PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY YOGYAKARTA.

(1)

i

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ROSIDA DWI FITRIANI NIM 13102244002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY

YOGYAKARTA Oleh

Rosida Dwi Fitriani NIM 13102244002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan SATPAM dilihat dari (1) implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM, (2) Output pelaksanaan diklat, (3) upaya garda total security dalam menyalurkan alumni ke lapangan kerja, (4) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program, (5) upaya meminimalisir hambatan dan mengoptimalkan dukungan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan satuan pengamanan di BUJP Garda Total Security Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola, instruktur, dan peserta diklat, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi pendidikan dan pelatihan (diklat)satuan pengamanan yaitu (a) perencanaan: berdasarkan perencanaan kurikulum tidak diadakan perencanaan karena sudah turun dari pemerintah pusat (b) pelaksanaan: pelaksanaan dilihat dari kurikulum, peserta diklat, pengelola, keuangan, sarana dan prasarana, sudah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan POLRI nomor 24 tahun 2007 (2) output pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dari perubahan sikap, pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang pengamanan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan peserta didik mampu mengerjakan tes tertulis dan menjalankan tes praktik (3) upaya yang dilakukan garda total security dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja dapat dilihat dari benyaknya mitra yang sudah bekerja sama dengan GTS, serta jumlah lulusan yang sudah bekerja setelah menempuh pendidikan dan pelatihan SATPAM, dari sekian banyak peserta didik hanya terdapat 40% yang belum memiliki pekerjaan, hal tersebut karena mereka tidak ingin ditempatkan. (4) faktor pendukung yaitu: dukungan dari karyawan, instruktur, polres setempat, peserta pendidikan dan pelatihan serta sarana dan prasarana yang ada. Faktor penghambat yaitu: kurangnya koordinasi yang baik sehingga terjadinya salah paham, fasilitas MCK di Pusan pendidikan dan pelatihan Purworejo yang kurang memadai.


(3)

iii

IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TRAINING SATPAM (SECURITY UNITS) PROGRAM IN GARDA TOTAL SECURITY

YOGYAKARTA By:

Rosida Dwi Fitriani NIM 13102244002

ABSTRACT

This study aims to find the implementation of SATPAM education and training programs as seen from (1) SATPAM education and training implementation, (2) Output of training implementation, (3) total security guard effort in channeling alumni to employment, (4) supporting and inhibiting factors Implementation of the program, (5) efforts to minimize obstacles and security at BUJP Garda Total Security Yogyakarta.

This research is descriptive research with qualitative approach. The subjects of this research are manager, instructor, and training participant, completion of data by observation method, interview method and documentation method. Researchers are the main tool in conducting research assisted. Techniques used in data analysis are data reduction, data presentation and withdrawal. Triangulation is done to explain the validity of data by using sources triangulation.

The result of the research shows (1) the implementation of education and training (training) of security unit that is (a) planning: based on planning there is no planning because it has come down from central government (b) execution: implementation seen from curriculum, training participant, manager, And infrastructures, are in compliance with the Indonesian Police Regulation No. 24 of 2007 (2) The output of education and training can be seen from the change of attitude, knowledge and skills in the field of security, based on the assessment made by the students able to do the written test and run the practice test (3 ) The efforts of the total security guard in channeling graduates to employment can be seen from the partners who have cooperated with the GTS, and the number of graduates who have worked after the education and training, of the many learners there are only 40% who do not have Job, it is karen Yang do not want to be placed. (4) supporting factors are: support from staff, instructors, regular polres, education and training participants and existing facilities and infrastructure. Inhibiting factors are: good environment so smoothly misunderstood, MCK facilities in Pusan education and training Purworejo inadequate.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

Bismillahirrohmanirrihim

Prof. Djuju Sudjana, M.Ed, Ph.D dalam bukunya, mengutip ayat suci Al-Quran (Al-Hasyr:18):

”Selalu bertaqwa dan mengevaluasi diri untuk berbuat baik bagi masa depan”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Suatu anugrah Tuhan semua umat yang diberikan kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan karya ini. Penulis mempersembahkan karya ini kepada: 1. Almater Universitas Negeri Yogyakarta


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Tuhan lah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa dengan segala aktivitas akademik, organisasi dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya penulis pensiun sebagai mahasiswa dengan menyelesaikan akripsi ini dengan baik dan lancar. Peneliti menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan kelancaran di dalam proses penelitian ini.

4. Bapak Dr. Iis Prasetyo, MM. selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan sejak pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses pembuatan skripsi ini. 6. Bapak Suradi dan seluruh Karyawan dan instruktur di Garda Total Sucurity

(GTS) yang telah memberikan izin dalam pengambilan data penyusunan skripsi ini.


(10)

x

7. Seluruh peserta Pendidikan dan Pelatihan SATPAM yang telah bersedia bekerjasama dalam pengambilan data skripsi ini.

8. Bapak Tamin dan Ibu Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan dan doa selama ini yang tidak ternilai harganya

9. Saudariku tercinta, Bani Jaman yang selalu memberi semangat serta kebahagian.

10.Teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011, 2012 dan 2013 yag telah memberikan imajinasi dan fantasi yang hebat.

11.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan memohon ridhonya Tuhan Yang Maha Esa, semoga kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari-Nya, aamiin.

Yogyakarta, April 2017


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO. ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... .... viii

DAFTAR ISI ... .... x

DAFTAR TABEL ... .... xii

DAFTAR GAMBAR ... .... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... .... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pendidikan ... 14

1. Pengertian Pendidikan ... 14

2. Tujuan Pendidikan ... 16

3. Unsur-Unsur Pendidikan. ... 17

4. Jenis-jenis Pendidikan. ... 18

B. Kajian Tentang Pendidikan Nonformal ... 19

1. Pengertian Pendidikan Nonformal ... 19

C. Kajian Tentang Pelatihan ... 19

1. Pengertian pelatihan ... 19

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 22

3. Komponen dan Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 25

4. Jenis-jenis Pelatihan ... 25

5. Langkah-langkah Pelatihan ... 27

D. Kajian Tentang Pendidikan dan Pelatihan... 28

1. Pengertian Pelatihan ... 28

2. Menejemen Pendidikan dan Pelatihan ... 29

3. Tahapan Pendidikan dan Pelatihan ... 30

a. Perencanaan ... 30

b. Pelaksanaan ... 30

c. Evaluasi ... 32

4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan ... 35

a. Penyelenggaraan DIKLAT ... 35

b. Metode Pembelajaran ... 35


(12)

xii

5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan ... 37

6. Penyelenggaraan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) ... 40

7. Link and match antara dunia diklat dan dunia kerja ... 43

E. Penelitian yang Relevan ... 45

F. Kerangka Berpikir ... 46

G. Pertanyaan Penelitian ... 46

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 49

B. Subjek Penelitian ... 50

C. Setting, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 52

D. Metode Pengumpulan Data ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ... 62

B. Deskripsi Lokasi, Programdan Subjek Penelitian... 62

C. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69

1. Implementasi program pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ... 69

2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ... 84

3. Upaya GTS dalam Menyalurkan lulusan ke dunia kerja... 86

4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung. ... 88

5. Upaya Meminimalisir hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ... 90

D. Pembahasan. ... 92

1. Implementasi Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ... 92

2. Output dari Pendidikan dan pelatihan SATPAM ... 99

3. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke dunia kerja ...100

4. Faktor Pendukung dan Penghambat. ...101

5. Upaya Meminimalisir Hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ...103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ...104

B. Saran. ...106

DAFTAR PUSTAKA ...108


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data... 60


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 48


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 112

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pimpinan GTS ... 115

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengelola GTS ... 121

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Instruktur DIKLAT ... 127

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Peserta DIKLAT ... 128

Lampiran 6. Pedoman Observasi ... 129

Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi ... 131

Lampiran 8. Kurikulum DIKLAT SATPAM GTS ... 132

Lampiran 9. Catatan Lapangan ... 134

Lampiran 10. Transkrip Wawancara ... 150

Lampiran 11. Reduksi, Display, Kesimpulan... 173

Lmpiran 12. Triangulasi ... 213

Lampiran 13. Data Sarana dan Prasarana ... 245

Lampiran 14. Struktur Pengelola DIKLAT... 246

Lampiran 15. Foto ... 247 Lampiran 16 Jadwal DIKLAT. ...


