benih yang diberikan. Jika keseluruhan petani memiliki produktivitas hasil yang baik, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kelebihan hasil
panen dari petani yang menyebabkan kelebihan persediaan. Perusahaan juga dapat mengalami kekurangan persediaan lettuce head yang diakibatkan
produktivitas petani yang rendah. Kekurangan persediaan menyebabkan PT Saung Mirwan harus membeli lettuce head dari mitra beli lettuce head yang
ada di Lembang, Bandung. Produk lettuce head yang dikirim kepada konsumen tidak seluruhnya diterima oleh mereka. Sortasi juga dilakukan di gudang ritel
sehingga apabila lettuce head yang dikirim tidak sesuai dengan standar akan dikembalikan ke PT Saung Mirwan dan PT Saung Mirwan berkewajiban
mengganti produk tersebut pada pengiriman selanjutnya.
7. Proses Trust Building
Proses trust building merupakan proses untuk menumbuhkembangkan saling kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Hubungan kepercayaan
yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama, distribusi informasi menjadi terhambat, karena ada aspek ketidakpercayaan
sehingga salah satu pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan sendiri. PT Saung Mirwan telah membangun kepercayaan dengan tani mitra yang
tumbuh ketika sudah diikat dengan kesepakatan kontraktual. PT Saung Mirwan melakukan kerjasama dengan mitra taninya. Kewajiban mitra tani adalah
membayar kebutuhan benih sesuai dengan kebutuhan lahan, membiayai biaya operasional, menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, mengikuti petunjuk
dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya, mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan pihak perusahaan, menjual seluruh hasil produksi yang
memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
4.4. Analisis Nilai Tambah
Komoditas pertanian
mendapat perlakuan-perlakuan
seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau
menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan
menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu
dengan nilai korban yang digunakan selama proses berlangsung. Tujuan dari nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem
dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas.
4.4.1. Nilai Keuntungan pada Mitra Tani
Mitra tani lettuce head tidak melakukan kegiatan apapun setelah melakukan panen. Hasil panen yang dihasilkan langsung dibawa ke
perusahaan, sehingga dalam rantai pasokan petani tidak melakukan pengolahan atau pengemasan terhadap produk. Besarnya pendapatan yang
diperoleh oleh petani adalah menghitung jumlah pengeluaran untuk memproduksi lettuce head dikurangi dengan pendapatan hasil panen. Rata-
rata petani mendapatkan keuntungan sebesar 46 per musim tanam, serta harga pokok produksi per kilogram dari hasil panen sebesar Rp.1.500
dengan asumsi bahwa petani menanam lettuce head sebanyak 7.000 bibit per musim tanam. Apabila petani menanam lettuce head sebanyak 7.000
bibit, maka petani akan menghasilkan 2.000 kg lettuce head yang terbagi menjadi grade A dan B. Perhitungan keuntungan mitra tani dapat dilihat
pada Lampiran 3. Pendapatan petani yang didapatkan berbeda-beda tergantung, pada
banyaknya lettuce head yang ditanam, luasnya lahan yang dimiliki oleh petani, dan kepandaian petani dalam memproduksi lettuce head. Peran
penyuluh dari PT Saung Mirwan sangat dibutuhkan para petani mitra agar dapat meningkatkan jumlah produksinya.
4.4.2. Nilai Tambah PT Saung Mirwan
Analisis nilai tambah dilakukan pada dua jenis produk lettuce head pada semester satu dan dua tahun 2008. Produk pertama adalah lettuce head
yang dikemas dalam plastik UV dan produk kedua adalah lettuce head yang dijual dalam bentuk lembaran- lembaran fresh cut yang dibungkus dengan
kemasan khusus. Analisis nilai tambah pada PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 15 nilai tambah letuce head pada semester 1 dan 2 tahun 2008.
Harga produk lettuce head sebesar Rp. 10.000 per kilogram merupakan nilai yang diterima oleh perusahaan dari penjualan lettuce head.
Nilai output merupakan hasil dari perkalian antara faktor konversi dengan harga produk per kilogram. Besarnya nilai produk Rp. 9.890, artinya nilai
lettuce head yang dihasilkan setiap satu kilogram adalah Rp. 9.890. Pengolahan lettuce head menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 5.890,
dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 59,56. Artinya untuk setiap Rp. 100, nilai output akan diperoleh nilai tambah sebesar
59,56.
Tabel 15. Perbandingan Nilai Tambah Letuce Head yang dikemas
plastik UV Tahun 2008
No Ouput, Input dan Harga
Satuan Semester 1 Semester 2
1. Output
kg hari 180
192 2.
Input bahan baku kg hari
182 192,5
3. Tenaga Kerja Langsung
Jam hari 7
7 4.
Faktor Konversi 0,99
1,00 5.
Koefisien Tenaga Kerja Langsung HOKhari
0,04 0,04
6. Harga Output
Rpkg 10.000
10.100 7.
