Biaya Transaksi HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari total biaya yang dikeluarkan oleh UKM ini, didapatkan pendapatan per tahunnya sebesar Rp. 122.090.000. Nilai pendapatan ini jauh lebih rendah dengan pendapatan yang diterima UKM Cheklie Art, karena usaha kerajinan kulit kayu ini memasarkan produknya dengan harga jual yang rendah, sehingga memiliki nilai penerimaan yang rendah dan tidak jauh dari total biaya yang dikeluarkan. Dari nilai pendapatan yang diperoleh kedua UKM mitra binaan, mengindikasikan bahwa usaha tersebut mampu menutup keseluruhan pengeluaran dengan penerimaan yang diperoleh dan menghasilkan keuntungan.

5.4 Biaya Transaksi

Adanya hubungan kemitraan antara Perum Perhutani KPH Bogor dengan UKM kerajinan kayu tidak terlepas dari biaya transaksi yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak, berupa biaya-biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam rangka menegakkan hak-hak dan kewajiban yang telah ditentukan dalam kontrak yang berlaku. Biaya transaksi muncul ketika individu-individu mengadakan pertukaran hak-haknya dan saling ingin menegakan hak ekslusif yang dimilikinya. Menurut Ostrom et al. 1993, diacu dalam Nugroho 2003, biaya transaksi meliputi biaya informasi, biaya koordinasi dan biaya strategi. Biaya informasi information cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, sedangkan biaya koordinasi coordination costs adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal, dan personal yang diinvestasikan dalam negosiasi, pengawasan, dan penegakan kesepakatan diantara pelaku. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai akibat informasi, kekuasaan dan sumberdaya lainnya yang tidak sepadan diantara pelaku merupakan biaya strategi strategic cost. Kuperan et al. 1998 biaya transaksi adalah biaya memperoleh informasi, biaya untuk membangun posisi tawar dan biaya menegakan keputusan yang telah dibuat. Bedasarkan asumsi-asumsi tersebut, penggolongan biaya transaksi dalam hubungan kemitraan ini, meliputi : biaya rekrutment, biaya pembuatan kontrak dan biaya untuk menegakan kontrak. Biaya rekrutment yaitu biaya yang ditimbulkan untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan atau kontrak yang akan dilakukan. Biaya pembuatan kontrak atau biaya negosiasi merupakan biaya yang diperlukan untuk menerima suatu kontrak dengan pihak lain atas suatu transaksi. Sedangkan biaya menegakan kontrak adalah biaya monitoring yang merupakan biaya yang ditimbulkan karena adanya kegiatan untuk mengawasi pihak lain atau pelaporan atas pelaksanaan kontrak yang dijalani. Pada pihak KPH Bogor, komponen biaya transaksi pada rekrutmen calon mitra, meliputi : biaya fotokopi bahan proposal, biaya survei tempat usaha calon mitra dan biaya rapat. Sedangkan pada biaya pembuatan kontrak yaitu : biaya fotokopi bahan Surat Perjanjian Kerjasama SPK, materai serta akta notaris. Adapun biaya untuk menegakan kontrak adalah biaya monitoring. Sedangkan biaya transaksi yang dikeluarkan oleh UKM mitra binaan adalah biaya rekrutment berupa biaya untuk bermitra, seperti : biaya transportasi ke kantor KPH Bogor dan fotokopi persyaratan untuk bermitra. Selanjutnya biaya pembuatan kontrak, yaitu biaya untuk mengurus kontrak yang hanya terdiri dari biaya transportasi. Biaya menegakan kontrak yaitu biaya pelaporan atas kerjasama seperti biaya fotokopi data perkembangan usaha, dan biaya transportasi. Komponen biaya-biaya tersebut menyesuaikan pada estimasi biaya transaksi yang dikeluarkan oleh kedua pihak. Berikut dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan oleh pihak Perum Perhutani KPH Bogor dalam menjalankan program kemitraan dengan UKM kerajinan Cheklie Art dan Barokah. Tabel 6 Biaya Transaksi Perum Perhutani