Data Envelopment Analysis Kajian Kinerja Rantai Pasokan Komoditas Lettuce Head (Lactuca Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor)

U = Upah tenaga kerja H = Harga output h = Harga bahan baku L = Nilai input lain nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai Informasi yang dihasilkan melalui analisis nilai tambah dengan metode hayami adalah: 1. Perkiraan besarnya nilai tambah 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan, menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk 3. Imbalan bagi tenaga kerja Rp, menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung. 4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan pengolahan Rp, menunjukkan bagian yang diterima pengusaha karena menanggung risiko usaha. 6. Tingkat keuntungan pengolahan terhadap nilai output, menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 7. Marjin pengolahan Rp, menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 8. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin. 9. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin. 10. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin.

2.6. Data Envelopment Analysis

Data Envelopment Analysis DEA pertama kali diperkenalkan oleh William Charnes, Abraham Cooper, dan Edwardo Rhodes pada tahun 1978 yang merupakan pengembangan dari konsep yang menghubungkan perhitungan teknis dan efisiensi produksi yang ditemukan oleh Farrel pada tahun 1957. DEA adalah metode matematika non parametrik berdasarkan teknik pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi dari masing- masing unit yang dianalisis. DEA merupakan suatu teknik pengukuran kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari decision making unit DMU dalam perusahaan atau organisasi. DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat efisiensi dari unit yang dianalisis Homepage DEA, 2007. Model yang menghitung efisiensi maksimum menurut Gofindarajan 2007, adalah: ..................................................... 2 Keterangan: s1 = Unit keputusan yang akan dievaluasi Ur = Bobot dari output Vi = Bobot dari input Yrj = Nilai output Xij = Nilai input Langkah-langkah dalam proses DEA, adalah: 1. Identifikasi Decision Making Unit DMU atau unit yang akan diobservasi beserta input dan output pembentuknya. 2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada. 3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya. Keunggulan DEA adalah: 1. Dapat digunakan untuk menangani banyak input dan output. 2. Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output. 3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya. 4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda. Kelemahan metode DEA adalah: 1. Bersifat sample specific. 2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal. 3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut. 4. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan. 5. Menggunakan perumusan linear programing terpisah untuk setiap DMU. DEA merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja decision making unit. Dari hasil DEA dapat diketahui efisiensi kinerja suatu organisasi dibandingkan dengan kinerja organisasi lainnya. Selain itu, juga dapat diketahui target-target nilai yang harus dicapai agar menghasilkan kinerja yang efisien.

2.7. Penelitian Terdahulu