74 rent sawah tadah hujan sebesar 1,841 persen. Berdasarkan interpretasi pada kedua
model terebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan teori, dimana semakin produktif atau subur suatu lahan maka akan semakin tinggi nilai land rent-nya.
6.5.5 Faktor Jarak Lahan ke Pasar X
5
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang diperoleh terhadap kedua model memperlihatkan hasil yang berbeda, terutama dalam nilai dugaan faktor
jarak lahan ke pasar. Pada model regresi land rent sawah irigasi menunjukkan bahwa faktor jarak lahan ke pasar secara signifikan berpengaruh pada taraf nyata
α = 5 , yang dilihat dari nilai p-value sebesar 0,05. Dengan nilai koefesien regresi -0,03 yang berarti setiap penambahan jarak lahan ke pasar sejauh 1 meter
akan mengurangi rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar Rp. 0,03 m
2
tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya sebesar -0,098 yang berarti bahwa secara rata-rata peningkatan 1 persen dalam jarak lahan ke
pasar akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 0,098 persen. Hal ini sesuai dengan teori lokasi, dimana semakin jauh dengan pasar
maka land rent-nya akan berkurang. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan menunjukkan
bahwa faktor jarak lahan ke pasar tidak berpengaruh nyata dengan p-value yang relatif besar yakni 0,769. Sehingga dapat dikatakan dalam model tersebut tidak
sesuai dengan teori ekonomi, karena secara teoritis nilai land rent itu dipengaruhi oleh jarak lahan ke pasar. Pelanggaran asumsi yang terjadi dapat dikarenakan
sebagian besar lahan sawah tadah hujan yang menjadi objek penelitian berada di kawasan perbukitan dan jauh dari lokasi pasar. Petani dalam memperoleh sarana
produksi maupun menjual padi tidak ke pasar tetapi melalui tengkulak.
75
6.5.6 Faktor Jarak Lahan ke Jalan Desa X
6
Berdasarkan hasil pengolahan data pada kedua model regresi berganda diperoleh nilai signifikansi p-value pada faktor jarak lahan ke jalan desa yang
cukup besar yaitu 0,101 dan 0,480 atau lebih besar dari taraf nyata α = 5 . Hal
ini menunjukkan bahwa baik pada model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan, faktor jarak lahan ke jalan desa tidak berpengaruh nyata atau
memiliki pengaruh namun sangat kecil. Menurut teori lokasi tentu hal ini dapat dikatakan melanggar asumsi, namun faktor jarak lahan ke jalan menjadi tidak
berpengaruh nyata karena pada lokasi penelitian tidak semua lahan yang dekat dengan jalan memilki nilai jual lahan atau tingkat kesuburan yang lebih tinggi
dibanding lahan yang jauh dari jalan.
76
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan atas penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1 Selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006 hingga 2010 luas penggunaan lahan sawah di kecamatan Campaka mengalami penurunan
sebesar 188,24 hektar. Selama kurun waktu tersebut persentase laju degradasi lahan sawah adalah sekitar 11,62 persen atau sekitar 2,32 persen per tahun.
Walaupun dengan persentase laju degradasi yang terbilang kecil, hal ini menunjukkan bahwa di daerah pedesaan rural yang mayoritas penduduknya
adalah petani konversi lahan sawah juga kerap terjadi. Laju konversi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk, terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan pemukiman dan untuk pembangunan infrasturuktur. 2 Dalam perhitungan land rent diperoleh rata-rata land rent yang berbeda, pada
sawah irigasi sebesar Rp 839,69 m
2
tahun, sedangkan sawah tadah hujan hanya sebesar Rp 832,41 m
2
tahun. Namun secara statistik dengan uji nilai tengah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata land rent pada kedua tipologi lahan tersebut, hal ini terlihat dari perbedaan yang sangat kecil. Perbedaan yang sangat kecil ini dikarenakan baik
petani sawah irigasi maupun petani sawah tadah hujan dalam mengusahakan lahannya kurang dari 0,5 hektar atau petani gurem yang berlahan sempit.
Sedangkan rata-rata produktivitas sawah irigasi dan sawah tadah hujan masing-masing adalah sebesar 0,57 kgm
2
dan 0,51 kgm
2
, sehingga dapat dikatakan sawah irigasi lebih produktif dibandingkan sawah tadah hujan.