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rasa aman merupakan dambaan setiap makluk hidup yang berada di dunia, Indonesia adalah negara yang sudah merdeka sejak 71 tahun yang lalu, indonesia sudah mengalami 3 generasi sejak kemerdekaan. Namun berbagai kondisi yang dialami masyarakat dari zaman ke zaman adalah kebutuhan akan rasa aman. Penduduk merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan mulai merasa tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian, pembunuhan, dan kekerasan yang terjadi di Indonesia.

Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia, status seseorang dalam keadaan aman yaitu terlindunginya kondisi fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan dan Kecelakaan. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Berdasarkan teori hierarki yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berdasarkan tingkat kebutuhan , rasa aman merupakan


(17)

2

kebutuhan yang berada di level dasar karena setiap manusia memiliki naluri untuk mempertahankan dirinya dari gangguan.

Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia, untuk dapat bertahan tentunya harus mencari pekerjaan masing-masing. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia tidak selalu bernilai positif. Karena tidak semua manusia memiliki nasib yang baik dalam kehidupannya. Namun tuntutan untuk tetap bertahan hidup mendorong individu untuk melakukan tindakan kriminalitas. Seperti yang telah disampaikan oleh AKBP Frido Situmorang dan AKP Muhammad Firdaus dalam harian analisa pada selasa 10 januari 2017 memaparkan bahwa:

“Dari data kriminalitas dan penyelesaiannya, pada tahun 2014 sebanyak 4.097 dan penyelesaiannya 1.947 atau 47 persen, pada tahun 2015 sebanyak 4.412 dan penyelesaiannya 2.135 atau 48 persen serta pada tahun 2016 berjumlah 4.663 dan penyelesaiannya sebanyak 2.698 atau 58 persen.”

Berdasarkan informasi di atas kebutuhan akan rasa aman cenderung semakin tinggi hal tersebut seiring dengan tingginya tindakan kriminalitas. Penduduk Indonesia merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan merasa tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian, tindakan klitih, kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan masih banyak kasus kriminal lainnya yang terjadi di Indonesia. Tindakan kriminal yang sedang marak di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah aksi kekerasan oleh pelajar, yaitu tindakan klitih, seperti yang telah dilansir dalam Tribun Jogja pada Minggu, 21 Agustus 2016 memaparkan bahwa aksi klitih dan brutal yang terjadi di Yogyakarta kejahatan semacam ini banyak terjadi di kalangan remaja yang


(18)

3

masih setara SMA dan sederajat. Pada kasus yang terjadi di Bantul terdapat segerombolan orang yang berjumlah enam orang, keenam orang tersebut menghimpit kedua korban di tengah jalan hingga akhirnya kedua korban tersebut berhasil dihentikan. Pada saat itulah salah satu pelaku mengeluarkan sebilah pedang dan menyerang korban tersebut dengan menebas tangan kanan salah seorang korban. “akibat tebasan itu, Hanif mengalami luka robek di bagian tangan sebelah kiri, dan telapak tangan bagian kanan.” Jelas Kapolsek Bantul, Kompol Paimun, Minggu (21/8/2016)

Berdasarkan kejadian yang telah dipaparkan di atas Kepolisian yang dibantu oleh Satuan keamanan bertanggungjawab dalam penuntasan dan penyelidikan tindakan yang terjadi di satu tempat. Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak kan hukum, perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan dan fungsi tersebut diperlukan berbagai upaya tidak terbatas pada polisi. Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya dibantu oleh pengaman swakarsa dalam hal ini yang dimaksud dengan pengaman swakarsa adalah SATPAM.

Hal tersebut tentunya membutuhkan tenaga pengaman yang memiliki kompetensi dalam bidang pengamanan. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan di bidang pengamanan. Tidak sedikit yang sudah mulai melirik jasa pengamanan mulai dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, perusahaan, mall, bahkan sudah merambah sampai perumahan hingga lingkungan persekolahan. Seperti


(19)

4

yang telah dilansir dalam harian Jogja pada selasa, 08 januari 2015 memaparkan bahwa :

“Tenaga keamanan, SATPAM, kini tidak hanya dibutuhkan di perkantoran dan mall saja namun merambah ke perumahan, hingga di lingkungan sekolah, kata Steven. Didik Rusbiyantara, selaku direktur pemasaran PT Karya Multi Sejahtera mengatakan, sebanyak 35 orang SATPAM berhasil Lulus dengan predikat Gada Pratama, yang merupakan tingkatan dasar dalam pengamanan. pekerjaan SATPAM merupakan salah satu profesi yang menjadi ujung tombak di dalam perusahaan. Dia (SATPAM) berperan sebagai keamanan, serta corong perusahaan di depan pintu masuk. SATPAM bukan profesi yang tercela, imbuh Didik.”

Hal tersebut diperkuat dengan informasi yang terdapat pada suaramerdeka.com memaparkan bahwa kebutuhan satuan pengamanan (SATPAM) di berbagai instansi dan lembaga masih sangat minim. Dari sekitar 900 perusahaan, belum termasuk instansi besar, hanya tersedia sekitar 3.060 SATPAM. Kasat Binmas Polres Karanganyar AKP Sutami mengatakan bahwa “SATPAM yang memiliki keterampilan dan kompetensi karena sudah mengikuti pendidikan dasar SATPAM baru 10% saja. Hanya sekitar 400-an SATPAM yang memiliki sertifikat diksar.” Berdasarkan informasi tersebut maka dibutuhkannya lembaga pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan memiliki legalitas untuk mendapatkan tenaga satuan pengamanan yang berkualitas pula. Dalam hal tersebut bertujan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, jasa keamanan yang dapat membantu mencetak individu menjadi sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kompetensi dalam bidang pengamanan sangat dibutuhkan. Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap makhluk untuk menjadi manusia yang berkualitas, dewasa kini keterampilan dalam diri selalu menjadi pertimbangan


(20)

5

dalam mencari tenaga kerja yang berkompeten. Dalam hal ini lembaga pendidikan dan pelatihan sangat berperan aktif untuk mendukung keberlangsungannya.

Pendidikan di Indonesia mempunyai andil yang sangat penting, kemajuan dan kesuksesan bangsa indonesia ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Bangsa yang berkembang dan melaksanakan pembangunannya tentu akan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu bangsa yang memiliki aset sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat mendukung perkembangan dan pembangunannya. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya membutuhkan suatu usaha yang benar-benar mendukung, dalam pembangunan nasional keberadaan sumber daya yang berkualitas akan mempermudah perkembangan suatu bangsa.

Usaha yang sungguh-sungguh dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas supaya menjadi sumber daya yang produktif, memiliki keterampilan yang unggul, nilai dalam diri masing-masing, dan lain sebagainya perlu ada dukungan dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang mendukung dan dapat menjadikan solusi dari permasalahan ini adalah pendidikan.

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, hal tersebut telah tercantum dengan sangat jelas dalam Undang-Undang RI (UU RI) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 5, setiap warga negaera mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan dimulai sejak dini hingga akhir hayat


(21)

6

yang biasa dikenal dengan pendidikan sepanjang hayat. Pada hakekatnya pendidikan memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan potensi setiap individu hingga setiap individu mampu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 13 ayat (1) memaparkan bahwa “Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Sumber daya manusia yang unggul tentunya tidak hanya unggul di bidang akademik saja namun juga harus memiliki keterampilan yang dapat dijadikan sebagai keunggulan dalam dirinya. Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu jalur pendidikan yang masuk dalam jalur pendidikan Nonformal.

