petak 22 H dan 23 H sehingga menghasilkan limbah yang lebih besar. Sistem yang dilakukan pada ketiga petak penebangan tersebut yaitu setelah pohon di
tebang langsung disarad ke TPn. Sistem tersebut dinamakan sistem tumbang tarik. Secara umum limbah yang terjadi di petak tebang disebabkan oleh
keterampilan penebang dalam menebang setiap pohonnya dan kondisi pohon. Kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan pembuatan takik rebah dan
takik balas dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut dengan barber chair, yaitu berupa serabut pada pangkal batang. Sehingga
akan mengurangi panjang batang bebas cabang yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Pemotongan batang di petak tebang dilakukan oleh penebang tanpa
bantuan scaler, sehingga menimbulkan limbah. Selain itu, adanya gerowong pada pohon yang ditebang, akan mengurangi panjang batang yang dapat dimanfaatkan.
Penebang pertama menebang pohon di plot 22 H-1, 22 H-2, 22 H-6. Penebang kedua menebang pohon di plot 23 G-3, 23 G-4, 23 G-5 dan penebang
ketiga menebang pohon di plot 23 H-7, 23 H-8, 23 H-9 dan 23 H-10. Penebang pertama, kedua, dan ketiga memiliki keterampilan yang berbeda-beda dalam
menebang pohon. Penebang pertama dan ketiga lebih terampil dari penebang kedua sehingga limbah yang dihasilkan oleh penebang pertama dan ketiga lebih
sedikit jika dibandingkan dengan penebang kedua. Peningkatan keterampilan pekerja melalui latihan kerja yang diberikan dapat memperkecil jumlah limbah
yang terjadi pada kegiatan penebangan Sinaga et al. 1984.
5.4.2 Limbah Pemanenan Kayu di TPn
Limbah pemanenan kayu dapat terjadi di TPn. Limbah yang terjadi berbentuk batang yang tidak memenuhi syarat kayu ekspor baik kualita maupun
ukurannya. Misalnya kayu yang bengkok, pecah, busuk, dan sebagainya. Pada penelitian ini limbah di TPn terjadi karena kegiatan pemotongan ataupun
pembagian batang. Limbah yang terjadi di TPn adalah log yang menjadi limbah karena batangnya belah, bengkok, dan gerowong Tabel 7.
Volume total limbah yang terjadi di TPn sebesar 11,68 m
3
terdapat pada Tabel 7. Limbah ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu: operator bulldozer tetap
menyarad log ke TPn yang kayunya sebagian bengkok, log tersebut tidak dipotong terlebih dahulu di petak tebang, pemotong pangkal akibat gerowong
Gambar 6 dan belah karena log tidak langsung diberi paku S dan tidak hati- hatinya operator bulldozer dalam menyusun log. Limbah yang terjadi dalam
penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan limbah yang terjadi di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera yang dilakukan oleh Partiani 2010
yang menyebutkan bahwa besarnya volume limbah yang terjadi di TPn sebesar 14,97 m
3
. Tabel 7 Limbah pemanenan kayu yang terdapat di TPn
Jenis Pohon
No. Pohon
No. Kode
Dimensi Limbah Keterangan
Panjang m
Diameter cm
Volume m
3
Meranti 5571
5 2,5
98,5 1,90
Gerowong Keruing
1192 148
8,3 61,5
2,46 Belah
Meranti 3025
102 5,6
82,5 2,99
Bengkok Meranti
2955 69
3,6 91
2,34 Gerowong
Meranti 2320
11 4
71,5 1,61
Gerowong Meranti
12,29 113
0,66 85
0,37 Gerowong
Total 11,68
Gambar 6 Limbah gerowong.
5.4.3 Limbah Pemanenan Kayu di TPK
Limbah yang terdapat di Tempat Penimbunan Kayu TPK pada umumnya terjadi karena penolakan kualita oleh pihak pembeli. Kayu-kayu yang kondisinya
kurang baik tersebut mungkin disebabkan karena terlalu lama disimpan di TPK sehingga kayu pecah, busuk atau terserang jamur. Pada penelitian ini tidak
ditemukan limbah pemanenan kayu di TPK yang berasal dari pohon yang diteliti
karena tidak dilakukan pemotongan lagi terhadap log yang sampai ke TPK, selain itu kegiatan pengangkutan dan muat bongkar dari TPK ke Logpond telah
dilaksanakan dengan baik karena waktu pemuatan dilaksanakan pada siang hari serta waktu penyimpanan log di TPK tidak berlangsung lama sehingga tidak
ditemukan adanya log yang busuk atau cacat yang berasal dari batang yang diteliti.
5.5 Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Bagian Pohon