berkaitan dengan keamanan, selain itu
Garda Total Security melayani keluh kesah yang dialami oleh pemimpin perusahaan.
B. Data Hasil Penelitian
1. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total
Security a.
Perencanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM Satuan Pengamanan
1 Kurikulum
Kurikulum merupakan jantung dari pelaksanaan diklat SATPAM, selain itu merupakan proses sistematis dalam mempersiapkan pembelajaran sehingga
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat berjalan secara efektif. Kurikulum
disusun dan dirancang berdasarkan Peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 paragraf 4 pasal 17 dan pasal 14 ayat 3 yang
berbunyi, “pelatihan Gada Pratama dilaksanakan dengan menggunakan minimal pola 232 dua ratus tiga puluh dua jam pelajaran, penambahan disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan industrial security”.
70
Seperti yang telah disampaikan oleh “AIPTU EP” selaku Kanit POLRES Purworejo yang bertugas sebagai instruktur diklat, dan dilakukan verifikasi, maka
peneliti menyimpulkan bahwa: “Garda Total Security tidak membuat kurikulum sendiri, karena kurikulum
sudah siap dari pemerintah pusat. Anggota POLRES yang ditunjuk sebagai instruktur bertugas menyusun jadwal pendidikan dan pelatihan. dengan
bantuan dari pihak Garda Total Security. Penyusunan jadwal diupayakan sesuai dengan pola yang telah dicantumkan pada kurikulum, yaitu 232 JP,
dengan rincian 30 teori dan 70 praktik.
”
Begitu pula dengan penjelasan yang diungkapkan oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat yang bertanggung jawab dalam operasional dalam pelaksanaan diklat,
mengenai kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan diklat. Setelah peneliti melakukan verifikasi, dapat disimpulkan bahwa:
“Garda Total Security sebaga BUJP badan usaha jasa pengamanan bertugas sebagai penyedia dan penyelenggara program, yang berkaitan dengan
perencanaan kurikulum tidak dilakukan di GTS. Kurikulum diturunkan langsung kepada POLRES setempat untuk dapat digunakan sebagai acuan
penyusunan jadwal
.” Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “DK” selaku Kabag OPS induk 1
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di wilayah induk 1 yakni cabang Purworejo, setelah dilakukan verifikasi yang disampaikan oleh
beliau adalah sebagai berikut: “Kurikulum diturunkan langsung dari pusat, Garda Total Security bersinergi
dengan pihak POLRES melakukan penyusunan jadwal pendidikan dan pelatihan dengan pola 232 JP. Sebelumnya kami membuat rencana kegiatan
rengiat, sebagai pedoman dalam melakukan penyusunan jadwal.” Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan verifikasi dapat
disimpulkan bahwa secara tegas, karyawan BUJP Badan Usaha Jasa Pengamanan Garda Total Security dan salah satu anggota POLRES Purworejo menjelaskan bahwa
71
GTS tidak melakukan penyusunan kurikulum karena kurikulum diturunkan oleh pemerintah pusat untuk dijadikan pedoman dalam pembuatan RENGIAT dan jadwal
program pendidikan dan pelatihan. Penyusunan kurikulum dilakukan oleh pihak polres yang bersinergi dengan GTS. Alur pembuatan jadwal adalah sebagai berikut,
kurikulum diturunkan pemerintah pusat kemudian ditujukan kepada POLDA, pihak POLDA menunggu pengajuan Surat perintah SPRINT dari polres setempat sebagai
penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang bersinergi dengan badan usaha jasa pengamanan yang mana disebut dengan BUJP Garda Total Security. POLRES dan
pihak BUJP hanya membuat perencanaan kegiatan RENGIAT untuk dapat menentukan dan atau menyusun jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
SATPAM Satuan Pengamanan. Secara singkat tidak terdapat perencanaan mengenai kurikulum namun hanya terdapat perencanaan yang berupa jadwal
pelaksanaan diklat. Setiap lembaga BUJP harus melaksanakan ketentuan pelaksanaan diklat sebanyak 232 jam pelajaran seperti yang telah tertera dalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan SATPAM tingkat Gada Pratama.
2 Peserta Didik Peserta Diklat
Peserta didik merupakan salah satu syarat dan unsur pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan, serta merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratam di BUJP Garda Total Security.