KPH Bogor No. Komponen Biaya Transaksi Besarnya Biaya Transaksi Rpkontrak I Biaya Rekrutment a. Fotokopi bahan proposal b. Survei usaha calon mitra c. Biaya rapat fotokopi bahan rapat dan konsumsi 15.000 1.250.000 105.000 Total 1.370.000 II Biaya Pembuatan Kontrak a. Fotokopi bahan SPK b. Materai c. Akte Notaris 25.000 60.000 800.000 Total 885.000 III Biaya Menegakan Kontrak a. Monitoring 2.250.000 Total 2.250.000 Total Biaya Transaksi 4.505.000 Tabel 7 Biaya Transaksi UKM Kerajinan Kayu Mitra Binaan No. Komponen Biaya Transaksi Biaya Transaksi Rpkontrak UKM Cheklie Art I Biaya Rekrutmen a. Fotokopi Persyaratan b. Transportasi ke kantor KPH Bogor 1000 18.000 Total 19.000 II Biaya Pembuatan Kontrak a. Transportasi ke kantor KPH Bogor 36.000 Total 36.000 III Biaya Menegakan Kontrak a. Fotokopi data perkembangan usaha b. Transportasi 1000 54.000 Total 55.000 Total Biaya Transaksi 110.000 Bedasarkan tabel biaya transaksi, terlihat bahwa minimnya biaya transaksi yang dikeluarkan pihak KPH Bogor maupun UKM Kerajinan mitra binaan. Biaya transaksi tersebut relatif kecil karena tidak banyak bagian-bagian dalam komponen kegiatan yang mengeluarkan biaya transaksi. Estimasi biaya transaksi yang dikeluarkan pihak KPH Bogor dalam melakukan kontrak program kemitraan dengan UKM kerajinan kayu mitra binaan sebesar Rp.4.505.000, dimana biaya transaksi terbesar terdapat pada komponen biaya untuk menegakan kontrak sebesar Rp.2.250.000. Komponen biaya yang tinggi ini disebabkan adanya monitoring yang dilakukan setiap tiga kali dalam setahun. Monitoring yang dilakukan melalui pengecekan langsung ke tempat usaha dengan 1 tim survei sebanyak 2 orang dan dengan biaya perjalanan per orang sebesar Rp.125.000. Dari total biaya transaksi yang dikeluarkan perusahaan tersebut dapat diketahui nilai biaya transaksi tersebut dapat dikatakan tinggi dari pinjaman yang diberikan KPH Bogor terhadap UKM Cheklie Art sebesar Rp. 11.000.000, karena hampir mencapai 50 dari pinjaman sehingga pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih besar yang menjadikan hubungan kemitraan yang dilakukan kurang efisien. Sedangkan estimasi biaya transaksi yang dikeluarkan oleh UKM mitra binaan seluruhnya berjumlah Rp.110.000 dalam sekali kontrak yang dilakukan. Biaya transaksi ini relatif kecil karena dalam perekrutan dan pembuatan kontrak semua bahan keperluan telah dipersiapkan oleh pihak KPH Bogor sehingga pihak UKM hanya mengeluarkan biaya fotokopi untuk persyaratan berkontrak serta biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengurusi kontrak dan pelaporan usaha. Sehingga terlihat bahwa pihak Perhutani lebih aktif dalam menjalankan kemitraan. Komponen biaya transaksi tertinggi diperoleh pada estimasi biaya transportasi ke kantor KPH Bogor, dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lokasi atau jarak tempuh antara tempat usaha mitra binaan dengan kantor KPH Bogor. Semakin jauh jarak tempuh maka kemungkinan biaya transaksi yang dikeluarkan akan semakin besar. Pada UKM Barokah, dapat diketahui dari tabel bahwa UKM ini tidak mengeluarkan biaya transportasi. Hal ini dikarenakan dalam pengurusan kontrak serta penegakannya diwakili oleh LSM yang membantu kegiatan kemitraan ini. Mengacu pada pengertian biaya transaksi menurut Ostrom et al. 1993, komponen biaya transportasi ini termasuk dalam biaya koordinasi, dimana pada prinsipnya semua kegiatan membutuhkan biaya koordinasi, yaitu : negoisasi, pengawasan, dan penegakan kesepakatan agar kegiatan yang dijalani dapat terlaksana dengan baik. Dari besarnya estimasi biaya transaksi yang ditimbulkan atas kontrak yang dilakukan ini, biaya transaksi yang dikeluarkan agent relatif kecil dibandingkan hasil pendapatan tiap tahunnya yang diperoleh sehingga