Penelitian Terdahulu KAJIAN PUSTAKA

bebas risiko diperoleh dari rata-rata BI rate pada periode pengukuran. Setelah Risk premium sudah diketahui selanjutnya adalah menghitung risiko individual dari Reksa Dana yaitu standar deviasi yang merupakan penyimpangan rata-rata dari Reksa Dana. Setelah semua diperoleh maka untuk mengetahui nilai Sharpe adalah dengan membagi Risk premium dengan standar deviasi tersebut. 2. Indeks Treynor Pengukuran kinerja Reksa Dana dengan menggunakan Metode Treynor dihitung dengan memperhatikan fluktuasi pasar. Dalam penghitungannya digunakan pembagi beta  yang merupakan risiko fluktuasi terhadap risiko pasar. Sama halnya dengan indeks Sharpe, pada indeks Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah penggunaaan garis pasar sekuritas security market line sebagai patok duga yaitu dengan membagi Risk premium dengan beta portofolio. Risk premium diperoleh dari rata-rata return portofolio dikurangi dengan suku bunga bebas risiko. Sedangkan beta diperoleh dari persamaan regresi dari premi return portofolio dikurangi dengan return rata-rata bebas risiko sebagai variabel dependen dan return IHSG dikurangi rata-rata return bebas risiko sebagai variabel independen. Kemudian untuk mengetahui nilai Treynor adalah dengan membagi nilai Risk premium dengan nilai beta portofolio. 3. Indeks Jensen Metode ini untuk mengukur aktual return terhadap teoritikal return dari portofolio dengan menggunakan prinsip CAPM Capital Asset Pricing Model yang sejauh mana Reksa Dana dapat memberikan keuntungan diatas harga pasar. Langkah pertama dalam menghitung indeks Jensen adalah mencari return portofolio Reksa Dana dengan menggunakan NAB Reksa Dana. Kemudian menghitung beta portofolio yang merupakan risiko sistematis dengan menggunakan garis persamaan regresi antara variabel dependen dan independen. Rata-rata return suku bunga bebas risiko diperoleh dari BI rate. Tingkat pengembalian pasar merupakan return IHSG yang dijadikan indeks pasar. Langkah berikutnya adalah mengurangi tingkat pengembalian pasar IHSG dengan rata-rata return bebas risiko yang kemudian dikalikan dengan beta. Hasil perkalian tersebut ditambahkan dengan rata-rata return bebas risiko. Langkah terakhir adalah dengan mengurangi rata-rata return portofolio Reksa Dana dengan hasil penjumlahan tersebut. 4. M-Square Ratio M² M² merupakan perluasan dari metode Sharpe dengan mengalikan hasil penghitungan Sharpe dengan standar deviasi pasar. Standar deviasi pasar diperoleh dari IHSG. Kemudian dari hasil tersebut ditambah dengan rata-rata return bebas risiko. Hasil dari perhitungan ini menandakan bahwa return portofolio Reksa Dana telah disesuaikan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar. Selanjutnya akan diketahui apakah Reksa Dana tersebut mampu outperform atau underperform setelah hasil tersebut dikurangi dengan return pasar IHSG. Jika nilai selisih return portofolionya positif maka Reksa Dana tersebut memiliki return diatas return pasar outperform. 5. Information Ratio Pengukuran ini merupakan rasio antara alpha dan risiko unik portofolio atau risiko non-sistematik portofolio yang disebut tracking error dari industri. Nilai rasio ini mengukur return tidak normal per unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio pasar. Information dapat diperoleh dari Nilai Jensen alpha yang dibagi dengan risiko unik portofolio, risiko unik diperoleh dari nilai selisih risiko total dan risiko sistematik . Dari analisis di atas maka akan diketahui kinerja masing-masing Reksa Dana saham berdasarkan 5 metode di atas pada setiap periode. Langkah selanjutnya adalah membandingkan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark. Data yang digunakan adalah NAB per unit penyertaan dan IHSG. Kinerja Reksa Dana saham dan IHSG dapat diketahui dengan menghitung return pada setiap periode pengukuran. Kemudian setelah diketahui masing-masing kinerja, langkah berikutnya adalah membandingkan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark. Apabila kinerja Reksa Dana saham melebihi kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan outperform, namun jika kinerja Reksa Dana saham berada di bawah kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan underperform.

D. Paradigma Penelitian

Gambar 1. Paradigma Penelitian Kinerja Reksa Jenis Metode : 1. Sharpe 2. Jensen 3. Treynor 4. M² 5. Information Ratio Benchmark : IHSG Outperform Underperform Analisis

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan latar belakang di atas maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja Reksa Dana Saham berdasarkan metode Sharpe, Jensen, Treynor, M² dan Information Ratio periode 2013-2015? 2. Bagaimana kinerja Reksa Dana Saham dibandingkan dengan kinerja benchmark IHSG periode 2013-2015? 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif berupaya untuk memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat dari sebuah situasi Kuncoro, 2007. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mencari karakteristik kinerja Reksa Dana saham yang kemudian dibandingkan dengan return pasar IHSG.

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Rate of Return Reksa Dana

Return Reksa Dana dalam suatu periode dapat dilihat dari data NABunit. Return Reksa Dana tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dimana : = Return mingguan Reksa Dana Saham = NAB Reksa Dana Saham periode pengukuran = NAB Reksa Dana Saham sebelum periode pengukuran

2. Risk Free

Risk Free merupakan nilai kompensasi terhadap konsumsi dana yang ditangguhkan namun bukan untuk mengkonsumsi risiko, sehingga risk free rate of return merefleksikan fakta mendasar bahwa dengan melakukan investasi pada saat ini berarti akan dapat mengkonsumsi lebih banyak pada saat nanti Intan, 2010. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian bebas risiko adalah BI rate. Risk free dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : ∑

3. Tingkat Pengembalian Pasar

Sebagai Variabel pembanding menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dengan penghitungan sebagai berikut : Dimana : = Keuntungan Pasar = IHSG pada periode pengukuran = IHSG pada periode sebelum pengukuran

4. Standar Deviasi

Standar deviasi dihasilkan menggunakan program Microsoft excel dengan formula =STDEV atau menggunakan rumus sebagai berikut : √ ∑ Dimana : = Standar Deviasi x = Nilai data yang berada dalam sampel µ = Rata-rata hitung n = Jumlah data

5. Beta ß

Beta diukur dengan membagi kovarians antara return pasar dan return Reksa Dana saham dengan varians benchmark. Beta dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana : = Beta portofolio = Kovarians antara return pasar dan return portofolio = Varians pasar