Peserta didik pendidikan dan pelatihan sangat beraneka ragam, karena berasal dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda. Peserta didik
digolongkan menjadi 2 bagian yaitu peserta didik yang sudah bekerja sebagai
72
SATPAM namun belum memiliki ijazah Gada Pratama dan peserta didik reguler yang belum pernah bekerja. Perbedaan dari keduanya adalah tingkat kepadatan
kegiatan belajar mengajar, meskipun pola kurikulum yang dijalankan adalah 232 JP dengan rincian praktik perbandingannya lebih besar daripada teori. Untuk peserta
didik sertifikasi atau sudah pernah bekerja perlakuannya melanjutkan pemantapan praktik, sedangkan untuk peserta didik reguler perlakuannya diberikan dasar teori
dari awal dengan praktik. Maka perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik harus dirancang dengan baik, karena fasilitas dan biaya pendidikan juga berbeda.
Perbedaan pembayaran hanya berpengaruh pada fasilitas yang didapatkan, untuk SATPAM sertifikasi tidak memperoleh seragam lengkap, sedangkan yang reguler
memperoleh ragam lengkap. Terdapat strategi dalam merekrut peserta didik, karena BUJP Garda Total Security memiliki sistem marketing yang sangat bagus untuk
memperoleh Peserta didik. Dari berapa BUJP yang terdapat di daerah istimewa Yogyakarta Garda Total
Security masih berada di level pertama dalam memperoleh peserta pendidikan dan pelatihan. Seperti yang dijelaskan oleh bapak “AIPTU EP” selaku kanit POLRES
Purworejo telah dilakukan reduksi dan verifikasi beliau menyampaikan bahwa: “GTS memiliki cara marketing dengan memberikan reward berupa fee bagi
mereka yang memperoleh peserta didik. karena peserta didik bisa berasal dari GTS, POLRES, dan umum. Tidak sedikit dari alumni yang membawa peserta
didik untuk mengikuti diklat satpam di GTS. Karena sebelum lulus dari GTS pada saat penyerahan ijazah diberikan pembekalan bahwa bagi peserta didik
atau alumni yang membawa teman untuk mengikuti diklat maka akan mendapatkan fee
.”
73
Pernyatan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan yang diberikan oleh bap
ak “HY” selaku Kasi OPS induk 1, hasil wawancara ini telah diverifikasi dan disimpulkan bahwa:
“perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik, pihak BUJP merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena
mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan Training saja. Namun yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap yang
berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH. pelaksanaannya mereka mendapatkan perlakuan yang berbeda, peserta didik yang dikategorikan
sertifikasi lebih ditekankan pada praktiknya, sedangkan yang peserta didik reguler lebih ditekankan pada dasar-dasarnya kemudian barulah praktik.
Dalam mencari peserta didik BUJP Garda Total Security melakukan publikasi melalui media cetak, media sosial dan alumni, dan
dibantu oleh POLRES.” Hal senada juga disampaikan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan, beliau
menjelaskan bahwa: “yang termasuk dalam peserta didik sertifikasi adalah peserta didik dari PT
GATRA, mereka sudah bekerja dan mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk sertifikasi. Sebelumnya GTS melakukan MOU terlebih dahulu dan
melakukan kesepakatan harga per siswa, atau sering disebut dengan tender
.” Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perencanaan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan diklat, karena setiap pelaksanaan BUJP memiliki target siswa.
Jika dilihat dari keberagaman peserta didik, dan latar belakang yang berbeda maka kesadaran pihak instruktur dan pembina sangatlah diperlukan, supaya tidak terjadi
kesalahan dalam berkoordinasi. BUJP Garda Total Security memiliki strategi untuk mendapatkan siswa.mulai
dari pemberian reward yang berupa fee kepada orang yang mendapatkan siswa, serta dengan upaya melakukan kerja sama terhadap instansi-instansi di daerah Jateng dan
DIY. Pengelola harus mempersiapkan fasilitas yang diberikan untuk peserta didik
74
yang berbeda statusnya. Karena dalam pemberian fasilitas, untuk peserta didik reguler mendapatkan fasilitas dan atribut SATPAM lengkap, sedangkan untuk
peserta didik sertifikasi fasilitas yang didapatkan hanya topi satpan, dan kaos training saja.
3 Pendidik dan tenaga kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan di BUJP Garda Total Security lebih dikenal dengan instruktur dan pengelola program pendidikan dan pelatihan.