Pendidikan Luar Sekolah diartikan sebagai segala kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar sistem persekolahan (Djauzi,2008:2). Disebutkan pula dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 4 bahwasanya satuan pendidikan nonformal antara lain terdiri atas : Kursus, Kelompok Belajar (Kejar), Kelompok Bermain (Play Group), Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Taklim, Pondok Pesantren, Sanggar Kegiatan Belajar Masyarakat (SKB), dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Selanjutnya dalam pasal 26 ayat 3 dicantumkan bahwa program-program pendidikan nonformal antara lain adalah: keaksaraan, kesetaraan, kecakapan hidup (life skills), taman bacaan masyarakat, pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Satuan yang dimaksud di atas adalah


(22)

7

lembaga penyelenggara. Kursus merupakan lembaga PLS sebagai penyelenggara program pendidikan kecakapan hidup, dapat berupa les, bahasa komputer, montir, pelatihan SATPAM dan lain sebagainya.

Pengembangan diri berupa kursus dan pelatihan atau yang sering disebut dengan (life skill) juga lazim disebut dengan training ataupun Diklat (pendidikan dan pelatihan). Dewasa kini pendidikan dan pelatihan merupakan sebuah fenomena yang sangat gencar untuk mendapatkan SDM yang berkualitas. Program pelatihan mula-mula muncul di lingkungan perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah. Namun sekarang ini, program pendidikan dan pelatihan sudah meluas ke kalangan sekolah, dan masyarakat.

Tidak banyak tenaga pengaman atau yang lebih familiar disebut dengan SATPAM (Satuan Pengaman) yang sudah memiliki ijazah pendidikan dan pelatihan SATPAM. Berdasarkan peraturan Kapolri No: Pol.24 tahun 2007 tentang Sistem Pengamanan Menejemen Perusahaan/Instansi Pemerintahan, setiap petugas keamanan wajib memiliki sertifikat Gada Pratama. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut tentunya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Sesuai dengan peraturan Kapolri No.Pol.18 Tahun 2006 terdapat tiga tingkatan jenjang yang harus dilalui satuan pengamanan (SATPAM). Oleh karenanya lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM sangat dibutuhkan di era sekarang ini. Peranan Satuan Pengamanan (Security sangat membantu terciptanya situasi dan lingkungan yang aman, nyaman dan tenteram serta tertib). SATPAM Resmi, selain mendapatkan sertifikat dari Polri sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas,tugasnya pun semakin


(23)

8

penting yakni sebagai garda terdepan untuk pencitraan perusahaan atau instansi. PT Garda Total security (GTS) sebagai badan usaha jasa pengamanan (BUJP) yang berpusat di Yogyakarta menjadi salah satu lembaga penyedia jasa pendidikan dan pelatihan bagi SATPAM yang belum berertifikat serta bagi mereka yang belum memiliki pengalaman dan belum pernah menjadi SATPAM sekalipun.

Garda Total Security merupakan salah satu lembaga penyedia Jasa Keamanan yang sudah memiliki cabang di berbagai kota kecil seperti di Magelang, Purworejo dan Klaten. Upaya GTS dalam membuka cabang di daerah-daerah tersebut karena minimnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) di kota-kota kecil. Dengan membuka cabang tentunya mempermudah warga setempat untuk mendapatkan informasi serta pelatihan SATPAM yang sudah memiliki legalitas.

Dalam pelaksanaannya GTS sebagai badan usaha jasa pengamanan bertujuan memberikan kompetensi dan legalisasi lewat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Dalam pelaksanaannya apabila mengacu pada peraturan Polri No.Pol.18 Tahun 2006 sudah tertera bahwa isi atau materi pelatihan terdiri dari teori dan praktik, dengan komposisi 30% teori dan 70% praktek, dengan tupoksi SATPAM, perundang-undangan, bela diri, tongkat borgol, dan pengenalan seni, jihandak, penanggulangan kebakaran, bahasa Inggris serta pelayanan prima. Namun kenyataan dilapakan berkata lain, terdapat pemadatan jam untuk pengurangan waktu baik dari segi teori ataupun praktiknya.


(24)

9

Meskipun hal tersebut sudah dipertimbangkan, namun jika mengacu terhadap kurikulum yang ada, hal tersebut belum sesuai.

Dalam proses pendidikan tentunya komponen dalam pendidikan harus terpenuhi, supaya program pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. Salah satu unsur dalam pendidikan adalah pendidik dan tenaga kependidikan. Dari segi instruktur GTS sudah mencukupi dalam melaksanakan pembelajaran, namun dari segi administrasi, dalam 1 kantor tenaga kependidikan memiliki peran ganda dalam pengerjaannya. Meskipun hal tersebut mampu menyelesaikan permasalahan. Namun sesuai aturan setiap tenaga kependidikan mempunyai tugas yang paten dan tunggal dalam melakukan pekerjaannya, supaya lebih fokus.

Komponen pendidikan selain tenaga kependidikan salah satunya adalah peserta didik (instrumental input). Peserta didik dalam program pendidikan dan pelatihan SATPAM berasal dari berbagai daerah dan tentunya memiliki latar belakang yang beraneka ragam. Tentunya hal tersebut menjadi salah satu masalah yang harus dipecahkan. Karena dalam pendidikan peserta didik harus memiliki jiwa korsa. Dalam penyelenggaraan tentunya memiliki berbagai kendala. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan dampak dari program yang sudah berjalan.

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka diperlukan kajian untuk mengungkap proses penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang berlangsung di lembaga BUJP Garda Total Security. Penelitian ini


(25)

10

menekankan pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Meningkatnya angka kriminalitas di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Tingginya kebutuhan akan rasa aman tidak seiring dengan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalam bidang keamanan

3. Meningkatnya permintaan tenaga SATPAM di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah

4. Hanya 10% tenaga SATPAM yang memiliki ijazah Pendidikan SATPAM 5. Tuntutan Kerja dan peraturan POLRI mengharuskan SATPAM memiliki

ijazah Gada Pratama

6. Terbatasnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) di kota-kota kecil, seperti Klaten, Magelang, Purworejo dan lainnya.

7. Terhambatnya penyampaian materi karena latar belakang peserta didik yang berasal dari berbagai daerah dan memiliki berbagai macam karakter

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdaskan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dan supaya penelitian ini lebih terfokus maka permasalahan dam penelitian ini dibatasi pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta


(26)

11 D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) ?

2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ? 3. Apa upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke

lapangan kerja?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?

5. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security

2. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)

3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja


(27)

12

4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)

5. Upaya Garda Total Security (GTS) untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan kegiatan pendidikan nonformal. Berikut manfaat dari penelitian ini:

1. Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan keilmuan pendidikan nonformal khususnya pengelolaan program pendidikan nonformal, yaitu pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)

2. Segi Praktis

a. Bagi pengelola Garda Total Security, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan pengembangangan dan pengelolaan program berdasarkan deskripsi dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)


(28)

13

b. Mengetahui deskripsi dari dampak yang terjadi setelah melakukan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)

3. Bagi peneliti, dapat mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dan pelatihan serta mengetahui dampak yang terjadi pada alumni peserta pelatihan diklat. Penelitian ini juga diharapkan membantu peneliti untuk memperdalam pemahaman mengenai pendidikan nonformal khususnya pengelolaan program pendidikan nonformal yaitu pendidikan dan pelatihan SATPAM (satuan pengaman)


(29)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Saleh Marzuki (2012:136) pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia masih hidup. Pendidikan adalah proses berkelanjutan (Education is a continuing process). Pendidikan dimulai dari bayi hingga dewasa dan berlanjut sampai mati, yang tentunya memerlukan berbagai metode dan sumber belajar. Menurut John Dewey dalam Dwi Siswoyo (2011:54) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarah pada pengalaman yang selanjutnya. Sujono Samba (2007:24) berpendapat juga bahwa, pendidikan adalah manifestasi kehidupan. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Kehidupan akan berkembang manakala ada “Pemerdekaan”.

Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011:54) berpendapat bahwa: “yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup anak-anak. Adapun pendidikan maksudnya pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.“ Kemudian


(30)

15

tertera dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah

“usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Menurut Fuad Ihsan (2003:22) “pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.” Pendidikan diartikan dengan lebih sederhana oleh UNESCO bahwasanya pendidikan sebagai proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk menemukan wawasan yang lebih luas, membentuk sikap, membentuk nilai-nilai dalam dirinya dan menumbuhkembangkan potensi bawaannya melalui metode-metode dan sumber-sumber belajar yang sudah tersedia. Pendidikan juga memberikan kesempatan kepada manusia melakukan aktualisasi diri dan menemukan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupnya. Hal tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak supaya pendidikan dapat membentuk manusia yang berkualitas.


(31)

16 2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan dapat terselenggara tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam terlaksananya pendidikan, karena tujuan mendidikan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui arah yang akan dicapai atau hasil yang diharapkan pendidikan.

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana telah tersurat dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ”Tujuan pendidikan menurut Brubacher dalam Djumransjah bahwasanya tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi penting yang semuanya bersifat normatif yaitu sebagai berikut: tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif, harus mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin, memberikan pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia agar lebih beradab menjadi manusia yang mimiliki cita-cita mulia, karakter terpuji, kreatif, termotivasi menjadi individu yang berguna bagi nusa dan bangsa serta dapat menjadi teladan yang baik.


(32)

17 3. Unsur-unsur pendidikan

Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan unsur-unsur pendidikan seperti yang telah diungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:94) yaitu :

1) Komunikasi 2) Kesengajaan 3) Kewibawaan 4) Normatif 5) Unsur anak

6) Unsur kedewasaan atau tujuan

Dalam proses pendidikan melibatkan banyak hal diantaranya:

1) Peserta didik yaitu subyek atau pribadi yang otonom yang diakui keberadaannya

2) Pendidikan ialah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan untuk peserta didik.

3) Interaksi edukatif antara peserta didik dengan pendidik, interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

4) Materi atau isi pendidikan, terdiri materi inti dan materi muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa, sedangkan materi muatan lokal isinya adalah mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.

5) Konteks yang mempengaruhi pendidikan yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada yang bersifat preventif yaitu bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang dikehendaki. Serta bersifat kuratif yaitu bermaksud memperbaiki. Tempat peristiwa berlangsung (lingkungan pendidikan), biasa disebut tari pusat pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. (www.academia.edu)

Pemaparan di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur pendidikan sangatlah penting. Terjalinnya komunikasi yang efektif akan memperlancar proses pendidikan. Komunikasi yang efektif merupakan adanya interaksi timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Unsur kesengajaan dalam


(33)

18

pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan tidak dibuat-buat atau dapat dikatakan pendidikan penuh dengan kewibawaan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencapai karah yang lebih baik atau normatif. Dalam hal tersebut mempelajari karakter setiap peserta didik sangatlah penting, hal tersebut bertujuan untuk dapat mengetahui dan atau menanamkan kedewasaan secara fisik maupun psikis sesuai dengan norma yang berlaku.

4. Jenis-jenis pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan negara dalam mencerdaskan bangsa, saat ini pemerintah mulai mengusahakan untuk menerapkan pendidikan sepanjang hayat, serta pendidikan taman anak-kanak sampai pendidikan tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang terdapat dalam pembukaan UUD 19945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Dalam UU sisdiknas telah disebutkan bahwa terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, Nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjag terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar sistem pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersetruktur dan berjenjang, berfungsi sebagai pengganti, penambah, pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga melayani sesaran didik untuk mencapai tujuan tertentu sesuai kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran didik. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.


(34)

19 B. Pendidikan Nonformal

1. Pengertian Pendidikan Nonformal

Menurut Marzuki (2012:137) pendidikan nonformal adalah proses belajar yang terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. Dijelaskan pula oleh Soelaiman (1992:79) pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.

2. Pelatihan 1. Pengertian

Istilah pelatihan juga lazim disebut training ataupun Diklat (pendidikan dan pelatihan) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di masyarakat sekarang. Dewasa kini fenomena tersebut sudah meluas di masyarakat. Program pelatihan mula-mula hanya muncul di perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah. Training dilaksanakan untuk para karyawan mulai tingkat operator hingga manajer. Karena dengan dilaksanakannya pelatihan diharapkan masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan memperoleh peningkatan kesejahteraan di bidang pendidikan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Training merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi manusia. Pada


(35)

20

dasarnya Training atau pelatihan merupakan satu program yang terkait dengan kepentingan pengembangan organisasi dan sekaligus masyarakat. Senada dengan pemaparan di atas, bahwa pada hakekatnya istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata “Training” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah akar kata “Training” adalah “Train”, yang berarti 1) memberi pelajaran dan praktisi (give teaching And practice), 2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause do gros Ni a required direction), 3) persiapan (preparation), 4) praktisi (practice). Menurut Suwanto dan Donni pelatihan sebagai berikut:

“pelatihan merupakan proses jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimanapegawai nun manajerial mempelajari pengetahuan dan dan keterampilan dalam tujuan terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program yang disusun terencana untuk memperbaiki kinerja di level individual, kelompok, dan organisasi yang dapat diukur perubahannya melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sosial dari karyawan” (Suwanto & Donni, 2011:117)

Menurut Siagian dalam Lubis (2008:28) pelatihan merupakan proses belajar mengajardengan menggunakan teknik dan metode tertentu secara konsepsional dapat dikatakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya yang sudah bekerja pada satu organisasi yang efisien,efektivitas dan produktivitas kerjanya disarankan perlu untuk ditingkatkan secara terarah dan pragmatik.

Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc.Grill dalam Daryanto (2014:30) pelatihan adalah beberapa usaha untuk memperbaiki performance pegawai ditempat kerjanya atau yang berhubungan dengan


(36)

21

hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan. Jadi pelatihan harus dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan dengan tujuan pegawai. Bambang Wahyudi dalam Daryanto (2014:31) juga berpendapat bahwa pendidikan atau belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen, sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannnya. Selanjutnya berdasarkan Kep. Menkes RI Nomor 725/Menkes/SK/V/2003 pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang perkembangan karier tenaga kesahatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemudian menurut Impres No 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan Keppres Nomor 34 tahun 1972 pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya menggunakan praktek daripada teori. Kemudian menurut Daryanto (2014:31) pelatihan/Diklat adalah satu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat kerja.

Pelatihan menurut peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemen pengamanan


(37)

22

organisasi, perusahaan dan/atau instansi/lembaga pemerintahan bahwasanya, pelatihan adalah proses interaksi antara peserta pelatihan dengan pelatih untuk memperoleh kompetensi agar mampu membuat dan terbiasa melakukan sesuatu kegiatan di bidang tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia, dilaksanakan secara terencana dilaksanakan diluar sistem sekolah dan lebih menekankan praktik secara langsung daripada teori karena untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu. Terdapat interaksi antara penyelenggara pelatihan dan peserta pelatihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, meningkatkan pengalaman dan penampilan kerja melalui proses yang sistematis dan terarah.

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, selain itu tujuan pelatihan adalah buntu mengembangkan keahlian, sikap, dan potensi yang dimiliki oleh individu. Menurut Marzuki dan Mustofa Kamil (2010:11) terdapat tiga tujuan yang harus dicapai dengan pelatihan yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan organisasi

2) Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dari dalam keadaan yang normal serta aman.

3) Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya.


(38)

23

Tujuan pelatihan menurut Moekijat dalam Ikka Kartika bahwa tujuan umum pelatihan adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.

3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman, pegawai dan pimpinan (Ikka Kartika, 2011:14).

Menurut Suparno tujuan pelatihan adalah sebagai berikut:

“Untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas, mendukung perencanaan SDM, meningkatkan moral anggota, memberikan kompensasi yang tidak langsung, meningkatkan kesehatan dan keamanan kerja, mencegah kedaluwarsa kemampuan dan pengetahuan personil, menigkatkan perkembangan kemampuan dan keahlian personil.(Soparno, 2015:84)

Menurut Anwar (2006:166) “tujuan pelatihan adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa paparan mengenai tujuan pelatihan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan adalah upaya untuk melakukan pengembangan potensi dan meningkatkan kompetensi pada karyawan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.

