apapun tujuannya, setiap reproduksi selalu dibayangi oleh ideologi tertentu. Ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang betul-salah
dan baik-buruk dalam penerjemahan, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik bagi masyarakat pembaca bahasa sasaran atau terjemahan seperti apa yang cocok
dan disukai masyarakat tersebut. Ideologi yang digunakan penerjemah merupakan tarik-menarik antara dua
kutub yang berlawanan, antara ideologi yang berorientasi pada bahasa sumber dan yang berorientasi pada bahasa sasaran Venuti dalam Hoed, 2006: 84, yang oleh
Venuti dikemukakan dengan istilah foreignizing translation dan domesticating translation.
1. 5. 3. Domestikasi dan Foreignisasi
Penerjemahan tidak hanya sekadar memberikan makna yang sepadan, namun juga pertimbangan nilai bahasa sasaran dan bahasa sumber yang berkenaan
dengan linguistik atau budaya. Sebagian penerjemah memilih mengolah bahasa sumber dan membuatnya menjadi lebih terbaca oleh penerima bahasa sasaran
yang dikenal dengan istilah domestikasi. Di sisi lain, tidak sedikit penerjemah yang memilih mempertahankan aspek bahasa sumber dan menuntut pembaca
mengikuti alur pemikiran mereka. Ini di kenal dengan istilah foreignisasi. Domestikasi dan foreignisasi merujuk pada metode yang digunakan oleh
penerjemah ketika mentransfer sebuah teks dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain Mazi-Leskovar, 2003: 254. Seorang penerjemah pada saat tertentu akan
berhadapan dengan bentuk dan istilah atau apapun yang berkenaan dengan teks bahasa sumber yang kemudian memerlukan pertimbangan khusus apakah ia harus
mengabaikan atau mempertahankan bentuk seperti yang terdapat dalam bahasa sumber karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Domestikasi dilakukan ketika istilah asing tidak lazim dari teks bahasa sumber akan menjadi hambatan bagi pembaca bahasa sasaran dalam memahami
teks Mazi-Leskovar, 2003: 254. Kesulitan pembaca dalam memahami bahasa sasaran bisa diakibatkan oleh perbedaan cara pandang kultur bahasa sumber
dengan bahasa sasaran atau karena pengalaman sosial tertentu. Sebaliknya, foreignisasi adalah upaya mempertahankan apa yang asing
dan tidak lazim pada konteks bacaan pembaca bahasa sasaran namun merupakan hal yang lazim, unik dan khas dari budaya bahasa sumber Mazi-Leskovar, 2003:
254. Menurut penganut ini, terjemahan yang bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan gaya, dan cita rasa budaya dalam bahasa sumber.
Mempertahankan teks bahasa sumber merupakan simbol kebenaran menurut penganut ini.
Perdebatan mengenai penggunaan domestikasi dan foreignisasi menjadi perhatian para ahli teori penerjemahan sudah sejak lama. Venuti membahas dua
teknik tersebut dalam bukunya, “The Translator Invisibility”, 1995. Venuti melakukan penelitian dalam bidang penerjemahan pada budaya Anglo-Amerika.
Dia menemukan banyak penerbit cenderung menggunakan domestikasi dalam menerjemahkan teks advokasi karena mempermudah pembaca. Kecenderungan
ini dilakukan untuk menjaga eksistensi atau nama si penerjemah di wilayah tersebut. Menurut Venuti, hal ini membuat penerjemah mendapat pengakuan
terhadap eksistensinya, namun di sisi lain adanya etnosentris terhadap nilai
budaya bahasa target ibid: 20. Dengan domestikasi cita rasa budaya dalam bahasa sumber bisa jadi tidak tersampaikan dalam bahasa target.
Untuk mencegah terjadinya masalah budaya, Venuti menyarankan penggunaan foreignisasi sebagai solusi terhadap perselisihan penerjemahan
istilah-istilah budaya. Foreignisasi diperkenalkan oleh Schleimacher yang mendefinisikan foreignisasi sebagai, “The translator .....moves the reader to
words the writer” sebagaimana yang dinyatakan dalam Hatim, 2001: 46. Jika foreignisasi dilakukan dalam penerjemahan, pembaca bahasa sasaran akan
merasakan keberadaan si penerjemah dan mereka akan mengatakan bahwa mereka sedang membaca teks terjemahan, Munday, 2001: 147. Solusi ini akan menjaga
reputasi penerjemah dan memperlihatkan peran penting penerjemah, Venuti 1995.
Dari berbagai alasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan domestikasi dan foreignisasi sepenuhnya ada di tangan si penerjemah. Seorang
penerjemah dengan berbagai pertimbangan akan memutuskan ideologi mana yang ia gunakan dalam menerjemahkan teks sumber.
1. 6. Konsep Metode, Strategi dan Teknik Penerjemahan