Instruktur memegang peran yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di lapangan, serta mempersiapkan segala macam yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran. Instruktur tidak berjalan sendiri, namun dibantu oleh pembina, dalam hal ini
pembina berasal dari team GTS Garda Total Security. Pembina perannya hampir sama dengan instruktur namun lebih berperan dalam mempersiapkan proses
pembelajaran, mengkondisikan peserta didik sebelum melakukan pembelajaran. Wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi dan disimpulkan oleh
peneliti. kegiatan yang berkaitan dengan persiapan proses pendidikan maupun praktik di lapangan sangatlah penting, proses tersebut tentunya melibatkan instruktur
dan pembina. Bapak “HY” selaku kasi OPS yang bertugas sebagai pembina dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan memaparkan bahwa:
“instruktur berasal dari anggota kepolisian yang sudah ditunjuk oleh POLRES, tentunya anggota yang memiliki pengalaman di bidangnya. Karena
materi pendidikan dan pelatihan adalah materi yang sudah dimiliki pihak kepolisian, misalkan untuk materi yang berkaitan dengan penjagaan,
pengawalan, dan patroli, tentunya instruktur yang dipilih harus mumpuni di bidangnya. GTS disebut dengan team GTS, materi yang diberikan berupa
pembekalan dan penyaluran kerja”
75
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan ibu “DK” selaku kabag OPS yang menjelaskan bahwa :
“penentuan instruktur dilakukan oleh POLRES, GTS tidak ada perekrutan dan penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi instruktur. BUJP hanya
menyiapkan team yang bertugas sebagai pembina dan pendamping” Berdasarkan wawancara di atas menjelaskan bahwa tidak terdapat kriteria
untuk penentuan instruktur, dikarenakan instruktur untuk proses pembelajaran sudah disediakan oleh POLRES setempat. BUJP hanya berperan sebagai pembina yang
membantu persiapan dalam proses pembelajaran. Seperti yang dilihat oleh peneliti pada saat melakukan observasi, bahwasanya pembina dari team GTS hanya
mempersiapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran.
4 Keuangan
Keuangan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan program, pengelolaan keuangan bagi suatu lembaga sangatlah penting karena berdampak
langsung terhadap efisiensi dan ke-efektifan lembaga dalam menjalankan programnya. Dalam pelaksanaan program tentunya tidak lepas dengan adanya biaya
operasional, secara umum apabila berbicara mengenai perencanaan keuangan maka secara umum terdapat dua hal yang harus diketahui, yaitu sumber dana serta alokasi
dan pengeluaran. Data hasil wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi oleh peneliti dan
disampaikan secara epik oleh penulis. Sumber keuangan yang terdapat di Garda Total Security adalah dari siswa untuk siswa, seperti yang telah dijelaskan oleh ibu
“VN” selaku bagian keuangan di Garda Total Security, menjelaskan bahwa:
76
“dalam melakukan perencanaan keuangan ibu VN selaku bagian keuangan merancang RAB Rencana Anggaran Bulanan untuk pengeluaran, setelah
RAB jadi diajukan kepada kepala divisi, setelah di ACC oleh kepala divisi barulah diajukan kepada komisaris untuk dapat melakukan pengeluaran cek.
pelaksanaannya proses pembayaran yang meliputi pendaftaran dan heregistrasi dibantu oleh bagian FO Front Office. Sumber dana ada
duakelompok, hasil tender kerja sama dengan mitra dan murni pembayaran dari siswa, kerja sama yang sudah terjalin antara lain dengan dinas sosial,
perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka ada SATPAM namun belum bersertifikasi nanti kita melakukan MOU untuk kesepakatan harga.
Disampaikan pula oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat, beliau juga berada di front Office kantor pusat yang biasanya bertugas menerima uang pendaftaran,
beliau menjelaskan sebagai berikut: “perencanaan keuangan itu berasal dari hasil pendaftaran siswa, uang
yang di bayarkan siswa kembali untuk siswa, yang masuk kantor pihak BUJP tidak dapat memberikan informasi. sebelum peserta menyepakati
biaya pendidikan dan pelatihan BUJP menjelaskan fasilitas yang didapatkan selama berlangsung pendidikan dan pelatihan.
”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan keuangan, maka tentunya yang bertugas di bagian keuangan melakukan
perencanaan perinciaan dana atau membuat RAB untuk keberlangsungan program, karena RAB tersebut harus diajukan kepada KADIV Kepala Divisi terlebih dahulu
sebelum adanya realisasi berupa cek dari komisaris GTS. Sumber dana tidak hanya berasal dari peserta didik saja namun mitra kerja juga membantu dalam pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan bantuan yang diberikan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya.
