dilakukan penghematan dalam bentuk persediaan dan biaya gudang, yaitu dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik
dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer. 5. Rantai 1-2-3-4-5 adalah pemasok ke manufaktur ke distributor ke ritel
outlets ke pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli atau
pengguna barang. Contoh pihak pengecer misalnya: toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, supermarket. Sebenarnya masih
ada satu mata rantai lagi, yaitu pembeli akhir karena pembeli belum tentu pengguna terakhir. Mata rantai pasokan baru berhenti ketika barang sudah
pada pemakai langsung.
2.3. Kinerja Rantai Pasokan
Sistem pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan
kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan metrik pengukuran, setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran
yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan yang harus dijawab
pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasokan Pujawan, 2005.
Menurut Pujawan 2005, sistem pengukuran kinerja digunakan untuk:
1. Melakukan monitoring dan pengendalian. 2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai
pasokan. 3. Mengetahui relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin
dicapai. 4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam
bersaing. Pengukuran kinerja rantai pasokan secara menyeluruh melibatkan
semua komponen anggota rantai pasokan mulai dari pemasok sampai konsumen. Model pengukuran kinerja rantai pasokan yang ada dan
diterapkan di lapangan mengacu pada kegiatan- kegiatan rantai pasokan dalam satu organisasi yang secara umum meliputi kegiatan pengadaan,
perencanaan produksi, produksi, pemenuhan pesanan pelanggan, dan pengembalian Pujawan, 2005
Pengukuran kinerja rantai pasokan bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja dan penentuan aksi di masa depan pada tingkat
strategi, taktik dan operasional. Oleh karena itu, dibutuhkan studi pengukuran dan indikator dalam kontek manajemen rantai pasokan karena
dua alasan yaitu : i kurangnya pendekatan yang seimbang dan ii kurang jelasnya perbedaan antara indikator pada level strategi, taktik dan
operasional Gunasekaran et. al., 2004. Untuk memperluas aliran barang dan informasi ada enam titik kritis
yang digunakan untuk mencapai rantai pasokan yang terintegrasi, antara lain: 1 integrasi pelanggan, 2 integrasi internal, 3 integrasi pemasok,
4 integrasi teknologi dan perencanaan, 5 pengukuran integrasi, dan 6 hubungan integrasi Bowersox et. al., 2000. Beberapa metode yang
digunakan untuk pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan, yaitu balanced scorecard, data envelopment analysis, dan SCOR. Tabel 3
menunjukkan kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut.
Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan metode pengukuran rantai pasokan
Metode Kelebihan
Kelemahan Balanced scorecard Pengukuran yang seimbang antar
semua aspek. Mengukur faktor finansial dan
non-finansial Strategi pada manajemen puncak
dan aksi pada manajemen menengah terhubung dan lebih
fokus Implementasi yang
lengkap dapat bertahap
Data Envelopment Analysis
Mencakup input dan output Menghasilkan informasi yang
detail tentang efisiensi perusahaan Tidak memerlukan spesifikasi
parametrik dari bentuk fungsional Membutuhkan
dukungan data yang intensif
Pendekatan deterministik
Supply chain
operations reference SCOR
Menilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok
Pendekatan yang seimbang Kinerja rantai pasok dalam
berbagai dimensi Tidak secara
eksplisit menempatkan
pelatihan, kualitas, teknologi informasi
dan administrasi
Tidak menggambarkan
setiap proses atau kegiatan bisnis
Sumber: Aranyam et.al., 2006
2.4. Indikator Kinerja Berbasis Model SCOR