Pelaksanaan Pemanenan IUPHHK PT. Indexim Utama

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Pemanenan IUPHHK PT. Indexim Utama

Pemanenan hasil hutan merupakan rangkaian kegiatan untuk mempersiapkan dan memindahkan kayu dari hutan ke tempat pengolahan atau penggunaannya. Sistem pemanenan yang dilakukan di PT. Indexim Utama adalah sistem pemanenan secara mekanis artinya semua kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan bantuan mesin. Kegiatan pemanenan kayu terdapat empat komponen utama, yaitu: penebangan felling, penyaradan skidding, muat bongkar loading dan unloading, dan pengangkutan hauling. Kegiatan penebangan merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan pemanenan kayu yang mempunyai peranan yang sangat penting. Kegiatan ini merupakan awal kegiatan yang menentukan kualitas dan tingkat pemanfaatan kayu. Kegiatan penebangan kayu di PT. Indexim Utama dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai chainsaw dengan merk Sthil 070. Status pemilikan gergaji ini merupakan milik dari penebang. Sistem kerja yang diterapkan bersifat borongan dengan pembayaran berdasarkan kubikasi. Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiatan penebangan pada setiap petak tebang dilakukan secara beregu. Dalam setiap regu tebang terdiri dari dua orang, seorang operator dan seorang helper. Untuk setiap petak tebang dikerjakan oleh satu regu tebang dengan satu regu sarad dan satu regu kupas. Seorang operator tebang mempunyai tugas utama untuk melakukan penebangan hingga pembagian batang. Helper bertugas untuk membawa gergaji pada saat perpindahan ke pohon yang akan ditebang berikutnya, membersihkan areal sekitar pohon yang akan ditebang serta bertugas mengisi bahan bakar. Penentuan pohon yang akan ditebang dan arah rebah saat penebangan pohon dilakukan oleh penebang pohon. Sebelum pohon ditebang, operator membersihkan areal di sekitar pohon tersebut dari semak-semak untuk memudahkan operator dalam membuat takik rebah dan takik balas. Bersamaan dilakukannya pembersihan areal, operator penebangan menentukan arah rebah, sedangkan pembantu operator membuat rintisan untuk perlindungan. Penentuan arah rebah tergantung pada tumbuh pohon dan keahlian penebang. Dari pengamatan yang dilakukan, penentuan arah rebah sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu arah kecondongan tajuk dan arah miring pohon, di samping faktor lain seperti kemudahan penyaradan ke TPn jalan sarad. Liana atau pohon lain yang membelit pada pohon yang akan ditebang dapat menyebabkan berubahnya arah rebah pohon dari arah rebah yang telah ditentukan dan keadaan ini sangat membahayakan keselamatan para pekerja. Pada saat gerimis atau berangin penebangan terpaksa dihentikan karena pandangan ke arah tajuk terhalang, sedangkan pada keadaan berangin arah rebah sukar ditentukan sehingga membahayakan bagi keselamatan penebang. Pohon yang ditebang, yaitu: pohon ya ng berdiameter ≥ 60 cm dengan kondisi yang baik, penebangan RKT 2011 lokasi penelitian berada di hutan produksi terbatas, dan merupakan virgin forest. Pohon-pohon yang ditebang, meliputi: jenis Meranti Shorea sp., Medang Astinodaphne, Kapur Dryobalanops abnormis, Mersawa Anisoptera marginata, Nyatoh Palaqium spp., Balau Shorea guiso, Bangkirai Shorea teysmani, Keruing Dipterocarpus spp., Sindur Sindora beccariana, dan Palapi Terrictian spp. Pemotongan dan pembagian batang dilakukan di petak tebang, sehingga batang yang disard ke TPn merupakan batang yang siap dimanfaatkan. Pembagian batang dilakukan di petak tebang karena keterbatasan alat sarad yang tidak mampu menyarad kayu yang terlalu besar dan panjang. Namun disisi lain pekerjaan tersebut dilakukan untuk memudahkan penyaradan. Karena bila kayu yang disarad terlalu panjang maka akan menyulitkan penyaradan saat terdapat belokan. Penyaradan merupakan suatu proses untuk mengangkut kayu bulat yang dihasilkan dari kegiaan penebangan di petak tebangan menuju tempat pengumpulan kayu TPn. Kegiatan penyaradan kayu dari petak tebangan ke TPn dilakukan dengan menggunakan bulldozer merk Caterpillar D7G bertenaga 250 HP. Sebelum penebangan dilakukan, bulldozer membuat jalan sarad dengan mengikuti perencanaan jalan sarad yang telah dibuat. Operator bulldozer tidak dibantu oleh helper, sistem kerja yang diterapkan bersifat borongan dengan sistem pembayaran bagi pekerja dilakukan dengan cara kubikasi, artinya operator bulldozer dibayar berdasarkan banyaknya volume kayu bulat yang disarad dari petak tebangan ke TPn. Dalam hal ini kayu yang dibayar hanya memenuhi syarat untuk diangkut ke TPK atau tempat penimbunan kayu. Untuk menghindari kerugian akibat adanya kayu yang tidak dibayar, operator bulldozer selalu memeriksa kayu lebih dahulu sebelum disarad. Apabila kayu diperkirakan tidak memenuhi syarat, maka kayu itu akan ditinggalkan di dalam hutan sebagai limbah. Penyaradan yang dilakukan sangat tergantung kondisi cuaca dan kondisi alat. Cuaca yang buruk akan menyulitkan operasional di lapangan, oleh karena itu tidak dilakukan kegiatan penyaradan pada saat hujan untuk menghindari pemadatan tanah, efisiensi waktu kerja dan jumlah kayu yang disarad. Selain itu, alat yang digunakan sudah berumur pakai 10 tahun, sehingga alat sering rusak dan berakibat kepada tertundanya penyaradan kayu dan pembuatan jalan sarad. Muat bongkar dilakukan di TPn dan di TPK. Alat yang digunakan dalam kegiatan muat bongkar adalah wheel loader Cat 980 C, wheel loader Cat 980 G dan wheel loader Cat 966 F di lokasi TPK atau log pond. Pengangkutan dilakukan setelah penyaradan dan pemuatan. Alat angkut yang digunakan oleh perusahaan adalah logging truck Nissan TZA 520 YYP dengan umur pakai 8 tahun. Jarak angkut rata-rata ±150 km yang terdiri dari angkutan blok tebangan ke TPK hutan dengan jarak rata-rata 39 km, angkutan dari TPK hutan ke base camp ngurit dengan jarak 41 km, dan angkutan dari base camp ngurit ke logpond dengan jarak 70 km. Pengangkutan yang dilakukan sangat bergantung pada cuaca. Jalan angkutan yang berbelok-belok dan curam menyulitkan pengangkutan pada saat jalan licin.

5.2 Bentuk Limbah Pemanenan Kayu