5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menunjang proses pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan perkap POLRI, bahwa
77
sarana dan prasana untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus memadai, seperti yang disampaikan oleh bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang
Klaten, peneliti menyimpulkan yang disampaikan oleh beliau yaitu: “sarana dan prasarana sudah dipersiapkan dari dulu. Di pusat pendidikan
dan pelatihan di Klaten sudah lengkap, mulai dari barak barak itu tempat tidur siswa itu mbak, kemudian kamar mandi, peralatan masak, keperluan
administrasi, lapangan, sampai dengan untuk proses pembelajaran itu ada LCD, proyektor, sound sistem, dll. Kemudian yang kita masih menyewa
itu misalnya kursi, kemudian peralatan untuk peragaan siswa, sound System yang digunakan dalam acara pembukaan dan pelepasan
.” Penyataan tersebut sejalan dengan penjelasan yang disampaikan oleh bapak
“MH” selaku bagian logistik cabang Klaten, beliau menyampaikan mengenai sarana prasarana bahwa:
“pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh bapak MH selaku bagian logistik dan pemeliharaan, dalam hal ini semua hal yang berkaitan
untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan harus menunggu perintah dari atasan, apabila diklatnya di Klaten. Sampai pada
keperluan masak dan keperluan pembelajaran. Kalau dikatakan lengkap atau belum PUSDIK Klaten berusaha untuk melengkapi sarana yang
dibutuhkan
.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana yang terdapat di tempat pendidikan dan pelatihan sudah memadai. Mulai dari keperluan memasak hingga keperluan pembelajaran, serta fasilitas barak dan
MCK untuk siswa pendidikan dan pelatihan. Sarana yang belum dimiliki oleh pusdik dan penggunaannya hanya sementara biasanya pihak BUJP menyewa selama
kegiatan diklat berlangsung.
78
b. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM Satuan
Pengamanan di Garda Total Security 1
Kurikulum
Kurikulum pada dasarnya sudah ada dan dibuat oleh pemerintah pusat kemudian diturunkan di POLDA, dari POLDA diturunkan ke POLRES kemudian
dari POLRES akan ditindak lanjuti dengan perancangan RENGIAT Rencana Kegiatan, supaya dapat melakukan penyusunan jadwal pelaksanaan, yang
selanjutnya tinggal diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan. Namun pembina atau team GTS harus selalu mempersiapkan diri jika
pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwan yang disusun. Seperti yang telah disampaikan oleh bapak AIPTU “EP” selaku kait POLRES Purworejo yang
bertanggung jawab berkenaan dengan instruktur untuk DIKLAT. Peneliti melakukan verifikasi dan menarik kesimpulan bahwa beliau menjelaskan sebagai berikut:
“pelaksanaan proses pembelajaran peneliti dianjurkan untuk mengamati sendiri, berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan dilapangan tidak selalu
sesuai dengan yang sudah direncanakan pada jadwal. Karena pada praktiknya pihak lapangan tidak pernah menduga hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.
Misalkan di jadwal materi tongkat borgol jam 11.00 WIB namun narasumber belum datang, maka team GTS harus memiliki rencana cadangan namun
harus
sesuai dengan
perincian kurikulum.
Perincian pelaksanaan
pembelajaran harus sesuai dengan prosedur yang telah tertera di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007 bahwa jumlah jam pelajaran harus memenuhi
232 JP, baru dapat dinyatakan lulus Gada Pratama. Biasanya pelaksanaannya yang mengisi tidak melulu dari polres, misalnya mereka punya banyak yel-yel
itu yang memberikan selain dari instruktur juga mendapat dari team GTS,
yakni pemandu atau pendamping.” Penjelasan AIPTU “EP” diperkuat oleh penjelasan dari pembina selaku kasi OPS
induk 1 beliau menjelaskan bahwa: “pelaksanaan proses diklat diisi oleh instruktur dari anggota kepolisian namun
terdapat berapa narasumber yang didatangkan dari instansi yang berkaitan
79
dengan materi yang terdapat di jadwal. Contohnya materi DAMKAR kita bekerja sama dengan petugas pemadam kebakaran untuk dapat memberikan
materi teori dan praktik berupa simulasi. Pemateri tersebut dinamakan instruktur nam
un bukan dari pihak kepolisian.” Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kurikulum sudah sesuai dengan ketentuan 232 JP yang tertera di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007. Melalui jadwal kita dapat mengetahui materi untuk
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya narasumber tidak hanya berasal dari kepolisian namun ada yang berasal dari instansi yang sesuai
dengan materi yang sudah terjadwal, diharapkan materinya dapat disampaikan dengan baik dan sesuai. Selain itu team GTS yang mana disebut dengan pembina dan
pendamping akan melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran dengan narasumber berlangsung. Misalnya dengan mengisi dengan berlatih yel-yel, mars
SATPAM, dan pembekalan ringan untuk praktik kerja di lapangan.