Upah Tenaga Kerja Langsung Rpjam
1.571 1.571
Penerimaan Keuntungan
8. Harga bahan baku
Rpkg 3.000
3.000 9.
Harga input lain Rpkg
1.103 988
10. Nilai output
Rpkg 9.890
10.073 11.
a. Nilai tambah Rpkg
5.890 6.085
b. Rasio nilai tambah 59,56
60,41 12.
a. Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg
60,4 57,1
b. Pangsa tenaga kerja langsung 1,04
0,94 13.
a. Keuntungan Rpkg
5.829 6.028
b. Tingkat keuntungan 58,94
59,84 Keterangan: HOK= Hari Orang Kerja
Berdasarkan analisis nilai tambah, besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram lettuce head menjadi lettuce head
yang siap dijual sebesar Rp. 5.829 dengan bagian keuntungan sebesar 58,94 dari nilai tambah.
Besarnya nilai tambah antara semester 1 dengan semester 2 menunjukkan bahwa pada semester 2 nilai tambah lettuce head yang
dibungkus UV keuntungan dan persentase nilai tambah meningkat. Hal ini disebabkan oleh, meningkatkan output pada semester 1 sebesar 180 kg naik
menjadi 192 kg di semester 2, dan turunnya harga input lain dari Rp. 1.103kg turun menjadi Rp. 988kg .
Harga produk lettuce head sebesar Rp. 15.000 per kilogram merupakan nilai yang diterima oleh perusahaan dari penjualan lettuce head.
Besarnya nilai produk Rp. 6.458, artinya nilai lettuce head yang dihasilkan setiap satu kilogram adalah Rp. 6.458. Pengolahan lettuce head menjadi
fresh cut menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 3.208, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 49,68.
Tabel 16. Perbandingan Nilai Tambah lettuce head fresh cut
pada Semester 1 dan 2 Tahun 2008
No Ouput, Input dan Harga
Satuan Semester 1
Semester 2 1.
Output kg hari
227 183
2. Input bahan baku
kg hari 464
425 3.
Tenaga Kerja Langsung Jam hari
7 7
4. Faktor Konversi
0,49 0,43
5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung
HOKhari 0,02
0,02 6.
Harga Output Rpkg
14.900 15.000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung
Rpjam 1.571
1.571
Penerimaan Keuntungan
8. Harga bahan baku
Rpkg 2.500
2.500 9.
Harga input lain Rpkg
800 750
10. Nilai output
Rpkg 7.338
6.458 11.
a. Nilai tambah Rpkg
4.038 3.208
b. Rasio nilai tambah 55,03
49,68 12.
a. Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg
23,7 25,9
b. Pangsa tenaga kerja langsung 0,59
0,81 13.
a. Keuntungan Rpkg
4.014 3.182
b. Tingkat keuntungan 54,71
49,28 Keterangan: HOK= Hari Orang Kerja
Berdasarkan analisis nilai tambah, besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram lettuce head menjadi lettuce head
fresh cut sebesar Rp. 3.182 dengan bagian keuntungan sebesar 49,28 dari nilai tambah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut nilai tambah yang paling besar untuk dua jenis produk lettuce head adalah lettuce yang dibungkus dengan
plastik UV. Nilai tambah tersebut sebesar Rp. 6.085 dengan persentase nilai tambah sebesar 60,41, yaitu pada semester dua. Penyebab besarnya nilai
tambah ini karena bahan yang digunakan lebih murah yaitu hanya dibungkus dengan plastik UV dan selotip. Berbeda dengan produk fresh cut,
dimana produk ini membutuhkan penanganan bahan yang banyak, yaitu:
penggunaan tenaga kerja untuk memilih dan menyortir sayuran yang baik, pencucian lembaran-lembaran sayur, perajangan, pengemasan, memasukkan
ke dalam kardus, dan pelabelan. Begitu juga dengan bahan pendukung yang terdiri dari plastik khusus untuk kemasan, dan kardus untuk membungkus.
Pendapatan lettuce head yang dibungkus dengan plastik UV sangat tinggi, sehingga PT Saung Mirwan dapat meningkatkan penjualannya.
Tingginya sumbangan nilai tambah tersebut diikuti dengan tinginya tingkat pengembalian produk dari supermarket. Hal ini dikarenakan lettuce head
yang dibungkus dengan plastik UV tidak tahan lama, mudah mengalami kerusakan dan cepat layu. Tingginya tingkat pengembalian ini dapat diatasi
dengan mengurangi jumlah persediaan produk dalam ruang pendingin, menjaga produk agar tidak terkena tekanan dari benda lain, dan disimpan di
ruang pendingin. Barang yang dikembalikan oleh supermarket akan diganti oleh PT Saung Mirwan, biaya pengembalian produk sebesar Rp. 10.000-
11.000kg.
4.5. Pengukuran Kinerja Mitra Tani dengan DEA 4.5.1. Analisis Nilai Efisiensi Mitra Tani Tahun 2008