agent atau mitra tidak terlalu mempermasalahkan biaya yang mereka keluarkan tersebut. Besarnya biaya transaksi dapat dipengaruhi oleh adanya ketidaksepadanan informasi assymetric information yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Asymetric information terdapat dalam setiap hubungan transaksional dan cenderung opportunis, dimana perilaku opportunis digambarkan sebagai perilaku yang berusaha mencapai keinginan dengan segala cara bahkan dengan cara ilegal sekalipun. Assymetric Information muncul karena umumnya pihak agent menguasai informasi tentang keragaan work effort yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan agent yang dimiliki oleh principal sangat terbatas. Contohnya dari dua pihak yang melakukan kontrak, salah satu pihak principal kesulitan untuk mengakses informasi tentang partner kontrak reputasi, track record, kualitas property rights yang akan dipindahkan, termasuk di dalamnya kerangka kontrak, pengawasan dan penegakan aturan kontrak. Ketika informasi yang ada terlalu sering berubah, maka akan muncul kecenderungan terjadinya ketidaksepadanan informasi asymmetric information. Suatu kemitraan dapat dikatakan berhasil apabila biaya transaksi yang dikeluarkan antara principal-agent rendah. Biaya transaksi dapat terjadi karena adanya ketidaksepadanan informasi antara pihak-pihak yang terlibat. Situasi biaya transaksi tinggi yang terjadi akan membuka peluang timbulnya moral hazard atau perilaku ingkar janji dari pihak agent. Jika situasi ini berlangsung terus, maka kegiatan kemitraan yang dilakukan tidak akan berjalan efektif, dapat disebabkan karena adanya penyimpangan dalam melaksanakan hak dan kewajiban atas kontrak yang disepakati. Biaya transaksi dalam pelaksanaan kemitraan berperan penting karena menentukan tingkat efisiensi suatu hubungan antar pelaku ekonomi di pasar North 1991, diacu dalam Priyono 2004 termasuk pula hubungan antara UKM kerajinan Mitra Binaan dengan KPH Bogor.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kemitraan yang dilakukan antara KPH Bogor dengan UKM Kerajinan kayu mitra diawali dengan pemilihan usaha kecil yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan, yaitu: 1 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1000.000.000,- satu milyar rupiah dengan bentuk badan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau berbadan hukum dan usaha tersebut berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan 2 Usaha tersebut telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 satu tahun yang mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan dan diprioritaskan pada bidang yang bersangkut paut dengan Perhutanan. 2. Pelaksanaan kemitraan Perum Perhutani KPH Bogor dengan UKM kerajinan kayu mitra telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perjanjian kerjasama yang disepakati dengan bantuan yang diberikan KPH Bogor terhadap UKM kerajinan kayu Mitra Binaan berupa dana pinjaman modal dan pembinaan pemasaran, manajerial dan teknik produksi dan pada pihak UKM Mitra Binaan dana pinjaman dikembalikan secara tertib. Adanya hak dan kewajiban dalam suatu kontrak dapat menentukan secara jelas tanggungjawab kedua belah pihak, sehingga resiko ingkar janji moral hazard dapat dihindari. 3. Biaya transaksi yang dikeluarkan pihak KPH Bogor dalam melakukan kontrak program kemitraan dengan UKM kerajinan kayu mitra binaan sebesar Rp.4.505.000, dan pada pihak usaha kerajinan Mitra Binaan sebesar Rp.110.000, dimana biaya transaksi kemitraan ini, meliputi : biaya rekrutmen, biaya pembuatan kontrak, dan biaya untuk menegakan kontrak. Biaya transaksi pada KPH Bogor cukup besar dibandingkan pinjaman modal yang diberikan, dikhawatirkan dapat mengurangi efisiensi kemitraan yang dilakukan.