Menurut Gouzali Saydam (2006:71) pelatihan memiliki manfaat, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam tugas

2) Meningkatkan percaya diri dan menghilangkan rasa rendah diri 3) Memperlancar pelaksanaan tugas


(39)

24 5) Menumbuhkan sikap positif

6) Menimbulkan semangat dan kegairahan kerja 7) Mempertinggi rasa kepedulian

8) Meningkatkan rasa saling menghargai

9) Mendorong karyawan untuk menghasilkan yang terbaik

10)Mendorong karyawan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. (Gouzali Saydam, 2006:71)

Manfaat pelatihan menurut pendapat Johnson dalam Saleh Marzuki adalah sebagai berikut:

1) Menambah produktivitas 2) Memperbaiki kualitas kerja

3) Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan sikap-sikap baru

4) Dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat, alat-alat, mesin, proses, metode dan lain-lain

5) Mengurangi pemborosan, kecelakaan, keterlambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan 6) Melaksanakan perubahan atau pembaharuan kebijakan atau

aturan-aturan baru.

7) Mengurangi kejenuhan atau keterlambatan dalam skill teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal, manajemen, dan lain-lain.

8) Meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan pekerjaannya, 9) Mengembangkan, menempatkan, dan menyiapkan orang untuk

maju memperbaiki pendayagunaan tenaga kerja dan meneruskan kepemimpinan (menjamin kelangsungan pemimpin)

10)Menjamin ketahanan dan pertumbuhan perusahaan (Shaleh Marzuki, 2010:176)

Berdasarkan penjelasan di atas manfaat pelatihan bagi seorang karyawan dan perusahaannya adalah untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan dapat memperbaiki performa karyawan serta meningkatkan kualitas supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan yang disampaikan pada pelatihan.


(40)

25

3. Komponen dan Prinsip-prinsip pelatihan

Sudjana menjelaskan bahwa pada dasarnya prinsip pelatihan adalah:

1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning Seed based)

2) Berorientasi pada tujuan kegiatan belajar (learning goals Ana objectives oriented)

3) Berpusat pada peserta (partisipan centered)

4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning ) (Sudjana, 2001:21)

Komponen-komponen dalam pelaksanaan pelatihan sangatlah diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Komponen penyelenggaraan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2011:11) yaitu :

1) Sumber Daya Manusia (SDM) a) Penyelenggaraan pelatihan

b) Tenaga pengajar / fasilitator / widyaiswara c) Peserta pelatihan

2) Kurikulum

3) Metode pembelajaran 4) Waktu pelaksanaan

5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan / orientasi lapangan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen dalam pelatihan memiliki tujuan

4. Jenis-jenis pelatihan

Mengacu pada instruksi Presiden No.15 tahun 1974 bahwasanya terdapat dua macam pelatihan jika dilihat dari sudut pandang tujuannya, yaitu pelatihan keahlian dan pelatihan kejuruan. Pelatihan keahlian adalah bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk syarat melaksanakan satu pekerjaan yang pada umumnya bertaraf lebih rendah. Dilihat dari cara pelaksanaannya pelatihan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelatihan formal dan pelatihan


(41)

26

pendidikan luar sekolah. Menurut Gouzali Saydam (2006:83) bahwa pelatihan formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi) dan dilakukan dalam kelas. Jenis pelatihan formal yaitu 1) pelatihan mandiri, 2) metode belajar kelas, 3) pelatihan ditempat kerja, 4) sistem magang, 5) pelatihan vestibul, 6) pelatihan laboratorium. Sedangkan pelatihan pendidikan luar sekolah terdapat berbagai model-model pelatihan. Model-model tersebut dilihat dari tujuan pelatihan yang selanjutnya menentukan proses pelatihan. Model-model pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:35) adalah sebagai berikut :

1) Model magang atau pemagangan (apprenticeship Training/ learning Bay doing)

2) Model internship (internship trainig)

3) Model pelatihan keaksaraan (literacy training)

4) Model pelatihan kewirausahaan (interprenership training)

5) Model pelatihan manajemen peningkatan mutu (quality Management Training)

Menurut A.Usmara (2006:83) terdapat model pelatihan delapan poin yaitu: 1) Pengembangan pola pikir bersama untuk membangun kapabilitas

organisasional melalui SDM

2) Harus ada satu komitmen fundamental dan keyakinan dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan SDM

3) Aktivitas-aktifitas pelatihan dan pengembangan harus dihungkan dengan strategi dan sasaran bisnis

4) Pelatihan dan pengembangan berfokus pada kebutuhan organisasional yang telah didefinisikan dengan jelas

5) Pelatihan dapat meningkatkan keunggulan kompetisi jika karyawannya mendapat pengetahuan dan keterampilan serta mampu menggunakan kompetensinya.

6) Penetapan sasaran yang tepat untuk pelatihan berdasarkan perubahan dan hasil yang diinginkan

7) Pemerincian spesifikasi-spesifikasi pelatihan

8) Pengevaluasian menyeluruh dari pelatihan dan komitmen dari semua partisipan terhadap proses tersebut.


(42)

27

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pelatihan sangat beraneka ragam, terdapat pelatihan yang memiliki beberapa jenis dan model yang dilihat dari sudut pandang tujuan, sudut pandang pendidikan luar sekolah. Jenis dan model-model tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai pelatihan yang tepat.

5. Langkah-langkah pelatihan

Dalam melaksanakan pelatihan tentunya memerlukan tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang digunakan untuk menghasilkan suatu program pelatihan yang bermutu antara lain sebagai berikut :

a. Mengkaji kebutuhan pelatihan (training need assasment) b. Merumuskan tujuan Pelatihan

c. Proses merancang program pelatihan d. Melakukan evaluasi program pelatihan

Untuk melaksanakan suatu program pelatihan sangat perlu mengorganisasikan atau manajemen. Fungsi manajemen pelatihan itu sendiri adalah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan. Sudjana (dalam Mustofa Kamil 2011:17) mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut:

1) Rekrutmen peserta pelatihan

2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan

3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan 4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir 5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan

6) Pelatihan untuk pelatih


(43)

28 8) Mengimplementasikan pelatihan 9) Evaluasi akhir

10) Evaluasi program pelatihan

Menurut Ikka Kartika. A. Fauzi (2011:25) tahap-tahap yang digunakan dalam proses pelatihan adalah sebagai berikut :

1) Tahap pertama menyadari kebutuhan 2) Tahap kedua menganalisis masalah 3) Tahap ketiga menentukan pilihan

4) Tahap keempat menyadari suatu pemecahan 5) Tahap kelima mengajarkan suatu keterampilan 6) Tahap keenam integrasi dalam sistem

Berdasarka pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pelatihan memerlukan tahapan-tahapan supaya berjalan dengan baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi merupakan proses yang harus dilalui.

C. Pendidikan dan pelatihan

1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan dewasa kini sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan hidup manusia, kebutuhan akan peningkatan dalam penguasaan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam penyesuaian dengan tatanan global, mendorong manusia untuk mencari cara supaya dapat mengimbangi hal tersebut.

Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa amil adalah bagian dari proses belajar yang dilaksanakan diluar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktik.

Selanjutnya Oemar Hamalik (2007:10) dalam bukunya manajemen pelatihan ketenagakerjaan memaparkan pendapatnya, bahwa:


(44)

29

“dalam peningkatan, pengembangandan pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Ketiga upaya tersebut saling terkait, secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi proses serangkaian tindak (upaya) yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.”

Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:10) merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan, serta termasuk dari bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan praktik. Penyelenggaraan pendidi

2. Menejemen pendidikan dan pelatihan

Menurut Daryanto (2014:32) pendidikan dan pelatihan adalah satu proses yang berlangsung seumur hidup, sepanjang kegiatan manusia, dan dilakukan secara sadar. Pendidikan dapat terjadi di manapun tempatnya, keberlangsungan pendidikan ataupun pelatihan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Segala kegiatan berpikir dimasa lampau, berpikir dimasa sekarang dan berpikir untuk merencanakan masa depan semua hal tersebut merupakan proses belajar. Hal tersebut dapat memberikan penglaman kepada seorang individu.


