Distribusi Informasi Pasar Kajian Kinerja Rantai Pasokan Komoditas Lettuce Head (Lactuca Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Bogor)

kemudahan untuk mendapatkan bibit dan hasil panen langsung dibeli oleh PT Saung Mirwan, sedangkan perusahaan mendapatkan kemudahan dalam memenuhi permintaan pembeli. Hubungan bisnis antara PT Saung Mirwan dengan ritel dan restoran bersifat saling ketergantungan. Para ritel dan restoran membutuhkan lettuce head untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Pola Distribusi

Pola distribusi tergantung pada jenis produk lettuce head yang dihasilkan. Lettuce head yang dibungkus plastik UV langsung dikirim ke ritel langsung tanpa melalui gudang primer terlebih dahulu atau langsung dikirim ke gudang masing-masing tempat ritel. Fresh cut didistribusikan menurut konsumennya, untuk konsumen Mc Donald dikirim ke gudang induk milik Mc Donald, kemudian pihak Mc Donald sendiri yang mendistribusikan ke masing- masing toko atau outlet. Konsumen Burger King langsung dikirim ke outlet masing- masing tanpa barang tersebut transit di gudang induknya.

3. Pendukung Anggota Rantai Pasokan a. Penyuluhan

Salah satu bentuk dukungan yang diberikan PT Saung Mirwan kepada petani adalah pemberian penyuluhan tentang teknik budidaya yang baik, pengiriman hasil panen yang baik, cara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga keuangan, serta cara mengelola keuangan setiap petani mendapatkan uang dari PT Saung Mirwan. Penyuluhan diberikan secara langsung oleh penyuluh dari PT Saung Mirwan kepada mitra tani. Penyuluhan dilakukan setiap penyuluh datang bertemu dengan petani di sawah dengan periode selama dua minggu sekali.

b. Distribusi Informasi Pasar

Informasi mengenai pasar dan harga merupakan salah satu aspek yang penting. Distribusi informasi mengenai peluang pasar dimulai dari para ritel dan restoran yang mengetahui permintaan konsumen yang meningkat kemudian diteruskan kepada PT Saung Mirwan. Distribusi informasi harus lancar sehingga petani dapat mengambil peluang dan sebagai upaya meningkatkan jaringan pasar para petani. Informasi tersebut harus aktif dicari oleh anggota rantai pasokan yang disediakan oleh Dirjen Tanaman Hortikultura dan pihak restoran serta para ritel.

4. Perencanaan Kolaboratif

Perencanaan kolaboratif adalah kesatuan kerjasama dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai pasokan dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai pasokan. PT Saung Mirwan melakukan perencanaan kolaboratif dengan para mitra taninya. Para konsumen memberikan informasi mengenai jumlah permintaan lettuce head. PT Saung Mirwan melakukan perencanaan dengan cara menargetkan sebanyak 15.000 bibit lettuce head yang harus ditanam setiap minggunya. Target penanaman pada minggu tanam berdasarkan pada peramalan permintaan delapan minggu ke depan. Sistem pemanenan tidak dilakukan secara bersama-sama oleh semua mitra tani, tetapi pada bagian kemitraan yang menentukan petani mana yang akan panen pada minggu tersebut.

5. Penelitian Kolaboratif

PT Panah Merah selaku produsen benih lettuce head di Indonesia juga bekerjasama dengan PT Saung Mirwan untuk menghasilkan lettuce head yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan oleh PT Saung Mirwan dengan cara mencoba varietas baru dari lettuce head untuk ditanam di lahan terbuka. Penelitian ini mencakup ketahanan varietas baru terhadap serangan hama, iklim, dan kondisi cuaca yang paling buruk.

6. Aspek Risiko

Risiko yang diterima pada setiap anggota rantai pasokan berbeda- beda. Risiko yang diterima petani terutama adalah gagal panen yang disebabkan oleh keadaan alam, misalnya adanya hujan yang terus menerus di pagi hari maka lettuce head akan membusuk. Saat ini risiko gagal panen sepenuhnya masih ditanggung oleh petani. Selain gagal panen, risiko yang lain adalah pengembalian hasil panen karena komoditas yang dihasilkan tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan. Risiko yang diterima oleh PT Saung Mirwan lebih banyak daripada yang diterima oleh petani. Sistem kemitraan menyebabkan perusahaan berkewajiban membeli semua hasil panen dari petani sesuai dengan jumlah benih yang diberikan. Jika keseluruhan petani memiliki produktivitas hasil yang baik, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kelebihan hasil panen dari petani yang menyebabkan kelebihan persediaan. Perusahaan juga dapat mengalami kekurangan persediaan lettuce head yang diakibatkan produktivitas petani yang rendah. Kekurangan persediaan menyebabkan PT Saung Mirwan harus membeli lettuce head dari mitra beli lettuce head yang ada di Lembang, Bandung. Produk lettuce head yang dikirim kepada konsumen tidak seluruhnya diterima oleh mereka. Sortasi juga dilakukan di gudang ritel sehingga apabila lettuce head yang dikirim tidak sesuai dengan standar akan dikembalikan ke PT Saung Mirwan dan PT Saung Mirwan berkewajiban mengganti produk tersebut pada pengiriman selanjutnya.

7. Proses Trust Building

Proses trust building merupakan proses untuk menumbuhkembangkan saling kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Hubungan kepercayaan yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama, distribusi informasi menjadi terhambat, karena ada aspek ketidakpercayaan sehingga salah satu pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan sendiri. PT Saung Mirwan telah membangun kepercayaan dengan tani mitra yang tumbuh ketika sudah diikat dengan kesepakatan kontraktual. PT Saung Mirwan melakukan kerjasama dengan mitra taninya. Kewajiban mitra tani adalah membayar kebutuhan benih sesuai dengan kebutuhan lahan, membiayai biaya operasional, menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya, mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan pihak perusahaan, menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan.

4.4. Analisis Nilai Tambah