ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT LEUWILIANG

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT LEUWILIANG

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan. Dalam penelitian ini terdapat tujuh faktor yang diduga mempengaruhi realisasi KUR, yaitu tingkat pendapatan X1 , aset-aset yang dimiliki keluarga X2, aset-aset yang dimiliki usaha X3, frekuensi atau pengalaman mengambil kredit X4, lama usaha yang dijalankan X5, modal yang dimiliki untuk usaha X6 dan lama pendididikan formal X7. Data faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dilihat pada Lampiran 9. Dalam pembuatan suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas dan multikolinearitas. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa data yang diuji memiliki sebaran normal, dimana titik-titik data membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal, sedangkan asumsi homogenitas terpenuhi dalam gambar scatterplot pada Lampiran 10, antara regression studentized residual dengan regression adjusted predicted value tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diuji homogen. 7.1 Interpretasi Variabel-Variabel Dependent dan Independent Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel dependent dan independent, yang menjadi variabel dependent adalah besarnya kredit yang direalisasikan oleh BRI Unit, sedangkan variabel independent terdiri dari tujuh variabel, yaitu tingkat pendapatan, asset-asset yang dimiliki keluarga, asset-asset yang dimiliki usaha, frekuensi atau pengalaman mengambil kredit, lama usaha yang dijalankan, modal yang dimiliki untuk usaha dan lama pendididikan formal. Dalam penelitian ini nilai VIF pada masing-masing peubah bebas tertinggi pada peubah X3 asset usaha dengan nilai VIF mencapai 4,4. Karena nilai VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terdapat hubungan yang kuat antara peubah bebas atau masing-masing peubah bebas tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya bebas multikolinearitas. Nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing variabel independen peubah bebas diuji dengan menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F dan uji-t digunakan untuk mengetahui apakah peubah bebas mempengaruhi realisasi KUR, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR. Hasil yang didapat dalam uji-F ini diketahui bahwa dari keseluruhan peubah bebas mempengaruhi secara nyata perealisasian KUR di BRI Unit Leuwiliang Tabel 16. Penilaian pada P-value dalam tabel sebesar 0,006 lebih kecil dibandi ngkan nilai α = 0,05. Berdasarkan hasil uji-t diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi perealisasian KUR di BRI Unit Leuwiliang. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 16 , pada α = 0,05 ada tiga faktor yang mempengaruhi perealisasian KUR secara nyata, yaitu tingkat pendapatan sebesar 2,147, frekuensi atau pengalaman kredit sebesar 2,321, dan lama usaha sebesar 2,602. Sedangkan pada α = 0,1 ada empat faktor yang mempengaruhi perealisasian KUR, yaitu tingkat pendapatan responden per bulan sebesar 2,147, frekuensi atau pengalaman kredit sebesar 2,321, lama usaha sebesar 2,602, dan modal usaha sebesar 1,861. Masing-masing peubah ini memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel pada α = 0,05, DF=79 adalah 1,960, dan α = 0,1, DF=79 adalah 1,645. Sehingga dari hasil tersebut, variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Tabel 16. Hasil Pengujian Model Regresi Linear Berganda Variabel Koefisien Resresi t hitung Sig. VIF Konstanta Tingkat Pendapatan Aset keluarga Aset Usaha Pengalaman kredit Lama usaha Modal usaha Lama pendidikan -3.958.276 0,084 -0,001 -0,001 79.793,974 4.990,259 0,001 -17.949,6 11,208 2,147 -0,235 -0,560 2,321 2,602 1,861 -0,538 0,000 0,040 0,815 0,577 0,023 0,042 0,072 0,592 2,3 2,6 4,4 1,3 1,2 4,2 1,1 R-sq = 66,5 R-sqadj = 58,4 Model DF SS MS F P Regresion 7 1,808E+013 2,58E+012 3,1 0,006 Residual 72 6,00E+013 8,33E+011 Total 79 7,81E+013 Ket : , signifikan pada taraf nyata 5 dan 10 Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang mempengaruhi realisasi KUR. Dari hasil penelitian pada Tabel 16. diketahui bahwa R 2 adjusted sebesar 58,4 persen, yang artinya kemampuan seluruh variabel X mampu menjelaskan secara nyata keragaman perealisasian KUR sebesar 58,4 persen, sedangkan sisanya sebesar 41,6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

7.1.1. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini yang menjadi peubah tidak bebas dependent adalah jumlah KUR yang direalisasikan oleh BRI Unit Leuwiliang. Dalam perealisasian KUR, BRI mengeluarkan kebijakan tentang besaran plafond KUR, dengan plafond maksimum sebesar lima juta rupiah. Berdasarkan hasil penelitian, maksimum perealisasian KUR di BRI Unit Leuwiliang sebesar lima juta rupiah. Besaran jumlah perealisasian KUR berfluktuatif dimana data permintaan KUR memiliki nilai rata-rata Rp 4.462.500,00 dan memiliki nilai simpangan baku sebesar 967.101,241.

7.1.2. Jumlah Pendapatan Responden

Berdasarkan tabel 16 jumlah pendapatan responden per bulan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi realisasi KUR. Besarnya nilai X1 sebesar 0,084 artinya bila seorang nasabah mengalami peningkatan dalam pendapatannya per bulan, maka jumlah realisasi KUR akan meningkat dikarenakan kemampuan responden dalam pemenuhan kewajiban pembayaran meningkat. Jumlah pendapatan responden, minimum pendapatan sebesar Rp 500.000,00 , sedangkan pendapatan maksimum responden sebesar Rp 20.000.000,00. Hasil yang diperoleh dari responden menunjukan data jumlah pendapatan responden per bulan memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 4.435.709,00. 7.1.3. Aset Keluarga Responden Asset keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah barang-barang rumah tangga yang dimiliki oleh responden. Barang-barang yang dimiliki responden ada berbagai macam dari perlengkapan rumah tangga, kendaraan, dan lain-lain. Asset keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi perealisasian KUR. Faktor ini berpengaruh negatif terhadap perealisasian, berdasarkan tabel 16. dengan meningkatnya aset keluarga sebesar satu rupiah, maka perealisasian KUR akan menurun sebesar 0,001 rupiah. Dalam penelitian ini aset keluarga berpengaruh negatif karena ada beberapa responden yang hanya memiliki sedikit aset keluarga, dikarenakan responden tidak berkeluarga dan hidup sendiri, sehingga aset keluarga yang dimiliki relatif sedikit. Besaran nilai aset keluarga sangat beragam, aset keluarga terkecil sebesar Rp 170.000,00 sedangkan aset nilai asset keluarga yang terbesar mencapai Rp 200.000.000,00 nilai aset keluarga yang besar berasal dari responden yang berhasil dalam bidang usahanya.

7.1.4. Aset Usaha Responden

Responden memiliki aset usaha yang beragam, aset usaha yang dimiliki berdasarkan pada jenis usaha yang dijalankan. Aset usaha digunakan sebagai penunjang kelancaran dan perkembangan usaha. Berdasarkan Tabel 16. aset usaha berpengaruh negatif terhadap perealisasian KUR, bila aset usaha meningkat sebesar satu rupiah, maka perealisasian KUR akan menurun sebesar 0,001 rupiah. Pada umumnya meningkatnya aset usaha berdampak pada peningkatan usaha dan peningkatan pendapatan, dalam penelitian ini aset usaha berpengaruh negatif karena ada beberapa responden yang tidak memiliki aset usaha karena jenis usaha yang dijalankannya adalah trading. Nilai aset usaha terkecil sebesar 0 nol dikarenakan tidak semua responden memiliki usaha sendiri, melainkan berprofesi sebagai buruh tani maupun PNS, sedangkan nilai aset usaha terbesar sebesar Rp 324.000.000,00.