(45)

30 3. Tahapan Pendidikan dan Pelatihan

Menyelenggaraan pelatihan membutuhkan suatu organisasi yang secara manajerial memiliki fungsi organizer pelatihan yaitu mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi. Adapun langkah-langkah penyelenggaraan Diklat. Adapun penjelasan secara rinci sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan faktor penting dalam terselenggaranya pendidikan dan pelatihan. Menurut Roesminingsih (2009:46), perencanaan pelatihan meliputi:

1) Menetapkan Tujuan pelatihan

Tujuan sangat penting karena berfungsi sebagai pemandu arah dari seluruh kegiatan Diklat. Tujuan pelatihan yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas, terukur dan dapat dicapai. Dalam hal ini ditetapkan tujuan Diklat baik tujuan umum yaitu menggambarkan tujuan yang ingin dicapai Diklat dan tujuan khusus yaitu menguraikan secara lebih spesifik, tujuan yang ingin dicapai untuk tercapainya tujuan umum pelatihan. Setelah penetapan tujuan maka dapat dirumuskan strategi pelatihan yang sesuai. 2) Menyusun Strategi Pelatihan

Menyusun strategi pelatihan ini dilakukan untuk mengatur mekanisme pelatihan agar pelaksanaannya efektif dan efisien. 3) Menentukan Metode Pelatihan

Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan diklat yaitu : ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, latihan, studi kasus, brainstorming, seminar, resitation.

4) Membuat Silabus

5) Menentukan materi pelatihan

Materi pelatihan yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan pelatihan. Materi pelatihan (modul pelatihan, diktat/buku-buku referensi, unit-unit kompetensi yang dipilih dan lain-lain) yang akan diberikan kepada peserta pelatihan disusun berdasarkan silabus pelatihan

6) Membuat session plan


(46)

31

Menurut Notoatmodjo (2011:46) tahapan dalam perencanaan diklat yaitu: 1) Analisis kebutuhan pelatihan (Training Seed assessment)

Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang diperlukan karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi/ institusi. Untuk mempertajam analisis ini seyogianya ditunjang dengan survei penjajakan kebutuhan (need assessment).

2) Menetapkan tujuan pelatihan

Tujuan pelatihan pada hakikatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatihan tersebut. Karena tujuan pelatihan ini adalah perubahan kemampuan yang merupakan bagian dari perilaku, maka tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk perilaku (behavior objectives). Misalnya, setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat melakukan pencatatan dan pelaporan secara benar. Dasar untuk menyusun dasarpelatihan ini adalah hasil dari analisis kebutuhan pelatihan yang telah dilakukan. Dalam tujuan pelatihan dibedakan menjadi 2, yakni:

a) Tujuan umum, yakni rumusan tentang kemampuan umum yang akan dicapai oleh palatihan tersebut. Misalnya setelah pelatihan ini peserta pelatihan mampu melakukan deteksi dini kehamilan beresiko

b) Tujuan khusus, yakni rincian kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan umum ke dalam kemampuan khusus. Misalnya tujuan umum dalam contoh tersebut ke dalam kemampuan khusus, misalnya: kemampuan mengenal tanda-tanda kehamilan beresiko, kemampuan diagnosis kehamilan beresiko dan lain-lain.

3) Pengembangan Kurikulum

Dari tujuan-tujuan diklat yang telah dirumuskan tadi akan dapat diketahui kemampuan-kemampuan apa yang harus diberikan dalam pelatihan. Maka selanjutnya di identifikasi materi-materi atau bahan-bahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelatihan. Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya dilakukan identifikasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap materi atau topik/sub topik yang lebih terinci. Setelah itu di tentukan metoda belajar mengajar yang bagaimana yang akan digunakan, serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan dalam pelatihan tersebut. Proses ini disebut pengembangan kurikulum (curiculum development).


(47)

32

Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan persiapan, yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan administrasi, antara lain :

a) Menyusun silabus dan jadwal diklat (penjabaran kurikulum ke dalam kegiatan pembelajaran).

b) Pemanggilan dan seleksi peserta.

c) Menghubungi para pengajar atau pelatih.

d) Penyusunan materi pelatihan serta penyediaan bahan-bahan referensi.

e) Penyiapan tempat dana akomodasi peserta.

Menurut Mustofa kamil (2010:155) prosedur perencanan diklat dimulai dengan melakukakn analisis kebutuhan yang mana menjadi pangkal utama dalam penyususnan program pelatihan. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kriteria keberhasilan sebagai tolak ukur kesesuaian atau kegagalan suatu pelatihan.

b. Pelaksanaan

Suryosubroto (2004:126) menyebutkan dalam tahap pelaksanaan meliputi hal-hal berikut:

1) Pembukaan

Pembukaan dapat dilakukan secara seremonial artinya pembukaan mengikuti ketentuan-ketentuan protokoler yang telah digariskan oleh Departemen yang bersangkutan.

2) Penjelasan

Penjelasan program diklat antara lain mencakup tujuan, kurikulum, sistem penilaian, masalah kelulusan dan segi-segi administratif dilakukan oleh panitia penyelenggara.

3) Pembentukan kelompok peserta

Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk membangkitkan semangat kebersamaan dan kerjasama antar peserta.

4) Pelaksanaan perkuliahan

Dalam pelaksanaan perkuliahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pengaturan jadwal, kondisi ruang belajar dan pengaturan bentuk formasi kursi (tempat duduk) peserta diklat. 5) Pembagian tugas-tugas (peserta)

Bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada peserta diklat meiputi: menulis kertas kerja, diskusi / seminar, praktek kerja


(48)

33

lapangan, dan menyusun laporan baik perorangan maupun kelompok.

Menurut Risdiyati (2012) menyebutkan bahwasannya dalam pelaksanaan diklat meliputi :

a. Pembukaan dan penutupan b. Pelaksanaan proses pembelajaran c. Evaluasi pembelajaran

d. Kegiatan administrasi diklat c. Evaluasi

Selanjutnya Suryosubroto (2004:143) menyebutkan bahwasannya evaluasi diklat bermaksud untuk mengetahui sejauh mana tujuan program telah tercapai dan ini merupakan usaha untuk memperoleh umpan balik bagi penyempurnaan program diklat selanjutnya. Bagian evaluasi mencakup :

1) Pelaksanaan evaluasi

Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah program berakhir. Tetapi bisa dilakukan pula secara berkala beberapa kali sebelum dan sesudah diklat.

2) Aspek evaluasi

Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi aspek prestasi akademis dan aspek sikap, dengan bobot yang berbeda. Dalam melaksanakan evaluasi harus mempelajari indikator-indikator penilaian yang sudah ditentukan.

3) Metode evaluasi

Beberapa metode evaluasi antara lain : tes tertulis, angket, dan lain-lain yang digunakan terkait pula dengan aspek-aspek yang akan dievaluasi.

4) Sasaran evaluasi

Sasaran evaluasi yaitu evaluasi terhadap instruktur, penyelenggara, dan antar peserta diklat.

5) Penghargaan evaluasi

Peserta diklat yang dinyatakan berhasil dalam mengikuti program diklat diberikan tanda penghargaan berupa STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan).


(49)

34

Hasil evaluasi program diklat secara keseluruhan dilaporkan kepada instansi terkait dan atasan langsung.

Pendapat lain yang dikemukaan oleh Notoatmodjo (2011:24) bahwasanya dalam evaluasi mencakup hal-hal berikut :

1) Evaluasi terhadap proses, yang meliputi:

a) Organisasi penyelenggaraan pelatihan, misalnya : administrasi, konsumsinya, ruangannya, para petugasnya.

b) Penyampaian materi pelatihan, misalnya: relevansinya, ke dalamannya, pengajarnya.

