budaya bahasa target ibid: 20. Dengan domestikasi cita rasa budaya dalam bahasa sumber bisa jadi tidak tersampaikan dalam bahasa target.
Untuk mencegah terjadinya masalah budaya, Venuti menyarankan penggunaan foreignisasi sebagai solusi terhadap perselisihan penerjemahan
istilah-istilah budaya. Foreignisasi diperkenalkan oleh Schleimacher yang mendefinisikan foreignisasi sebagai, “The translator .....moves the reader to
words the writer” sebagaimana yang dinyatakan dalam Hatim, 2001: 46. Jika foreignisasi dilakukan dalam penerjemahan, pembaca bahasa sasaran akan
merasakan keberadaan si penerjemah dan mereka akan mengatakan bahwa mereka sedang membaca teks terjemahan, Munday, 2001: 147. Solusi ini akan menjaga
reputasi penerjemah dan memperlihatkan peran penting penerjemah, Venuti 1995.
Dari berbagai alasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan domestikasi dan foreignisasi sepenuhnya ada di tangan si penerjemah. Seorang
penerjemah dengan berbagai pertimbangan akan memutuskan ideologi mana yang ia gunakan dalam menerjemahkan teks sumber.
1. 6. Konsep Metode, Strategi dan Teknik Penerjemahan
Untuk mencegah terjadinya kerancuan pemahaman terhadap istilah metode, strategi dan teknik, di sini perlu dijelaskan tentang ketiga konsep tersebut.
Metode penerjemahan adalah orientasi yang hendak dicapai oleh penerjemah dalam terjemahannya. Dengan kata lain, metode penerjemahan adalah cara
tertentu yang dipilih atau dipercayai oleh penerjemah terhadap sebuah penugasan Molina Hurtado Albir, 2002: 507. Dengan demikian, metode adalah opsi
global yang mempengaruhi teks terjemahan secara keseluruhan. Metode penerjemahan mempengaruhi cara penerjemahan satuan mikro teks. Metode yang
dipilih juga merupakan pedoman strategi dan teknik penerjemahan sehingga terjadi sinergi di antara ketiganya untuk menghasilkan terjemahan yang berfungsi
dan memadai bagi pembaca sasaran. Strategi berkaitan dengan mekanisme yang digunakan penerjemah untuk
mencari solusi terhadap masalah-masalah sepanjang proses penerjemahan. Sedangkan teknik merupakan aplikasi dari strategi yang langsung berdampak
pada tataran mikro teks kata, frase atau kalimat. Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga konsep itu akan dipaparkan sebagai berikut.
1. 6. 1. Metode Penerjemahan
Istilah metode berasal dari kata method, dalam Macquarie Dictionary didefinisikan sebagai a way of doing something, especially in accordance with a
definite plan dalam Machali, 2000: 48, yaitu cara melakukan sesuatu terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Dari definisi tersebut, ada dua hal yang
menjadi kata kunci, yaitu: pertama, metode adalah cara melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah cara melakukan penerjemahan dan kedua adalah metode berkenaan
dengan rencana tertentu, yaitu rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. Rencana pelaksanaan penerjemahan sendiri diwujudkan melalui tiga
tahapan yaitu: analisis teks bahasa sumber, pengalihan pesan, dan restrukturisasi. Ketiga tahapan tersebut lazim dikenal dengan istilah proses penerjemahan. Dalam
praktiknya, ketiga tahapan tersebut dijalankan dengan menggunakan cara tertentu. Cara inilah yang disebut sebagai metode penerjemahan. Bisa dikatakan bahwa
pelaksanaan kegiatan dalam setiap tahap proses penerjemahan berada dalam kerangka cara atau metode tertentu.
Molina Hurtado Albir 2002 mendefinisikan metode penerjemahan sebagai cara sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai dengan tujuan
penerjemah, yakni opsi global yang berdampak pada teks bahasa sasaran secara keseluruhan. Mereka mengungkapkan ada beberapa metode penerjemahan yang
bisa dipilih yakni: metode interpretatif-komunikatif penerjemahan gagasan atau amanat, harfiah transkodifikasi linguistik, bebas modifikasi kategori-kategori
semiotika dan komunikatif dan filologis penerjemahan akademis atau kritik. Sementara, Menurut Newmark 1988: 45 metode penerjemahan terbagi
atas dua kelompok besar, yaitu 1 metode yang memberikan penekanan pada bahasa sumber BSu dan 2 metode yang memberikan penekanan terhadap
bahasa sasaran BSa, seperti yang digambarkan pada diagram V berikut ini:
SL Emphasis TL Emphasis
Word-for-word translation Adaptation
Literal Translation Free Translation
Faithful Translation Idiomatic Translation
Semantic Translation Communicative Translation
Gambar 2. Diagram V Newmark, 1988: 45
1. Penerjemahan Kata demi kata Word-for-word Translation Dalam penerapannya, Nababan 2003: 30 menjelaskan bahwa metode
penerjemahan ini pada dasarya masih sangat terikat pada tataran kata. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata
bahasa sumber dalam bahasa sasaran tanpa megubah susunan kata dalam terjemahannya. Dengan kata lain, susunan kata dalam kalimat
terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat aslinya. 2. Penerjemahan Harfiah literal Translation
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata
dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Metode ini biasanya diterapkan apabila
struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Setia Faithful Translation Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual teks
bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata
yang bermuatan
budaya dialihbahasakan,
tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap
dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks bahasa sumber, sehingga hasil terjemahannya kadang-kadang
terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan Semantik Semantic Translation Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih
luwes dan mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.
Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan dengan penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu.
Keempat metode di atas adalah metode yang lebih berorientasi atau lebih memberikan penekanan pada BSu. Sedangkan keempat metode berikut, adalah
metode yang berorientasi pada BSa. 1.
Adaptasi Adaptation Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling
dekat dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam teks bahasa
sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur. Biasanya, metode ini diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan Bebas Free Translation
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase
yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada teks aslinya. Beberapa ahli, termasuk Newmark keberatan menyebut hasil terjemahan
yang menggunakan metode ini sebagai sebuah “karya terjemahan”. Hal ini dikarenakan adanya perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa
sasaran.
3. Penerjemahan Idiomatik Idiomatic Translation
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak
didapati pada versi aslinya. Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
4. Penerjemahan Komunikatif Communicative Translation
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembacanya. Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip komunikasi, yakni khalayak pembacanya dan
tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi teks BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi teks bahasa sasaran sesuai dengan
prinsip di atas. Dalam hal ini, peneliti mengacu pada metode yang dipaparkan oleh
Newmark, karena lebih komprehensif dan bisa menunjukkan secara jelas pada ideologi yang digunakan penerjemah.
1. 6. 2. Strategi Penerjemahan