Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang persepsi masyarakat Batak Toba di Desa Unjur terhadap masyarakat Batak Karo dan sebaliknya, persepsi masyarakat Batak
Karo di Desa Surbakti terhadap masyarakat Batak Toba dalam nilai-nilai perkawinan antarsuku tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Secara keseluruhan, pemikiran masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti,
Kabupaten Karo jauh lebih terbuka terhadap suku Batak Toba, daripada pemikiran masyarakat Batak Toba yang ada di Desa Unjur, Kabupaten
Samosir terhadap suku Batak Karo. Hal ini tampak dari penerapan prinsip-prinsip juga nilai-nilai hidup dalam keluarga. Masyarakat Batak
Karo di Desa Surbakti, Kabupaten Karo tidak ada istilah melarang anak untuk pacaran atau bahkan menikah dengan orang Batak Toba.
Sebaliknya, mereka sangat senang dengan orang Batak Toba. Jauh berbeda dengan masyarakat Batak Toba yang ada di Desa Unjur,
Kabupaten Samosir, yang mengarahkan anak untuk tidak pacaran atau menikah dengan seseorang yang berasal dari Batak Karo.
2. Perbedaan agama menjadi hal yang sangat penting dan paling sensitif
untuk dipertimbangkan daripada unsur lainnya, seperti perbedaan suku, dalam perkawinan antarsuku Batak Toba dan Batak Karo.
3. Hal yang paling disoroti masyarakat dari masing-masing suku ketika
diperhadapkan dengan perkawinan antarsuku Batak Karo dengan Batak Toba adalah ketidaksesuaian adat istiadat budaya dan bahasa.
4. Faktor lain di luar sistem nilai, kepercayaan, lambang dan juga organisasi
sosial, yang mempengaruhi masyarakat Batak Toba di Desa Unjur, Kabupaten Samosir, untuk melarang anak pacaran atau menikah dengan
masyarakat Batak Karo adalah adanya stereotip yang dominan negatif, dan juga prasangka yang tidak baik terhadap orang Batak Karo. Stereotip
masyarakat Batak Toba di Desa Unjur, Kabupaten Samosir terhadap masyarakat Batak Karo, antara lain: pendendam, tidak jujur lain di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mulut, lain di hati, keras, egois, gengsi, malas, masih kuat dalam dunia mistis gaib, penjorok, otak licik kotor. Berbeda jika kita bandingkan
dengan stereotip masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti terhadap terhadap orang Batak Toba, antara lain: pekerja keras, bertanggung jawab,
tidak gengsi, pemarah, kasar, rasa persaudaraan dan persahabatan yang sangat tinggi, sangat hormat kepada kerabat keluarga, dan pemikiran yang
maju untuk meningkatkan taraf hidup. 5.
Lingkungan ternyata turut mempengaruhi stereotip masyarakat Batak Toba di Desa Unjur terhadap masyarakat Batak Karo. Dengan kata lain,
kedekatan fisik secara geografis turut menentukan perubahan cara pandang masyarakat Batak Toba terhadap Batak Karo, dimana Desa unjur
adalah suatu desa yang tidak memiliki penduduk yang berasal dari suku Batak Karo. Berbeda dengan Desa Surbakti yang penduduknya sebagian
kecil adalah orang Batak Toba. Jadi, masyarakat Batak Karo di desa ini mempunyai pandangan yang lebih positif terhadap masyarakat Batak
Toba. 6.
Kekentalan budaya tampak lebih melekat pada masyarakat Batak Toba daripada Batak Karo, misalnya penerapan sistem kekerabatan Dalihan Na
Tolu Batak Toba dan Sangkep Sitelu Batak Karo. 7.
Kemajuan zaman, perkembangan teknologi, perdagangan bebas, tingkat kebutuhan yang meningkat, minat belajar tentang budaya yang menurun,
adalah faktor penyebab terjadinya pengikisan nilai-nilai adat istiadat dan tradisi suatu kebudayaan. Memudarnya nilai-nilai budaya ini tidak hanya
terjadi pada masyarakat Batak Karo di Surbakti, tetapi juga pada masyarakat Batak Toba di Desa Unjur.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran