Pembuatan takik rebah dan takik balas yang kurang benar dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut barber chair, sehingga
akan mengurangi batang yang seharusnya dapat dipakai. 2.
Kesalahan dalam menentukan arah rebah. Dalam melaksanakan penebangan pada umumnya operator chainsaw belum
memperhatikan arah rebah yang baik. Sering terjadi rebah ke arah jurang, menimpa batang lain, selokan, tunggak dan lain-lain, sehingga batang retak dan
pecah. 3.
Kesalahan dalam pemotongan batang. Karena diperkirakan tidak kuat disarad sekaligus, maka pohon-pohon tersebut
sering kali dipotong menjadi beberapa batang. Pekerjaan demikian ini dikerjakan sendiri oleh penebang tanpa bantuan scaler, sehingga menimbulkan
limbah. 4.
Manajemen yang kurang baik. Sering terjadi ketidaklancaran hubungan antara kegiatan yang satu dengan
lainnya. Dalam hal ini kerjasama yang baik antara unit-unit kegiatan pemanenan akan menjamin lancarnya kayu sampai di logpond. Sehingga dapat
menghindari terlalu lamanya kayu yang tertinggal di hutan atau logyard yang dapat memberikan peluang untuk terjadinya limbah karena penurunan kualita.
2.2.5 Upaya untuk Meminimalkan Besarnya Limbah Pemanenan Hutan
Menurut Budiaman 2000 volume limbah kayu bulat dapat dikurangi apabila dilakukan perbaikan dalam teknik penebangan dan pembagian batang.
Peningkatan keterampilan pekerja melalui latihan kerja yang diberikan dapat memperkecil jumlah limbah yang terjadi pada kegiatan penebangan Sinaga et al.
1984. Soewito 1980 mengemukakan bahwa usaha-usaha untuk mengurangi
limbah pemanenan kayu, sebagai berikut: 1. Mendirikan industri pengolahan hasil hutan yang memanfaatkan log berkualitas
rendah. 2. Penyusunan pedoman pemanenan kayu.
3. Peningkatan kemampuan manajemen dan keterampilan pelaksana melalui pendidikan dan latihan.
Untuk mengurangi limbah pemanenan kayu dapat di tempuh melalui dua pendekatan, sebagai berikut:
1. Kegiatan sebelum pemanenan kayu Dengan meningkatkan keterampilan pekerja, penggunaan teknis dan peralatan
pemanenan yang sesuai, dilaksanakannya peraturan TPTI dengan sungguh- sungguh dapat mengurangi timbulnya limbah.
2. Kegiatan setelah pemanenan kayu Limbah yang terjadi, baik pada kegiatan penebangan maupun industri akan
dapat dikurangi dengan adanya peningkatan pemanfaatannya Sastrodimedjo Simarmata 1981.
Klassen 2006 menyebutkan contoh spesifik dari limbah kayu yang dapat dihindarkan sebagai berikut :
1. Tunggak yang terlalu tinggi Kelebihan tunggak adalah bentuk nyata limbah kayu yang dapat dan mudah
dihindari melalui pengawasan tempat kegiatan penebangan. Penelitian menunjukkan, limbah ini mewakili 1-2 dari seluruh limbah kayu yang dapat
dihindari. 2. Pemotongan banir dan ujung puncak pohon yang tidak tepat
Cara memotong kayu log dari pohon yang ditebang akan mempengaruhi tingkat pemanfaatan limbah. Sering kali penebang memotong pohon jauh di
atas banir dimana diameter pohonnya mulai mengecil. Lubang kecil pada banir tersebut yang mengakibatkan berkurangnya volume kayu berkualitas karena
dipotong, padahal sebenarnya seluruh log bisa ditarik ke TPn. Limbah kayu yang berada pada kategori ini, mewakili 35-55 dari seluruh volume limbah
kayu yang dapat dihindari. 3. Meninggalkan pohon yang sudah di tebang dalam hutan
Umumnya, kategori limbah kayu seperti ini merupakan 25-30 dari seluruh volume limbah kayu yang dapat dihindari.
4. Mengenali pohon yang tidak ditebang
Menebang pohon yang mempunyai lubang sangat besar menjadi sangat tidak ekonomis untuk ditebang dan seharusnya dapat dihindari karena menyebabkan
kerusakan yang tidak perlu pada pohon sekitarnya. Pohon berlubang juga memiliki nilai sebagai pohon bibit atau benih dan pada banyak kasus mempunyai
fungsi ekologis dalam hutan. Penebang biasanya dapat menduga apakah suatu pohon berlubang dengan cara memukulkan parangnya pada pohon. Bila pohon
dicurigai berlubang besar, penebang harus melakukan potongan secara vertikal untuk menentukan besarnya lubang. Bila ukuran lubang pada pohon tersebut
melebihi batas toleransi yang ditentukan oleh standar pemanfaatan dari perusahaan, pohon tersebut tidak perlu ditebang.
Menurut Thaib 1991 upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menekan terjadinya limbah pemanenan kayu, sebagai berikut:
1. Melakukan inventarisasi tegakan sebelum tebangan dengan teliti.
2. Membuat rencana operasional dilengkapi petunjuk teknis pelaksanaan
pemanenan dengan memperhatikan kondisi areal setempat. 3.
Peningkatan daya guna peralatan yang ada. 4.
Melaksanakan penyempurnaan sistem pengupahan pada kegiatan pemanenan yang merangsang upaya penekanan kayu limbah pemanenan.
5. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada kegiatan pemanenan.
6. Meningkatkan keterampilan penebang berupa pelatihan menebang dan
pembagian batang.
2.3 Faktor Eksploitasi