2) Evaluasi terhadap hasilnya yang mencakup evaluasi sejauh mana materi yang diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta diklat. Lebih jauh lagi apakah ada peningkatan kemampuan atau keterampilan pengetahuan, sikap dan para peserta pelatihan. Cara melakukan evaluasi ini dapat secara formal dalam arti dengan mengedarkan kuesioner yang harus diisi oleh para peserta pelatihan. Tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yakni melalui diskusi antara peserta dengan penyelenggara pelatihan.

Berdasarkan pemaparan di atas tahapan dalam melakukan pendidikan dan pelatihan mencakup perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan, menetapkan tujuan pelatihan, menyususn strategi pelatihan, menetapkan metode pelatihan, menentukan materi dan persiapan administrasi sebelum pelatihan dilaksanakan.

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dari penyelenggaraan diklat meliputi pembukaan, penjelasan, pembentukan kelompok, pelaksanaan proses pembelajaran, pembagian tugas-tugas, evaluasi pembelajaran, dan penutup. Sedangkan evaluasi merupakan tahap akhir dan penting untuk perbaikan penyelenggaraan program selanjutnya, yang mancakup evaluasi sebelum, selama, dan sesudah kegiatan berakhir.


(50)

35 4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan

a. Penyelenggara Diklat

Penyelenggara diklat atau lembaga pelaksana diklat adalah instansi Pembina diklat. Penyelenggara diklat adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan diklat (meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, monitoring dan evaluasi). Tenaga penyelenggara atau pengelola diklat dengan standar tenaga pengelola telah mengikuti diklat MT (Master Trainer) dan TC (Training Course). Unsur yang menjadi penyelenggara diklat terdiri dari :

1) Pengarah / Nara Sumber Pusat yang berasal dari unsur birokrat, pakar dan akademisi

2) Panitia

3) Fasilitator. Fasilitator dapat berasal dari unsur birokrat, pakar dan akademisi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Menguasai substansi / materi, menguasai metode dan strategi pembelajaran, dapat berkomunikasi dengan baik, direkomendasikan oleh lembaga tempat bertugas

b. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara atau strategi atau mekanisme bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu pelatihan. Ada pun sejumlah alternatif metode pengembangan (pelatihan) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran


(51)

36

yang hendak dilaksanakan oleh instruktur. Hasibuan (2005) memaparkan metode pengembangan yaitu metode latihan yang diuraikan sebagai berikut :

1) On the job, dimana para peserta latihan langsung bekerja ditempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas.

2) Vestibule, adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.

3) Demonstration and Example, adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.

4) Simulation, merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tipuan saja.

5) Apprenticeship, adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya

6) Classroom methods, metode pertemuan dalam kelas

Berdasarkan penjelasan di atas dalam penyelenggaraan proses pembelajaran memerlukan metode atau cara supaya proses pembelajaran tidak selalu monoton. Adapun sejumlah alternatif metode pengembangan (pelatihan) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar.

c. Sarana dan prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sarana prasarana diklat tertuang


(52)

37

dalam Keputusan Kepala LAN nomor 193/XIII/10/6/2001 sebagai berikut:

1) Sarana dan prasarana diklat merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk menjamin efektivitas pembelajaran.

2) Sarana dan prasarana diklat dapat dimiliki sendiri dan / atau memanfaatkan sarana dan prasarana diklat lembaga diklat instansi lain dengan memperhatikan kesesuaian standar persyaratan setiap jenis, jenjang, dan program diklat serta jumlah peserta diklat.

3) Sarana dan prasarana diklat yang dimiliki oleh setiap instansi dapat didayagunakan secara optimal baik oleh lembaga diklat instansi yang bersangkutan maupun lembaga diklat instansi lainnya dengan dukungan sistem informasi diklat PNS yang dikembangkan oleh instansi pembina.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwasanya sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan. Sarana dan prasarana merupakan komponen yang penting dalam diklat.

5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Oemar Hamalik (2007:75-90) dalam bukunya Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan dalam penyelenggaraaan pelatihan perlu diperhatikan hal-hal berikut :

a. Dasar Penyelenggaraan Pelatihan 1) Rencana Harian

Fungsi rencana harian adalah memberikan paduan kepada peserta dalam melaksanakan unit harian sesuai dengan acuan yang telah ditentukan dalam rencanan umum pelatihan.

2) Perencanaan Unit Pelajaran (Unit Lesson)

Rencana suatu pelajaran adalah suatu urutan instruksional yang dikembangankan secara khusus yang umumnya disajikan dalam satu kali pertemuan kelas.

b. Prosedur Penyelenggaraan Pelatihan 1) Tahap Pendahuluan


(53)

38

Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum peserta melaksanakan keseluruhan kegiatan.

2) Tahap Pengembangan

Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar oleh peserta yang dilakukan oleh balai dan atau di masyarakat sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh tim pelatih.

3) Tahap Kulminasi

Tahap kulminasi dilakukan dalam bentuk pameran, seminar akhir, pembuatan laporan individual, pembuatan laporan kelompok.

4) Tahap Tindak Lanjut

Tahap tindak lanjut adalah suatu tahap transisi, di mana berlangsungnya proses penempatan dan pembinaan terhadap para lulusan pelatihan.

c. Strategi Belajar Mengajar Terpadu 1) Asas-asas Pengajaran Terpadu

Strategi belajar-mengajar terpadu disusun berdasarkan asas motivasi, tujuan yang jelas, kegiatan keaktifan siswa, pelayanan terhadap perbedaan individual, kerja sama, korelasi, integrasi, relasi, dan latihan praktek.

2) Metode dan teknik

Metode dan teknik merupakan cara-cara yang dilaksanakan dalam diklat misalnya cara membangkitkan minat dan perhatian kepada pelajaran, cara memberitahukan tujuan kepada peserta. 3) Pengelolaan Praktrek Lapangan

Dalam pengelolaan praktek lapangan mencakup kegiatan pendahuluan, pengorganisasian, tepat dan waktu praktek, fasilitas, perlengkapan, dan biaya.

d. Model Modifikasi Tingkah Laku 1) Tahap-tahap kegiatan

Yang termasuk dalam tahap kegiatan yaitu menjelaskan tujuan, menerangkan teori, mendemonstrasiakan model tingkah laku, latihan simulasi dengan balikan dan transfer.

2) Sistem Sosial

Sistem latihan menuntut keterlibatan para peserta secara penuh dalam suatu sistem sosial, namun tetap diberikan kesempatan yang luas secara perorangan urutan tugas sesuai kecepatan belajarnya masing-masing.

3) Prinsip-prinsip reaksi

Para pelatih atau para tutor menggunakan model latihan ini dengan menyiapkan balikan yang bersifat behavioral.


(54)

39

Pelatih supaya berupaya menyediakan tempat latihan yang memadai esuai dengan kebutuhan program pelatihan serta peralatan dan fasilitas latihan lainnya yang diberikan oleh peserta.

5) Penerapan Model

Beberapa yang bisa digunakan adalah model pelatihan keterampilan dasar, keterampilan teknis, dan keterampilan sosial.

Sedangkan Balai Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri (2012:01) menyebutkan bahwasanya dalam prosedur penyelenggaraan pelatihan perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Penyelengaraan pelatihan dilakukan berdasaran jadwal pelatihan, kurikulum, dansilabus yang telah disusun.

2. Perubahan jadwal pelatihan dapat dilakukan bila terjadi force major, terdapat gangguan peralatan dan mesin atau faktor eksternal.

3. Seksi penyelenggara melaksanakan orientasi peserta yang berisi : a. Profil Instansi / Lembaga

b. Program Pelatihan

c. Jadwal Program Pelatihan

d. Pelayanan dan fasilitas yang diterima peserta e. Tata tertib

4. Orientasi bagi pelatihan dasar instruktur dan upgrading.

5. Pelaksanaan pelatihan dilakukan oleh instruktur berdasarkan kepada jadwal yang telah ditetapkan oleh kejuruan.

6. Instruktur bertanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya kegiatan belajar- mengajar selama sesi pelatihan baik di kelas, bengkel, laboratorium, perpustakaan maupun di tempat OJT.

