4. Penerjemahan sebagai Produk 5. Ideologi dalam Penerjemahan 5. Definisi Ideologi

Selanjutnya tahapan dalam proses penerjemahan tersebut oleh Bassnett 1991: 16 digambarkan seperti bagan di bawah ini. Gambar 1. Bagan Proses Penerjemahan Bassnett, 1991: 16

1. 4. Penerjemahan sebagai Produk

Penerjemah merupakan mediator atau jembatan penghubung antara penulis BSu dengan pembaca BSa dan teks terjemahan sebagai sarananya. Teks terjemahan sebagai hasil dari proses penerjemahan harus menunjukkan kualitas terjemahan yang baik karena kualitas akan sangat berpengaruh pada pemahaman pembaca sasaran terhadap teks BSu. Koller melihat bahwa teks terjemahan merupakan hasil atau produk dari proses penerjemahan yang terjadi dalam otak penerjemah secara kognitif. Dia mendefinisikan terjemahan sebagai dalam Nababan dkk, 2004: 8: As the result of a text-processing activity, by means of which a source language text is transposed into a target language text. Between the resultant text in L2 the target language text and the source text in L1 the source language text there exist a relationship, which can be designed as a translational, or equivalence relational. SOURCE LANGUAGE TEXT RECEPTOR LANGUAGE TRANSLATION ANALYSIS RESTRUCTURING TRANSFER Definisi Koller di atas menjelaskan bahwa terjemahan merupakan hasil dari proses penerjemahan yaitu penerjemahan teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam hal ini, L2 tidak hanya sebagai teks terjemahan dari L1 saja, akan tetapi L2 harus memiliki keterkaitan dan kesepadanan dengan L1 sebagai teks bahasa sumber. 1. 5. Ideologi dalam Penerjemahan 1. 5. 1. Definisi Ideologi Istilah ideologi sering dihubungkan dengan konotasi politik. Terkadang juga ideologi diidentikkan dengan; pandangan hidup, falsafah, faham, dan agama. Sebagaimana yang diungkapkan dalam kamus, ideologi didefinisikan sebagai “a system of ideas, especially one which forms the basis of economic or political theory and policy” The New Oxford Dictionary of English. Para penerjemah yang condong pada definisi ini, umumnya meyakini bahwa kegiatan penerjemahan adalah keputusan politik. Tahir- Gürcağlar berpendapat, “ Translation is political because, both as activity and product, it displays process of negotiation among different agents” dalam Karoubi, 2009: 2. Dalam tataran mikro, agen yang dimaksud adalah; para penerjemah, pengarang, kritikus, penerbit, editor dan pembaca. Di bawah pengaruh Marx yang mendefinisikan ideologi sebagai tindakan tanpa pengetahuan atau pemahaman yang keliru, terkadang ideologi didefinisikan sebagai pandangan politik yang negatif dari sebuah sistem yang keliru, salah atau menyimpang. Bahkan, seorang marxist seperti Lenin, mendefinisikan ideologi sosialis sebagai “A force that encourages revolutionary consciousness and fosters progress” dalam Karoubi, 2009: 2. Menurut Calzada-P ĕrez, pada masa sekarang ini definisi ideologi dihubungkan pada konsep dominasi dan relasi-relasi kekuasaan sebagaimana yang dikutipnya dari Eagleton, “Ideology is ideas and beliefs which help to legitimate the interest of a ruling group or class by distortion or dissimulation”. Pendapat ini sebenarnya membentuk dasar pemikiran post-kolonial yang menyoroti relasi kekuasaan dengan menginformasikan pertukaran budaya kontemporer. Bagaimanapun, Calzada- P ĕrez 2003 berpendapat bahwa ideologi cenderung merupakan suatu hal yang positif, yaitu sebagai alat untuk mempromosikan atau melegitimasi kepentingan kelompok masyarakat tertentu. Para pakar di bidang bahasa, budaya dan penerjemah cenderung menjabarkan konsep ideologi di luar zona politik. Mereka mendefinisikan ideologi sebagai serangkaian ide-ide yang mengatur kehidupan manusia dan membantu untuk memahami hubungan dalam lingkungan kita. Namun, dewasa ini banyak paper atau penulis memilih definisi ideologi yang diusulkan oleh Van Dijk 1996 bahwa, “Ideology as a framework that is assumed to specially organize and monitor one form of socially shared mental representation, in other words, the organized evaluative beliefs-traditionally called ‘attitudes’-shared by social groups” . Bila kita kaitkan ideologi ke dunia penerjemahan, dapat dikatakan bahwa ideologi menjadi paradigma berpikir seorang penerjemah ketika melakukan aktivitas penerjemahan. Ideologi tersebut memainkan peran penting terhadap keputusan yang diambil seorang penerjemah. Bagaimana seorang penerjemah mengemas pesan bahasa sumber ke bahasa sasaran tentunya dipengaruhi oleh ideologi yang mereka anut.

1. 5. 2. Posisi Ideologi