kontrak-kontrak atau kesepakatan-kesepakatan contractual arrangement dapat diminimalkan Rodgers 1994, diacu dalam Nugroho 2002.
2.2.6 Azas Kemitraan
Azas kemitraan adalah sebagai berikut : 1.
Saling memerlukan, dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampung hasil dan bimbingan.
2. Saling memperkuat, dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan
mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis sehingga akan memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan
daya saing usahanya. 3.
Saling menguntungkan, yaitu baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha.
2.3 Analisis Pendapatan 2.3.1
Pendapatan Produksi
Analisis pendapatan produksi memiliki kegunaan bagi pengrajin atau pemilik faktor produksi. Bagi pengrajin, analisis pendapatan dapat memberikan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya berhasil atau tidak. Dalam melakukan analisis pendapatan diperlukan dua data pokok yaitu keadaan
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan produksi adalah total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil perkalian dari
jumlah fisik produk dengan harga jual. Sedangkan pengeluaran atau biaya produksi adalah semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang
yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi.
2.3.2 Pengertian Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Biaya menurut perilaku terhadap perubahan volume kegiatan dapat dibedakan kedalam 2 jenis, yaitu : 1 Biaya tetap, biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
satuan unit waktu tertentu, tetapi akan berubah per satuan unitnya jika volume
produksi per satuan waktu tersebut berubah. Biaya ini akan terus dikeluarkan walaupun tidak berproduksi. Misal depresiasi, bunga modal, pajak langsung, gaji
dan lain sebagainya. 2 Biaya variabel, biaya yang per satuan unit produksinya tetap, tetapi akan berubah jumlah totalnya jika volume produksinya berubah.
Biaya ini tidak diperlukan apabila tidak berproduksi. Misal upah borongan, bahan baku, pemeliharaan dan perbaikan alat dan lain sebagainya Mulyadi 1990, diacu
dalam Nugroho 2002. Depresiasi atau penyusutan alat produksi yang dikategorikan sebagai biaya
tetap terjadi karena lamanya pengaruh penggunaan umur alat, sehingga pada suatu saat alat tersebut tidak dapat digunakan lagi atau tidak bernilai ekonomis.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode Garis Lurus dengan memperhitungkan nilai sisa ;
2.3.3 Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah biaya yang muncul ketika individu-individu mengadakan pertukaran hak-haknya dan saling ingin menegakan hak ekslusif
yang dimilikinya Rodgers 1994, diacu dalam Nugroho 2003. Ostrom et al. 1993, diacu dalam Nugroho 2003 menjelaskan bahwa
biaya transaksi, sebagai berikut : 1.
Biaya koordinasi coordination costs, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk waktu, modal dan personil yang diinvestasikan dalam negosiasi,
pengawasan dan penegakan kesepakatan diantara pelaku 2.
Biaya informasi information costs, biaya-biaya yang diperlukan untuk mencari dan mengorganisasi data, termasuk biaya atas kesalahan informasi
sebagai akibat kesenjangan pengetahuan tentang variabel waktu dan tempat serta ilmu pengetahuan
3. Biaya strategi strategic costs, biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
informasi, kekuasaan dan sumberdaya lainnya yang tidak sepadan diantara
pelaku, umumnya berupa pengeluaran untuk membiayai aktivitas free riding, rent seeking dan corruption.
Menurut Kuperan et al. 1998, diacu dalam Yogayanti 2005 mendefinisikan bahwa biaya transaksi meliputi biaya memperoleh informasi,
biaya untuk membangun posisi tawar dan biaya menegakan keputusan yang telah dibuat. Biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya kontrak dapat disebut
sebagai biaya transaksi dan biaya negosiasi. Biaya transaksi kontrak dikategorikan ke dalam 3 hal, yaitu : 1 Biaya informasi 2 Biaya pengambilan keputusan dan
3 Biaya operasional biaya monitoring, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya distribusi sumberdaya. Sedangkan biaya negosiasi pada umunya hanya dibatasi
oleh waktu yang digunakan principal dalam mencari agent. Adapun investasi dapat diartikan sebagai korbanan sumberdaya ekonomi
untuk melaksanakan suatu kegiatan usaha yang daripadanya diharapkan dapat mendatangkan manfaat benefits atau keuntungan profits. Suatu investasi
dikatakan mendatangkan manfaat atau menguntungkan apabila dari kegiatan yang dibiayai tersebut dapat mengembalikan seluruh korbanan sumberdaya ekonomi
yang ditanamkan ditambah dengan keuntungan yang merupakan sisa hasil usaha Nugroho 2010. Suatu usaha atau kegiatan investasi apapun bentuknya harus
dapat menghasilkan keuntungan, paling tidak seluruh biaya yang dikeluarkan harus dapat diimbangi oleh manfaat yang diperoleh.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor Perum Perhutani KPH Bogor yang bertempat di komplek perkantoran Pemda Cibinong Kabupaten Bogor. Sedangkan
penelitian pada UKM kerajinan selaku mitra Perum Perhutani KPH Bogor dilakukan di wilayah Cibinong dan Parung Panjang Bogor. Penentuan tempat
penelitian UKM dan perusahaan dilakukan secara sensus dengan pertimbangan bahwa Perum Perhutani KPH Bogor merupakan salah satu BUMN yang telah
menjalankan program kemitraan dengan UKM kerajinan sebagai mitranya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
– Oktober 2011.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Data primer, informasi
mengenai hubungan kemitraan usaha kerajinan kayu serta data penerimaan dan pengeluaran usaha kerajinan yang diperoleh melalui wawancara dan diskusi
dengan responden yang terkait dalam kemitraan dengan menggunakan panduan wawancara. Data sekunder, data gambaran umum Perum Perhutani dan profil
UKM kerajinan yang bermitra dan juga yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang diperoleh melalui studi pustaka dan literatur dari berbagai lembaga atau
instansi terkait seperti Perum Perhutani KPH Bogor, Dinas Koperasi UKM perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Perpustakaan, dan lembaga
terkait lainnya.
3.3 Metode Pengambilan Responden
Responden di tingkat perusahaan diwakili oleh staf Perum Perhutani KPH
Bogor yang berkaitan langsung dengan bagian program kemitraan, yaitu : Kepala Urusan PKBL, Fasilitator PKBL dan oleh beberapa Staf Bagian PKBL.
Sedangkan di tingkat pengrajin yang menjadi responden adalah pemilik usaha kerajinan kayu yang telah melakukan kemitraan dengan Perum Perhutani KPH