Etnosentrisme Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya

Universitas Sumatera Utara 2. Stereotip ini mempengaruhi pandangan kita untuk mengeneralisasi suatu sifat atau watak pada suatu komunitas tertentu. 3. Dengan adanya stereotip, maka kita mengarahkan orang lain untuk menerima pendapat kita sesuai dengan cara kita sendiri. 4. Sekali terbentuk stereotip akan sangat jarang berubah, karena dipegang kuat dalam suatu kelompok. Stereotip juga bisa berkembang dari pengalaman negatif. Jika kita memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan orang-orang dari kelompok atau golongan tertentu, kita bisa mengeneralisasi ketidaknyamanan yang mencakup semua anggota kelompok tersebut, seperti kutipan berikut ; “Stereotypes can also develop out of negative experiences. If we have unpleasant cantact with certain people, we may generalize that unpleasantness to include all members of that particular group Marthin, Judith N dan Thomas K. Nakayama. 2008.” Misalnya, kita bersahabat dengan seseorang dari Padang, selama menjalin hubungan dengan dia, kita merasa bahwa dia sangat pelit dalam berbagai hal. Sifat pelit itu mendominasi sifatnya. Dengan demikian, akan tersimpan dalam memori otak kita bahwa orang Padang itu memang pelit, dan yang berbahaya kita langsung mengeneralisasikan stereotip itu pada individu lain yang berasal dari suku yang sama. Menurut Psikologi kognitif, pengalaman-pengalaman baru akan dimasukkan dalam laci kategori yang ada dalam memori kita, berdasarkan dengan kesamaannya dengan pengalaman masa lalu. Dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan segera, sehingga membantu meramalkan peristiwa atau kejadian yang dihadapi. Inilah yang disebut dengan stereotip yang sangat erat kaitannya dengan emosi, nilai, dan inti diri, yang dengan demikian sulit untuk mengubahnya.

2.2.3.3 Etnosentrisme

Orang yang pandangannya sempit dan sangat terbatas pada apa saja yang ia inginkan dan butuhkan, pada umumnya akan sangat tidak efektif untuk berurusan dan manjalin komunikasi dengan orang lain. Sama halnya seperti seorang individu yang menilai kebudayaan lain dengan titik tolak kebudayaannya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sendiri, yang sering kita sebut dengan etnosentrisme. Menurut Summer dalam Lubis, 1999:35, manusia pada dasarnya seorang yang individualistik yang cenderung mengikuti naluri biologi untuk memementingkan diri sendiri sehingga mempunyai prinsip yang bertentangan dengan orang yang berasal dari kelompok lain. Akibatnya manusia mementingkan diri sendiri dan kelompoknya sendiri karena menganggap folkwaysnya lebih baik daripada oang atau kelompok lain. Lahirlah rasa in groups yang berlawanan dengan out groups, yang akhirnya bermuara pada sikap etnosentrisme. Etnosentris adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui filter budaya sendiri. Misalnya, dalam pandangan orang Amerika yang etnosentris, upacara inisiasi atau pengukuhan menjadi orang dewasa dalam suatu komunitas masyarakat dinilai biadab. Mereka tidak akan terima dan tidak akan paham juga, apa sebabnya orang mau menderita sengsara hanya untuk diakui sudah dewasa dan diterima secara umum dalam masyarakat dimana orang tersebut tinggal. Orang Amerika tidak akan mengerti kalau seremoni sejenis itu adalah suatu acara yang sangat sakral dan kehormatan bagi individu yang dikenakan upacara tersebut. seperti yang diungkapkan oleh Ihromi dalam bukunya: “Etnosentrisme menghalangi pengertian seorang individu tentang adat-istiadat orang lain dan juga menghalangi tumbuhnya pengertian yang terbuka dan kreatif mengenai kebiasaan dalam kebudayaannya sendiri”. Istilah etnosentrisme sering dipandang negatif yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melihat orang lain dengan cara di luar latar belakang budaya anda sendiri. Sebuah definisi terkait etnosentrisme memiliki kecenderungan untuk menilai orang dari kelompok, masyarakat, atau gaya hidup yang lain sesuai dengan standar dalam kelompok atau budaya sendiri, dengan kata lain seringkali melihat kelompok lainnya sebagai inferior lebih rendah. Etnosentrisme disebabkan oleh tradisi dan kebiasaan, kita sering didorong untuk bangga oleh sikap sosial yang telah tertanam. Etnosentrisme dapat membangkitkan sikap “kami” dan “mereka”, lebih khusus lagi dapat membentuk subkultur-subkultur yang sebenarnya bersumber Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dari satu rumpun budaya. Kebiasaan buruk setiap kelompok itu adalah menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik. Oleh karena itulah Etnosentrisme dikatakan terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Sehingga makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral. Etnosentrisme sangat berpengaruh dalam komunikasi antarbudaya, misalnya meningkatkan kecenderungan untuk memilih dengan siapa anda berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.3 Model Teoritis

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.2 Model Teoritis Persepsi Nilai-nilai perkawinan dalam tinjauan KAB PERSEPSI BATAK TOBA BATAK KARO Pandangan Dunia 1. Kepercayaan 2. Nilai 3. Perilaku Pandangan Dunia 1. Kepercayaan 2. Nilai 3. Perilaku Organisasi Sosial 1. Keluarga 2. Sekolah Organisasi Sosial 1. Keluarga 2. Sekolah Sistem Lambang 1. Bahasa Sistem Lambang 1. Bahasa HAMBATAN KAB PRASANGKA STEREOTIP ETNOSENTRISME Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Hubungan Perilaku Martarombo dengan Kepedulian Suku Batak Toba Terhadap Sesama Batak Toba

35 167 106

Hubungan Persepsi Kongruensi Budaya dengan Intergroup Contact Pada Masyarakat Suku Batak Toba Terhadap Masyarakat Suku Nias di Kabupaten Simalungun

3 74 80

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Perubahan Perlakuan terhadap Anak Perempuan pada Masyarakat Batak Toba (Studi Deskriptif pada Masyarakat Batak Toba di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

11 112 129

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Anta

0 1 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian 2.1.1 Perspektif Interpretivisme - Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa S

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam

0 1 7

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Anta

0 1 15

Hubungan Persepsi Kongruensi Budaya dengan Intergroup Contact Pada Masyarakat Suku Batak Toba Terhadap Masyarakat Suku Nias di Kabupaten Simalungun

0 0 23