7. Selama pelaksanaan pelatihan peserta wajib mengisi daftar hadir siswa.

8. Apabila terjadi insiden atau kecelakaan, instruktur mengambil tindakan dan melaporkan kepada seksi penyelenggara, membuat rekaman paling lambat 1 hari setelah kecelakaan.

9. Instruktur melaporkan seluruh kegiatan pelatihan mencakup : a. Kegiatan saat pelatihan

b. Hasil pengerjaan tugas peserta c. Hasil evaluasi peserta

d. Kegiatan penilaian ulang

e. Pemakaian alat dan bahan pelatihan f. Jam mengajar

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalam penyelenggaraan diklat yang efektif perlu memperhatikan aspek-aspek


(55)

40

dimulai dari dasar penyelenggaraan, prosedur, strategi belajar, sampai model modifikasi tingkah laku

6. Penyelenggaraan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) a. Pengertian SATPAM

Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat SATPAM adalah satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya” (Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah, BAB I, Pasal 1, Ayat 6).

Pelatihan pada SATPAM sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: 1) Gada Pratama (Dasar)

Gada Pratama (Dasar) merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota SATPAM. Lama pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan yaitu :

a) Interpersonal Skill b) Etika Profesi

c) Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan SATPAM

d) Kemampuan Kepolisian Terbatas seperti: Bela Diri, Pengenalan Bahan Peledak, Barang Berharga dan Latihan Menembak, Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya, Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol, Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan


(56)

41 2) Gada Madya (Penyelia)

Gada Madya (Penyelia) merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota SATPAM yang telah memiliki kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran.

3) Gada Utama (Manajer Keamanan)

Gada Utama (Manajer Keamanan) merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja dalam level setingkat manajer, yaitu chief security Office atau manajer keamanan dengan pola 100 jam pelajaran. Tujuan dari pelatihan SATPAM adalah untuk mengatasi segala hal terburuk yang mungkin bisa terjadi di sekitar rumah atau kantor yang nantinya akan dijaga. Pelatihan SATPAM sangat bermanfaat untuk memantapkan dan mengajarkan disiplin bagi calon SATPAM. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk melatih para calon SATPAM tersebut, yaitu kualitas, kuantitas, waktu, dan pembiayaan.

Materi yang diberikan berdasarkan pada Undang- undang No. 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang lalu lintas, etika sopan santun dalam berlalu lintas, dan angkutan jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang berisi tentang Peraturan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia, 12 hal tentang pengaturan lalu lintas, diskusi, TPT-KP serta pengamanan gedung dan perkantoran. Biasanya pelatihan-pelatihan ini berupa diskusi, metode tutorial, praktek dan tanya jawab. Kepolisian Daerah setempat akan menunjuk satu perkantoran setiap bulan untuk mengikuti pelatihan ini sehingga semua SATPAM mempunyai standar yang sama.


(57)

42 b. Tugas Pokok dan Fungsi SATPAM

Maksud dari “Tugas Pokok” adalah : 1) Suatu kewajiban yang harus dikerjakan 2) Pekerjaan yang merupakan tanggungjawab

3) Perintah untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi mencapai sesuatu

Fungsi berarti Manfaat dan Kegunaan. Jadi fungsi SATPAM adalah “Melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya”. (Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).

Tugas Pokok-nya SATPAM adalah “Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya” (Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).

c. Peran SATPAM (Satuan Pengamanan)

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas, SATPAM berperan sebagai:

1) Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah, pengguna SATPAM di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat kerjanya.


(58)

43

2) Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.( Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).

7. Link And Match antara Lembaga Diklat dan Dunia Kerja

Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman. Konsep tersebut bertujuan untuk menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selain itu konsep tersebut bertujuan untuk meningkatkan relevansi antara pendidikan dan dunia kerja atau dunia usaha.konsep Link and match meuntut para lulusan untuk siap kerja.

Konsep link and match menyesuaikan corak penyelenggaraan pendidikan dan pemajuan kebudayaan dengan tuntutan zaman untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia, menyongsong tantangan pembangunan yang semakin besar dan kompleks. Sejak awal diperkenalkan konsep ini memang mengundang pro dan kontra. Baik dari kalangan pendidik maupun budayawan banyak yang menyatakan bahwa menteri yang berlatar belakang pendidikan teknik itu hanya akan membuat siswa sebagai robot dan budak industri bahkan ada yang memelesetkan "link and match" hanya membuat orang menjadi "ling-ling".


(59)

44

Persaingan dalam dunia kerja semakin hari semakin ketat, terbukanya bursa kerja yang sangat luas, kebutuhan tenaga kerja yang multi skill, competency, profesional, dan team work, maka langkah-langkah antisipatif dan proaktif sangatlah diperlukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM). Peningkatan tersebut tentunya harus dipikirkan secara matang. Hendaknya peningkatan dilakukan secara terprogram, bertahap, berkelanjutan dan kontekstual (terdapat sinergitas seluruh sumber daya internal dan eksternal). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang sudah dirancang untuk mempersiapkan SDM yang sanggup mengisi peluang bursa kerja di berbagai tingkatan sesuai standar kompetensi Sunia Kerja Usaha dan Industri (DKUI).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu program yang dirancang oleh Wardiman untuk implementasi kebijakan Link and match. Bentuk kegiatannya adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL) oleh peserta didik, untuk memiliki wawasan dan pengalaman praktik kerja yang memadai dan siap kerja.


(60)

45 E. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Dwi Jayaningrum (2011). Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperoleh data secara jelas dan aktual tentang bagaimana gambaran Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencama Muda di Bandiklatda yang menyangkut Perencanan, penyelenggaraan, dan evaluasi diklat serta mengetahui permasalahan yang dihadapi dan bagaimana solusi pemencahan masalah yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat dilihat dari keseluruhan aspek baik perencanaan diklat, penyelenggaraan diklat, dan evaluasi diklat berjalan secara efektif dan berkategori BAIK. (2) Berdasarkan temuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Bandiklatda Provinsi Jawa Barat berjalan dengan EFEKTIF yang terlihat dari indikator keberhasilan dari segi evaluasi yaitu dilihat dari prosesnya, yaitu penyelenggaraan diklat berjalan dengan lancar, seluruh fasilitas mendukung dalam penyelenggaraan diklat, widyaiswara tepat waktu, hasil evaluasi akademik maupun siklap dan perilaku peserta diklat skornya di atas 70


(61)

46 F. KERANGKA BERPIKIR

Gambar. 1 Kerangka Berpikir

G. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security?

a. Perencanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security Yogyakarta

1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta? 2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta? 3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total

Security Yogyakarta? KEBUTUHAN RASA

AMAN

MEMBERIKAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN

KEBUTUHAN LEMBAGA AKAN JASA PENGAMAN

LEMBAGA BUJP PERENCANAAN (kurikulum) PELAKSANAAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PELAKSANAAN (pelatihan dan pendidikan )

MENGHASILKAN TENAGA SATPAM YANG KOMPETEN

EVALUASI DAMPAK (alumni)


(62)

47

4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta? 5) Bagaimana sarana dan prasarana di Garda Total Security

Yogyakarta?

6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya?

b. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security Yogyakarta

1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta? 2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta? 3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total

Security Yogyakarta?

4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta?

5) Bagaimana sarana dan prasarana di Garda Total Security Yogyakarta?

6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya?

2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)?

a. Bagaimana Keluaran Peserta Didik di lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security?

b. Apa Saja Prestasi yang diraih oleh lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total Security?

3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja


(63)

48

a. Bagaimana upaya Garda Total Securuty dalam menjalin Mitra Kerja?

b. Bagaimana cara Garda Total Security menyalurkan alumni pelatihan kepada Mitra?

4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)

c. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?

d. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?

5) Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan

a. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam pendidikan dan pelatihan ?

b. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan ?


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)