Universitas Sumatera Utara
yang ada dalam adat budaya. Nilai lainnya dalam adat budaya sehari- hari itu paling bisa kita wujudkan dari cara kita berpikir, berbicara dan
berperilaku di tengah-tengah masyarakat, jadilah orang tua yang memberi contoh yang baik untuk anak-anak.”
Menurut beliau menikahkan anak dengan sesama Batak toba adalah salah satu cara untuk tetap menjaga, melestarikan, dan mempertahankan budaya Batak Toba
itu sendiri, karena dengan demikian, nilai adat itu juga yang akan diwariskan kepada anak-anaknya kelak, sehingga budaya itu tidak hilang. Inilah saran yang
dianjurkan beliau untuk diterapkan dalam kehidupan sebagai orang beradat. Dengan demikian berakhirlah sudah wawancara peneliti dengan Ibu Berto
Sitanggang sebagai informan terakhir di Desa Unjur, Kabupaten Samosir.
4.3 Pembahasan
Pembahasan dari hasil pengamatan peneliti adalah sebagai berikut : Kasus yang diteliti oleh peneliti adalah mengenai persepsi masyarakat suku Batak
Toba terhadap masyarakat suku Batak Karo, dan sebaliknya persepsi masyarakat Suku Batak Karo terhadap masyarakat suku Batak Toba. Penelitian ini diadakan
di dua daerah, yaitu masyarakat suku Batak Toba di Desa Unjur, Kabupaten Samosir dan masyarakat suku Batak Karo di Desa Surbakti, Kabupaten Karo.
Penelitian ini bersifat kualitatif artinya peneliti mendapatkan data yang diinginkan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap warga yang memenuhi
kriteria yang ditentukan oleh peneliti, hal inilah yang dinamakan dengan tehnik purpossive sampling, karena adanya penentuan kriteria tertentu kepada informan
yang hendak diwawancarai, yaitu bapak atau ibu yang sudah mempunyai anak berumur 17 tahun ke atas. Metode studi kasus adalah metode yang tepat untuk
meneliti fenomena yang diamati oleh peneliti. Jadi, fenomena dan hasil pengamatan peneliti pun hanya berlaku di dua daerah yang dijadikan lokasi
penelitian oleh peneliti, tidak boleh digeneralisasikan. Informan dalam penelitian kualitatif ini berkembang terus dan akan dicari terus oleh peneliti, sampai data
yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi data yang diinginkan oleh peneliti. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan
fenomena yang diteliti, maka tidak perlu lagi mencari informan lainnya. Informan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang dimintai data oleh peneliti di Desa Surbakti ada sebanyak enam orang, sementara di Desa Unjur ada sebanyak lima orang.
Berdasarkan kasus penelitian tersebut, maka peneliti akan membuat pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
persepsi dalam Komunikasi Antarbudaya suku Batak Toba terhadap suku Batak Karo dan sebaliknya, suku Batak Karo terhadap Batak Toba, kemudian untuk
mengetahui pergeseran nilai-nilai dari masing-masing kebudayaan dalam memahami arti perkawinan antarsuku tersebut. Kebudayaan tentu sangat
mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan sesuatu, sebab apa yang dianggap sama oleh seorang individu, belum tentu dianggap sama oleh individu lain,
tergantung kebudayaan yang melatarbelakangi pribadi individu tersebut. Jelaslah bahwa ada hubungan antara budaya, persepsi, dan perilaku. Perilaku ini adalah
wujud nyata dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh seorang individu, baik yang diwariskan dari keluarga atau yang didapatkan semasa pendidikan di sekolah.
Inilah hal yang ingin dibukakan dalam pembahasan berikut, dengan menggunakan tehnik triangulasi data yaitu untuk mengecek dan juga mambandingkan data yang
satu dengan yang lainnya.
1. Persepsi masyarakat suku Batak Karo di Desa Surbakti terhadap suku Batak Toba
Menurut Mulyana 2002: 167, bahwa persepsi itu muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap orang lain diukur berdasarkan
penyertaan sendiri. Dengan persepsi, peserta komunikasi akan memilih apa-apa saja yang diterima dan menolaknya. Persepsi yang sama akan memudahkan
peserta komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang diharapkan Lubis, 2012. Sementara menurut De Vito 1997 dalam Lubis 2012, mengemukakan
bahwa persepsi bermula dari diri sendiri dalam bertemu dengan orang lain, berpengaruh terhadap indera melalui umpan balik yang berharga kesadaran
mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku kita sendiri.
Ada tiga elemen pokok persepsi budaya yang memiliki tiga pengaruh besar dan langsung terhadap individu-individu peserta komunikasi antarbudaya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Yang pertama adalah Pandangan dunia yang mencakup kepercayaan, nilai, dan tingkah laku. Kedua adalah sistem lambang yaitu bahasa, dan yang ketiga adalah
organisasi sosial Sarbaugh 1998 dan Samovar,et,al, 2006. Dalam mempersepsi budaya lain, ada juga unsur lain yang akan
mempengaruhi kita, namun unsur ini bukanlah suatu keharusan yang akan kita temukan dalam persepsi setiap individu. Ada kalanya unsur ini tersirat dan ada
kalanya unsur ini benar-benar tidak ada. Unsur-unsur tersebut adalah prasangka, stereotip, dan etnosentrisme.
a. Sistem Lambang