Reksa Dana Landasan Teori
3 Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar Uang merupakan jenis Reksa Dana yang menyertakan 100 dana dalam pasar uang seperti deposito,
obligasi, maupun SBI yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa Dana ini memberikan tingkat risiko
paling rendah diikuti dengan return yang rendah pula. Investasi jenis ini cocok bagi para investor dengan dana yang terbatas
dan mengharapkan return yang teratur. Reksa Dana pendapatan tetap memiliki jangka waktu investasi kurang dari satu tahun.
4 Reksa Dana Terproteksi
Reksa Dana Terproteksi merupakan Reksa Dana yang nilai pokok investasinya terproteksi jika dicairkan pada akhir
periode. Investor yang akan melakukan pencairan sebelum periode perjanjian akan mengalami kerugian karena Reksa
Dana ini tidak membuat nilai pokok awal investasi sama dengan
akhir periodenya.
Hal itu
bertujuan untuk
menanggulangi para investor yang ingin mengambil dana sebelum periode yang telah ditetapkan sebelumnya. Investasi
jenis ini umumnya berlangsung selama 3-5 tahun. 5
Reksa Dana Campuran Reksa Dana jenis ini dapat dikatakan merupakan gabungan
dari beberapa jenis Reksa Dana dengan proporsi yang fleksibel.
Investasi ini terdiri dari efek utang maupun ekuitas berupa saham, obligasi, deposito, dan instrumen lain.
d. Keuntungan Reksa Dana
Secara singkat, Reksa Dana memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada investor Rahardjo, 2004 antara lain :
1 Reksa Dana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi
yang sudah berpengalaman Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh
Manajer investasi yang memang mengkhususkan keahlianya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat
penting mengingat individu pemodal pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat
melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.
2 Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi relatif kecil
Karena Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola oleh secara profesional, maka
sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya
transaksi. 3
Portofolio investasi Reksa Dana sudah terdiversifikasi Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam
portofolio akan mengurangi risiko karena dana Reksa Dana
diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar.
4 Informasi pengelolaan investasi sangat transparan
Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya secara continue sehingga pemegang
unit penyertaan dapat memantau keuntungan, biaya, dan risiko setiap saat
5 Tingginya tingkat likuiditas Reksa Dana
Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi.
Dengan demikian, pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaanya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-
masing reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.
e. Risiko Reksa Dana
Untuk melakukan investasi, investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul ketika berinvestasi di Reksa Dana.
Hal ini dilakukan agar investor berhati-hati dalam memilih jenis Reksa Dana yang ditawarkan Manajer Investasi.
Hal-hal yang perlu diketahui para investor tentang beberapa risiko investasi yang dimiliki oleh Reksa Dana Cahyono, 2000
antara lain :
1 Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan UP
Tidak ada jaminan bahwa dalam mengelola dana, Manajer Investasi akan terus memberikan hasil. Nilai unit penyertaan
Reksa Dana bisa naik atau turun sejalan dengan kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan efek hutang yang menjadi
sarana investasi Reksa Dana tersebut. Misalnya, kenaikan suku bunga bisa menurunkan harga obligasi. Melemahnya kinerja
emiten ekuitas bisa membuat harga saham turun. Penurunan nilai aktiva bersih unit penyertaan Reksa Dana juga bisa terjadi
karena adanya biaya-biaya yang dikenakan atas Reksa Dana tersebut. Misalnya, karena dari kegiatan investasi sebuah Reksa
Dana memperoleh hasil 0 tetapi karena Reksa Dana tersebut menanggung beban misalnya management fee atau custodian
fee maka beban tersebut dikurangkan dari aktiva yang ada. 2
Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik Bagi Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka,
perkembangan politik di luar negeri dapat memengaruhi perekonomian dan politik nasional. Perubahan di dalam
perekonomian dan politik suatu negara ini pada gilirannya juga dapat memengaruhi pandangan umum terhadap perusahaan-
perusahaan di Indonesia. Akhirnya pandangan umum tersebut bisa membuat investor melikuidasi portofolio efeknya sehingga
harga efek tersebut akan turun.
3 Risiko likuiditas Reksa Dana terbuka
Manajer Investasi wajib membeli kembali unit penyertaan dari investor. Untuk memenuhi kewajiban ini, Manajer
Investasi bisa menjual sebagian portofolio investasinya. Jika Manajer Investasi tidak memiliki uang yang cukup besar untuk
membeli kembali unit penyertaan dari investor dan pada saat yang sama, Manajer Investasi juga kesulitan menjual portofolio
investasinya. 4
Risiko Wanprestasi Risiko ini muncul jika ada pihak terkait seperti emiten,
Bank Kustodian, Pialang, atau agen penjual, gagal memenuhi kewajibannya. Kegagalan pihak terkait dalam melunasi
kewajibannya ini dapat memengaruhi nilai aktiva bersih Reksa Dana.
5 Risiko berkaitan dengan peraturan
Dalam berinvestasi, Reksa Dana mempunyai batasan- batasan tertentu, misalnya tidak boleh membeli efek di luar
negeri dan membeli efek yang diterbitkan oleh perusahaan melebihi 10 dari nilai aktiva bersih Reksa Dana pada saat
pembelian. Di satu sisi batasan investasi ini dimaksudkan untuk melindungi investor, tetapi di sisi lain bisa menjadi bumerang.
Karena tidak bisa berinvestasi di luar negeri maka ketika pasar modal Indonesia merosot tajam, pengelola tidak bisa
memindahkan dananya ke pasar modal luar negeri yang bergairah. Begitu juga dengan adanya batasan untuk tidak
membeli efek tertentu melebihi 10 dari NAB Reksa Dana saat pembelian, maka sebuah Reksa Dana tidak bisa membeli
saham tersebut dari jumlah itu betapapun potensialnya saham tersebut.
f. IHSG
Menurut Robert Aang 1997, pengertian Indeks Harga Saham Gabungan IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan
secara resmi ataupun dari media, institusi keuangan, dan lain sebagainya. IHSG menggunakan seluruh saham yang tercatat di
bursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Halim, 2005
Keterangan : = Indeks harga saham gabungan pada hari ke-t
= Nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar
per lembar = Nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada
tanggal 10 Agustus 1982.
IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana
initial public offering-IPO, right issues, company listing, delisting, dan konversi.
Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-kejadian tersebut adalah: Halim, 2005
Keterangan : NDB = Nilai dasar baru
NDL = Nilai dasar lama NPL = Nilai pasar lama
NPT = Nilai pasar tambahan IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia yang tidak
bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan benchmark. Bursa
Efek Indonesa juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang
menggunakan IHSG sebagai acuan benchmark. g.
BI Rate Berdasarkan situs Bank Indonesia www.bi.go.id, BI Rate
adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas liquidity management di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight PUAB ON. Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan
akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
h. Metode Pengukuran Kinerja Reksa Dana
1 Metode Sharpe
Metode Sharpe mengukur return suatu portofolio terhadap standar deviasi atau total risikonya Jones, 2000, kemudian
dibandingkan dengan perhitungan kinerja Reksa Dana dengan kinerja pasar sesuai dengan metode sharpe tersebut.
Hasilnya adalah semakin tinggi nilai pengukuran sharpe
reksa dana
dari pengukuran
sharpe pasar,
maka menghasilkan kinerja Reksa Dana yang semakin baik. Secara
matematis indeks sharpe dirumuskan sebagai berikut: Halim, 2005
Keterangan : = Indeks harga sharpe portofolio i
= Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i = Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko
= Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i
= Premi risiko portofolio i 2
Metode Treynor Tandelilin 2001 dalam bukunya menerangkan bahwa
Indeks Treynor dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Cara
mengukur indeks Treynor sama dengan cara menghitung indeks Sharpe, hanya saja risiko yang digunakan adalah beta
portofolio. Hal ini dikarenakan patok duga yang digunakan dalam indeks Treynor adalah persamaan garis sekuritas
security market line. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik
sehingga risiko yang digunakan adalah beta. Indeks Treynor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut : Jogiyanto, 2013
Keterangan : = Nilai treynor ratio reksa dana
= Rata- rata return Reksa Dana sub- periode t Mingguan = Rata-rata return investasi bebas risiko periode t
= Beta persamaan garis regresi linear berganda 3
Metode Jensen Manurung 2008 menjelaskan bahwa Indeks Jensen sangat
memperhatikan CAPM dalam mengukur kinerja portofolio dan biasa disebut Jensen Alpha. Jensen Alpha merupakan sebuah
ukuran absolut yang mengestimasi tingkat pengembalian konstan selama periode investasi dimana memeroleh tingkat
pengembalian di atasdi bawah dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama. Adapun formula dari Jensen Alpha
adalah sebagai berikut : Jogiyanto, 2013
Keterangan : = Nilai perpotongan Jensen
= Rara-rata keuntungan Reksa Dana
= Rata-rata keuntungan investasi bebas risiko = Rata-rata Keuntungan Pasar IHSG
= Beta portofolio i risiko pasar atau risiko sistematis Semakin besar nilai alpha yang positif maka semakin baik
pula kinerja suatu Reksa Dana saham karena memberikan actual return yang lebih tinggi daripada return yang
diharapkan. 4
Metode M-Square M² Hartono 2013 menjelaskan bahwa metode M-square
merupakan perluasan dari metode Sharpe Ratio. Metode ini diusulkan oleh John G. Graham dan Campbell R. Havey pada
tahun 1994. Karena kinerja portofolio akan dibandingkan secara langsung dengan kinerja pasar maka return portofolio
disesuikan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan : = M-Square
= Return rata-rata Reksa Dana = Return rata-rata investasi bebas risiko
= Standar deviasi Reksa Dana = Standar deviasi pasar
= Return rata-rata Pasar Jika M-square Reksa Dana positif, maka Kinerja Reksa
Dana baik dan memiliki return di atas return pasar outperform.
5 Information Ratio Apprasial Ratio
Hartono 2013 menerangkan bahwa pengukuran ini merupakan rasio antara alpha dan risiko unik portofolio atau
risiko non-sistematik portofolio yang disebut tracking error dari industri. Nilai rasio ini mengukur return tidak normal per
unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio pasar. Rumus yang digunakan untuk IRInformation
Ratio adalah sebagai berikut:
Keterangan : IR = Information Ratio
= Nilai jensen alpha = Risiko untuk portofolio
Jika Information Ratio Reksa Dana positif maka Kinerja Reksa Dana baik dan memiliki return diatas return pasar
outperform.