2 Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumber daya manusia penunjang keberlangsungan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya peserta didik harus
mampu menguasai materi dan terdapat ketentuan berkenaan dengan kedisiplinan. Karena pada pelaksanaannya peserta didik dibimbing dengan semi militer. Supaya
memiliki jiwa yang disiplin, serta dituntut memiliki jiwa korsa kebersamaan. Berkenaan dengan hal ini bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang Klaten
memaparkan bahwa: “berkenaan dengan peserta didik, siswa dididik supaya memiliki kedisiplinan
yang tinggi, karena ketika mereka sudah bekerja mereka juga harus disiplin. SATPAM bekerja berdasarkan sift yang sudah dibagi oleh atasannya, jadi
kapanpun sift yang dia peroleh mereka harus selalu siap 86. Kemudian kenapa kita juga memberikan pendidikan mengenai jiwa korsa, seperti yang mbak rosi
lihat ketika waktu makan, apabila makan satu ya makan semua, kalau tidak
80
makan satu ya semua tidak makan, dihukum satu kena hukuman semua. Pernah terjadi, pada saat makan ada beberapa orang yang mengambil lauk dobel
kemudian ketahuan, akhirnya tidak jadi makan namun justru dihukum semua untuk lompat kodok, tapi tidak ada yang protes, itu karena sudah tertanam jiwa
korsa. Selain itu peserta didik juga diajarkan etika, contohnya ketika masuk ruang akademik, peserta didik harus hormat dulu, ketuk pintu, ijin masuk dan
sebagainya. Supaya etikanya baik.
Senada dengan penjelasan di atas pak “HF” selaku instruktur dari team GTS
menjelaskan bahwa : “Peserta didik atau siswa dididik untuk bekal di lapangan pekerjaan, jadi di GTS
pendidikan juga dilaksanakan semi militer.” Berdasarkan pemaparan dari keduanya dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaannyan peserta didik atau biasanya disebut siswa tersebut harus mengikuti proses pendidikan dan pelatihan semi militer dan mematuhi segala kebijakan yang
telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswa dalam memasuki dunia kerja supaya terbiasa.
3 Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan inti dari keberlangsungan program pendidikan dan pelatihan. Karena merekalah yang melaksanakan dan
merencanakan proses pembelajarannya. Pendidik yang sering disebut dengan pembina, pendamping dan instruktur berperan dalam proses pendidikan dan
pelatihan. memberikan pembekalan, materi yang sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun. sedangkan tenaga kependidikan atau yang sering disebut dengan pengelola
bertugas mempersiapkan segala kebutuhan yang menunjang keberlangsungan pendidikan dan pelatihan termasuk administrasi, seperti BAP, rekapitulasi absen
siswa dll. Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan wawa ncara dengan pak “BT”
selaku staff administrasi kantor induk 1 purworejo, beliau menjelaskan bahwa:
81
“dalam pelaksanaan pendidikan tentunya membutuhkan berkas-berkas yang berkaitan dengan administrasi, adanya BAP difungsikan untuk mengetahui
kehadiran instruktur supaya pihak GTS dapat dengan mudah menghitung honor yang akan diberikan kepada instruktur. Instruktur dan atau narasumber
absen setiap hari. Sedangkan untuk siswa ketika ingin ijin keluar dan akan masuk area pusdik harus ijin dan lapor kembali terlebih dahulu, difungsikan
untuk mengetahui keluar masuknya siswa setiap pagi, siang, sore absen juga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan nilai
siswa.” Seiring dengan penjelasan di atas
ibu “IH” selaku staf FO kantor induk 1 Purworejo menjelaskan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan. Beliau
menyampaikan bahwa: “pendidik memang berasal dari polres tapi segala macam persiapan berasal
dari GTS, sebagai pengelola program. Yang mana GTS juga memfasilitasi instruktur mulai dari makannya, snack dll.”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan harus saling bersinergi, untuk itu komunikasi dan koordinasi sangatlah dipentingkan. Pengelola program bertugas mempersiapkan segala macam bentuk
administrasi yang berupa berkas, pembina berperan dalam mempersiapkan pendidikan dan pelatihan sebelum instruktur datang. Sedangkan instruktur berperan
dalam mengisi materi terhadap siswa dalam proses pendidikan dan pelatihan. Jadi antara instruktur pengelola program dan pembina memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Mereka bekerja sesuai TUPOKSI yang sudah ada. Namun harus selalu berkoordinasi.
4 Keuangan
Berbicara masalah keuangan terdapat dua golongan yaitu alokasi untuk pengeluaran dan pemasukan. Alokasi dan pengeluaran di BUJP Garda Total
Security seperti yang telah direncanakan dalam RAB yang dibuat oleh bagian
82
keuangan dan direalisasikan oleh komisaris. Seperti yang telah dijelaskan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan. Beliau mengatakan bahwa:
“Alur pengeluaran dan pemasukan GTSvakan tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk pengeluaran harus sesuai dengan RAB yang telah disusun,
apabila tidak sesuai maka harus melalui persetujuan dari komisaris. Sumber dana GTS ada 2, yaitu dari uang pendaftaran siswa yang difungsikan untuk
memenuhi fasilitas siswa, selain itu ada khas GTS.
” Seperti halnya yang disampaikan oleh ibu “IH” selaku staff FO yang bertugas
melayani pembayaran pendaftaran siswa untuk wilayah induk 1, beliau mengatakan bahwa:
“untuk alur keuangan induk satu hanya sebagai pelayan pembayaran saja. Misal tanggal pembayaran sudah selesai kantor induk satu juga harus laporan
ke pusat.” Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat,
beliau mengatakan bahwa: “pengelolaan keuangan GTS diserahkan kepada ibu VN selaku bagian
keuangan, tapi dalam hal pembayaran dibantu oleh bagian FO dan saya sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten dengan pak TR, kalau di induk 1
dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan barulah diberikan kepada bu VN, barulah bu VN merekap semuanya, kalau masalah pembagian keuangan GTS
berdasarkan RAB, tidak bisa mengeluarkan uang dengan tiba-tiba tanpa
persetujuan komisaris” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaannya keuangan dikelola oleh bagian keuangan, namun dibantu oleh karyawan lain diantaranya adalah bagian FO pusat, induk 1, dan cabang Klaten. Alur
selanjutnya barulah diserahkan pada bagian keuangan. Untuk dapat melakukan pengeluaran bagian keuangan terlebih dahulu membuat perencanaan RAB yang
kemudian diajukan kepada kepala divisi pendidikan dan pelatihan, setelah
83
mendapatkan persetujuan dari kepala divisi selanjutnya diajukan kepada komisaris untuk dapat direalisasikan berupa cek.
5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan alat pendukung dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM. Penggunaan sarana dan prasaran yang baik
merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil pendidikan dan pelatihan yang optimal. Pada dasarnya sarana dan prasarana berfungsi sebagai penunjang proses
pendidikan dan pelatihan , supaya dalam pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian perencanaan sebelumnya, bahwa sarana dan prasarana sudah tersedia dari dulu, namun dalam
pelaksanaannya pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan praktik ataupun pengenalan lemdik memanfaatkan lingkungan sekitar tempat pendidikan dan
pelatihan. Berkenaan dengan hal tersebut, bapak “HY” selaku KasinOPS induk satu yang sekaligus sebagai pembina menjelaskan bahwa:
“sarana dan prasarana memang sangat penting, pendidikan dan pelatihan SATPAM tidak hanya melulu belajar dikelas atau dihalaman depan kelas
namun seperti yang sudah dilihat oleh peneliti, pembelajaran dilakukan dilapangan, di area sekitar pusdik. Pada saat lemdik, GTS mengajak siswa
pergi ke alun alun, kemudian di sungai, hal tersebut merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar dalam hal penggunaan sarpras
mbak. Kalau di Klaten ya kita di lapangan belakang pusdik itu yang
besar.” Hal lain disampaikan oleh pak “TR” selaku kepala PUSDIK Klaten beliau
menyampaikan bahwa:
84
“berkenaan dengan sarana dan prasarana GTS yang berada di pusdik Klaten hanya sebagai pengelola dan pemelihara, selain itu untuk
pemanfaatan GTS memanfaatkan semua fasilitas yang tesedia, dan memanfaatkan lingkungan sekitar. Karena ketika jam pelajaran praktik
terkadang siswa diajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari pemanasan latihan fisik dari pusdik ke lapangan lari kecil-kecil
.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak hanya dilakukan di dalam pusat pendidikan dan pelatihan namun siswa juga diajak
untuk keluar pusat pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana, dikelola oleh karyawan sendiri.
2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security