III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Perkembangan suatu usaha dipengaruhi oleh ketersedian modal. Secara garis besar terdapat dua jenis modal Tarigan, 2006, yaitu :
1. Modal Sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi yang dapat
digunakan untuk mengembangkan usahanya. 2.
Modal dari luar kredit, yaitu modal yang berasal dari pihak lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan suatu usaha. Untuk memperoleh modal
ini, seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur. Modal sendiri, umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha.
Oleh karena itu, ketersediaan modal dari pihak luar atau kredit sangat diperlukan. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal maupun
non formal. Kredit menurut kegunaannya dapat terbagi menjadi dua yaitu, kredit
konsumtif dan kredit produktif. Kredit konsumtif merupakan sejumlah pinjaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan kredit
produktif merupakan pinjaman yang digunakan dalam suatu kegiatan produksi atau melakukan suatu usaha. Kebutuhan akan kredit juga menjadi sesuatu yang
tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dalam usahanya meningkatkan sektor usaha mikro, kecil dan menengah telah
melaksanakan dan mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang perbankan. Dimulai dengan adanya bantuan kredit berupa KUT Kredit Usaha Tani, Bimas
Bimbingan Massal, Kkop Kredit Kepada Koperasi dan sebagainya. Menurut Nuryartono 2005 permintaan pinjaman dana atau kredit tidaklah
sama dengan permintaan atas barang dalam pasar pada umumnya. Di dalam pasar tiap-tiap harga barang akan melakukan penyesuaian secara otomatis untuk
memenuhi permintaan demand dan penawaran supply barang. Jika terdapat kelebihan permintaan barang, maka harga akan naik dan jumlah persediaan barang
akan meningkat. Lain halnya dengan permintaan dana kredit, dalam pemenuhan permintaan kredit akan terdapat keterbatasan apabila terjadi kelebihan permintaan
kredit atau pinjaman.
Mengikuti aturan umum yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan kredit melebihi persediaannya, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah
pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap. Selain itu yang membedakan permintaan barang dengan permintaan kredit adalah resiko risk,
karena dalam permintaan kredit resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit, dimana sering terdapat kendala dalam pengembaliannya sehingga menyebabkan
kredit macet. Oleh karena itu untuk menghindari resiko yang terjadi, maka diperlukan adanya jaminan dalam permintaan kredit yang berguna sebagai alat
pengaman apabila usaha yang dibiayai oleh kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya.
Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa pada saat keseimbangan awal, keseimbangan ada pada titik E
, dimana jumlah kredit yang ditawarkan adalah Q dan harga tingkat bunga i
. Jika jumlah permintaan terhadap kredit mengalami peningkatan D
ke D
1
, maka jumlah kredit juga akan meningkat menjadi Q
1
dan tingkat bunga menjadi i
2
. Dengan demikian, tingkat keseimbangan menjadi E
1
. Untuk mencegah adanya kenaikan tingkat suku bunga, maka pemerintah akan
mengeluarkan berbagai kebijakan, hal ini diharapkan dapat menggeser kurva penawaran dari S
ke S
1
. Dengan kata lain, tingkat keseimbangan turun ke E
2
.
Tingkat Bunga S
S
1
i
2
E
1
i
1
E
2
i D
D
1
Q Q
1
Q
2
Jumlah Kredit
Gambar 2. Permintaan dan Penawaran Kredit
Sumber: Tarigan, 2006
Dalam penetapan suku bunga KUR BRI Unit mengenakan suku bunga sebesar 1,125 persen. Pengenaan bunga terhadap KUR sangat kecil sehingga
memberikan keringanan terhadap debitur bagi pengembalian kreditnya. Pengenaan bunga KUR sebesar 1,125 persen ini sangat kecil karena tidak adanya
provisi biaya yang dipungut oleh BRI Unit Leuwiliang.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional