Gambaran Umum Usahatani Manggis di Desa Karacak dan

48

6.2. Analisis Ada Tidaknya Perbedaan Produksi Manggis di Desa

Karacak dan Desa Barengkok Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji beda dua sampel T-Test dengan bantuan software SPSS. Kelompok sampel yang diuji dalam penelitian ini berbeda, maka digunakan uji-t dua sampel bebas Independent T- test . Hipotesis yang digunakan antara lain H dengan hipotesis produksi manggis di Desa Karacak tidak berbeda dengan produksi manggis di Desa Barengkok sedangkan H 1 dengan hipotesis produksi manggis di Desa Karacak lebih besar dibandingkan produksi manggis di Desa Barengkok. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 49 orang. Terdiri dari 29 responden Desa Karacak dan 20 responden Desa Barengkok. Berdasarkan data yang diperoleh, mean rank di Desa Karacak sebesar 3886,1 sedangkan mean rank di Desa Barengkok sebesar 4437,5. Hal ini menunjukkan rata-rata produksi manggis di Desa Barengkok lebih besar daripada rata-rata produksi manggis di Desa Karacak. Data dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa varian dari kedua desa adalah sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value F-test sebesar 0,654 yang lebih besar dari taraf α = 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan uji-t menggunakan asumsi kedua varian sama. Hasil penelitian menunjukkan nilai P- value uji-t sebesar 0,729. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 5. Artinya secara statistika produksi kedua desa tidak berbeda secara signifikan. Tidak ada perbedaan produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok. Menurut Jumin 2008, tindakan pengolaan tanaman yang meningkat akan menghasilkan laju produksi maksimum yang meningkat. Tindakan maksimum dari suatu tindak agronomi ditentukan oleh unsur-unsur genetik dan lingkungan 49 dari objek agronomi. Kedua unsur agronomi tercakup dalam lingkup agronomi. Salah satu lingkup agronomi adalah pemeliharaan tanaman pemberantasan hama dan penyakit serta pemberantasan gulma. Pada umumnya, kedua desa penelitian menggunakan teknik pembudidayaan yang sama. Budidaya manggis dilakukan secara tradisional dan merupakan warisan turun temurun. Menurut Moenandir 1994, pengelolaan tanah yang diikuti dengan pemupukan akan memberikan kesempatan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik dan bermutu tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan tanaman menghasilkan hasil yang memadai. Kedua desa tidak menggunakan pengembangan teknologi serta pemeliharaan tanaman yang dapat meningkatkan produksi manggis. Hal tersebut menyebabkan produksi kedua desa masih belum maksimal. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi manggis di Desa Karacak dan Desa Barengkok.