7.1.5. Pengalaman Kredit Responden

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden sudah pernah mengajukan pinjaman, dan berlanjut sampai sekarang, tetapi ada juga yang baru mengajukan pinjaman. Pengalaman kredit menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi perealisasian KUR. Pengalaman kredit berpengaruh positif terhadap perealisasian KUR, karena bila nasabah terus berlanjut mengajukan pinjaman, maka BRI akan memberikannya, dan juga akan meningkatkan jumlah pinjaman karena pihak BRI sudah mengenal karakteristik nasabah, dan sudah menilai kelayakan usaha yang dijalankan, sehingga BRI memberikan kepercayaannya terhadap nasabah tersebut. Data yang didapatkan dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak semua nasabah memiliki frekuensi pinjaman yang banyak, frekuensi pinjaman terkecil adalah satu kali dan yang terbesar adalah 13 kali. Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi terkecil berasal dari responden yang baru pertama kali mendapatkan pinjaman karena baru mengenal BRI dan selain itu juga responden itu sedang membutuhkan tambahan modal untuk usahanya. Frekuensi pinjaman terbesar berasal dari responden yang telah lama menjadi nasabah BRI dan terus mengajukan permohonan kredit terhadap BRI.

7.1.6. Lama Usaha Responden

Dalam penelitian ini lama usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perealisasian KUR. Lama usaha menunjukan perkembangan usaha yang dijalankan dan juga eksistensi usaha yang dijalankan. Dalam pemberian KUR, BRI menitikberatkan pada UMKM dikarenakan KUR memang program yang ditujukan oleh pemerintah melalui bank BRI salah satunya untuk membantu para pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya. Seluruh responden dalam penelitian ini sudah memiliki usaha, minimal lama usaha yang dijalankan adalah satu tahun , dan usaha yang paling lama adalah selama 29 tahun. Data lama usaha memiliki nilai rata-rata sebesar 11,9 yaitu lama usaha responden rata-rata selama 12 tahun.

7.1.7. Modal Usaha Responden

Modal usaha menunjukan besarnya usaha yang dijalankan, semakin besar jenis usaha yang dijalankan semakin besar modal yang harus tersedia. Dalam penelitian ini modal terbesar adalah Rp 300.000.000,00 dan yang terkecil adalah 0 nol rupiah. Modal yang terkecil berasal dari responden petani atupun buruh karena terbatasnya pendapatan sehingga modal usaha juga terbatas, sedangkan modal yang besar berasal dari responden yang memiliki usaha pertanian dengan lahan yang sangat luas serta peralatan yang sangat beragam. Biasanya responden mengajukan pinjaman untuk perkembangan usaha yang dimiliki atau untuk membuka unit usaha yang baru. Berdasarkan tabel 16 modal berpengaruh positif terhadap perealisasian KUR, besarnya nilai X6 sebesar 0,001 artinya apabila modal usaha naik sebesar satu rupiah maka perealisasian KUR akan naik sebesar 0,001 rupiah. Besarnya modal dapat menunjukan volume usaha dan juga perkembangan serta perluasan usaha sehingga diperlukan pinjaman untuk tumbuh dan berkembangnya suatu usaha. Dengan demikian semakin besar modal maka akan meningkatkan pinjaman.

7.1.8. Lama Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan merupakan salah satu kriteria terpenting dalam karakteristik responden, akan tetapi dalam penelitian ini lama pendidikan berpengaruh negatif terhadap perealisasian KUR, sehingga tidak mempengaruhi perealisasian KUR Tabel 16. Lama pendidikan ini berfungsi dalam memahami proses pengajuan KUR dan perealisasian KUR. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan memudahkan memahami dan mengerti persyaratan-persyaratan pengajuan dan pengembalian KUR, serta hak dan kewajiban nasabah KUR. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden lama pendidikan tertinggi adalah selama 17 tahun atau sampai jenjang Sarjana 1 S1 dan lama pendidikan yang terendah adalah selama tiga tahun atau sampai dengan kelas tiga sekolah dasar saja.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN