Pendekatan Dalam Hubungan Kemitraan Hubungan Principal-Agent

2.2.3 Maksud dan Tujuan Kemitraan

Kesadaran saling menguntungkan tidak berarti harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang terpenting adalah posisi tawar-menawar yang setara bedasarkan peran masing-masing. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kemitraan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. 3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan 5. Memperluas lapangan pekerjaan Hafsah, 2000 Menurut Supeno 1996, diacu dalam Simanjuntak 2005 tujuan kemitraan bedasarkan pendekatan kultural adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasi nilai-nilai baru dalam berusaha, antara lain : perluasan wawasan, kreatifitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan manajerial, bekerja atas dasar perencanaan, dan berwawasan kedepan. Dalam rangka kemitraan, tugas penting yang diemban pengusaha besar adalah untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pengusaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia dan teknologi. Sedangkan tugas utama pengusaha kecil antara lain adalah memanfaatkan kesempatan pembinaan dan pengembangan tersebut semaksimal mungkin untuk memperkuat dirinya sehingga dapat tumbuh menjadi pengusaha kuat dan mandiri Rahmana 2008.

2.2.4 Pendekatan Dalam Hubungan Kemitraan

Dalam mempelajari teori kemitraan, dapat menggunakan 2 pendekatan, yaitu : 1 Pendekatan hubungan yang memberi kepercayaan principal dan yang menerima kepercayaan agent atau secara umum disebut Principal-agent relationship dan 2 Pendekatan teori kemitraan positif positif theory of agency. Jansen 1983, diacu dalam Nugroho 2003 menjelaskan sebagai berikut : 1. Pendekatan Principal-agent relationship, umumnya berkonsentrasi pada pemodelan pengaruh tiga faktor dalam kontrak yang berinteraksi didalam hubungan hirarkis antara principal-agent; 1 Struktur preferensi dari pihak- pihak yang terlibat dalam kontrak, 2 Masalah-masalah ketidakpastian 3 Struktur organisasi yang ada. Perhatian utama pembahasan ditujukan kepada 1 Pembagian resiko risk sharing diantara pelaku, 2 Bentuk kontrak yang optimal antara principal dan agent, dan 3 Keseimbangan kesejahteraan antar pelaku sebagai pengaruh ada atau tidaknya biaya transaksi. 2. Pendekatan positive theory of agency. Umumnya berkonsentrasi pada pemodelan pengaruh adanya 1 Tambahan aspek pada kontrak, 2 Teknologi dalam ikatan dan pengawasan kontrak, dan 3 Bentuk organisasi yang ada. Perhatian utama pembahasannya meliputi: 1 Intensitas permodalan, 2 Tingkat spesialisasi aset dan 3 Pasar tenaga kerja internal dan eksternal yang berpengaruh pada kontrak.

2.2.5 Hubungan Principal-Agent

Menurut Nugroho 2002, kemitraan menyangkut hubungan antara pemberi pekerjaan dengan penerima kerja. Dengan hubungan yang demikian, maka pemberi kerja dapat berlaku sebagai pemberi kepercayaan atau principal, sedangkan penerima kerja yang membuat keputusan atas nama dan akan mempengaruhi principal dapat dikategorikan sebagai ‘anak buah’ atau agent. Hubungan Kemitraan tidak lain adalah hubungan principal-agent. Hubungan principal-agent yang efisien menjadi sesuatu yang kompleks untuk dipecahkan, karena munculnya asymmetric information dan sangat ditentukan oleh derajat penolakan terhadap resiko risk aversion diantara pelaku. Asymetric information muncul karena muncul karena pada umumnya pihak agent menguasai informasi yang lebih dari principal tentang keragaan work effort yang ada pada dirinya. Pada kondisi demikian maka principal menghadapi dua resiko, yaitu resiko salah memilih agent yang sesuai dengan keinginannya adverse selection of risk pada kondisi sebelum kontrak dibuat ex ante, dan resiko agent ingkar janji moral hazard pada kondisi setelah kontrak disepakati ex post. Hubungan principal-agent akan efisien apabila tingkat harapan keuntungan reward kedua belah pihak seimbang dengan korbanan masing- masing, dan biaya transaksi transaction costs sehubungan dengan pembuatan kontrak-kontrak atau kesepakatan-kesepakatan contractual arrangement dapat diminimalkan Rodgers 1994, diacu dalam Nugroho 2002.

2.2.6 Azas Kemitraan