Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

2 KONDISI UMUM WILAYAH

2.1 Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

2.1.1 Wilayah Administrasi Kawasan TNRAW terletak di Pulau Sulawesi bagian Tenggara, dengan posisi geografis terletak antara 4°22’- 4°39’ Lintang Selatan dan 121°44’ - 122°44’ Bujur Timur. Secara fisik kawasan ini membentang dari selatan mulai dari Selat Tiworo di daerah Tinanggea-Lantari menuju arah utara pegunungan Makaleleo di daerah Lambuya-Tirawuta. Secara administratif pemerintahan, kawasan ini memiliki luas 105 194 ha dan berada pada Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka dan Bombana. Sampai tahun 2012, terdapat 16 kecamatan yang bersinggungan langsung dengan kawasan TNRAW. Diantara kecamatan-kecamatan tersebut, sebagian besar luasan taman nasional berada pada Kecamatan Mata Usu. Kawasan TNRAW berbatasan dengan lahan budidaya masyarakat, kecuali pada bagian Tenggara dengan Selat Tiworo dan Hutan Produksi HP pada sebagian kecil di utara kawasan, serta bagian barat dan barat daya. Batas fisik kawasan TNRAW di lapangan ditandai dengan pal batas sepanjang 366 km. Tata batas kawasan ini dilaksanakan tahun 1984-1987 dan telah temu gelang. Daftar nama kecamatan- kecamatan tersebut tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 Kecamatan-kecamatan di kawasan TNRAW Kabupaten Kecamatan Ibu Kota Luas Kecamatan Km² Bombana 1. Lantari Jaya Lantari 285.01 2. Mata Usu Kolumbi Mata Usu 456.17 Kolaka 3. Ladongi Atula 194.43 4. Lambandia Penanggo Jaya 308.63 5. Loea Loea 107.94 6. Polinggona Polinggona 46.65 7. Tanggetada Anaiwoi 409.91 8. Tirawuta Rate-Rate 206.80 9. Watubangga Watubangga 388.79 Konawe 10. Onembute Onembute 99.13 11. Puriala Watundehoa 236.85 Konawe Selatan 12. Angata Motaha 330.00 13. Basala Basala 106.00 14. Benua Benua 138.31 15. Lalembuu Atari Jaya 204.82 16. Tinanggea Tinanggea 354.74 Sumber : BPS Bombana 2012a; BPS Konsel 2012a; BPS Konawe 2012a; BPS Kolaka 2012a

2.1.2 Potensi Hayati

2.1.2.1 Potensi Ekosistem

Kawasan TNRAW terdiri atas 4 tipe ekosistem, meliputi ekosistem mangrove, ekosistem savana, ekosistem hutan tropis dataran rendah sampai pegunungan rendah serta ekosistem rawa. Keberadaan ekosistem kawasan TNRAW dengan bentang alamnya memiliki peranan penting dalam perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan serta menjadi habitat alami yang menjamin kelestarian keanekaragaman hayati khususnya keberadaan spesies endemik dan dilindungi yang menjadi ciri khas dari zona Wallacea BTNRAW 2009.

2.1.2.1 Keanekaragaman Tumbuhan dan Satwa Liar

Dengan posisinya yang terletak dalam zona wallacea, kawasan TNRAW memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisitas yang tinggi. Dalam kawasan ini setidaknya terdapat 533 jenis tumbuhan dari 110 famili. 73 jenis tumbuhan diantaranya terdaftar dalam Appendix II CITES. Jenis satwa liar yang tercatat sebanyak 321 jenis, meliputi mamalia sebanyak 28 jenis 15 jenis endemik Sulawesi, aves sebanyak 218 jenis 1 jenis endemik Sulawesi Tenggara, 51 jenis endemik Sulawesi, dan 33 jenis migran, reptilia sebanyak 11 jenis, pisces sebanyak 28 jenis, amphibia sebanyak 3 jenis dan lain-lain. Jenis satwa tersebut sebagian diantaranya tercatat dalam IUCN Red Data List dan Appendix II CITES serta dilindungi berdasarkan peraturan perundangan Indonesia BTNRAW 2009.

2.1.3 Potensi Non Hayati

TNRAW merupakan hulu dari tiga sub DAS di daratan Provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi sub DAS Konaweha, Roraya dan Poleang. Ketiga sub DAS tersebut memberikan kontribusi hidrologis dan ekologis bagi masyarakat di sepanjang daerah alirannya, baik sebagai sumber air bersih, sumber pengairan lahan pertanian dan perkebunan, sumber bahan baku PAM, menjaga kestabilan muka air tanah, serta menjadi daerah limpasan banjir dan mempengaruhi pasokan ikan air tawar. Potensi debit air sungai berdasarkan hasil pengukuran di musim kemarau sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Potensi debit air musim kemarau pada sungai di kawasan TNRAW No Nama Sungai Debit m 3 det Zonasi Terbesar Pemanfaatan 1 Sungai Langkowala 100.63 Zona Rimba Pengairan sawah, keperluan rumah tangga, minuman ternak 2010 2 Rawa Aopa 1 316 Zona Tradisional Pemanfaatan tradisional perikanan darat, rekreasi alam, irigasi 2010 Tabel 2 lanjutan No Nama Sungai Debit m 3 det Zonasi Terbesar Pemanfaatan 3 Sungai Roraya 60.24 Zona Pemanfaatan Pengairan sawah, empang, sumur bor gali 2010 4 Sungai Penanggoosi 3.45 Zona Pemanfaatan Pengairan sawah, kebutuhan rumah tangga Pipa PDAM 2012 5 Sungai Poleang 437.96 Zona Rimba Pengairan sawahirigasi, keperluan rumah tangga mencuci, minum, minuman ternak 2010 6 Sungai Iwoikondo 3 Zona Rimba Pengairan sawah 2012 Sumber : BTNRAW 2010, 2012 Kawasan TNRAW memiliki potensi wisata beberapa Obyek Wisata Alam OWA, meliputi Rawa Aopa, Air Terjun Penanggosi, savana dan mangrove. Keempat OWA dimaksud telah diakomodir dalam zona pemanfaatan, sehingga membuka peluang pemanfaatan melalui Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam IPPA. Namun demikian, pemanfaatan wisata di kawasan ini masih sangat terbatas BTNRAW 2009.

2.1.4 Topografi

Kawasan TNRAW memiliki bentang wilayah mulai dari datar, landai, curam maupun terjal. Terdapat 3 pegunungan di bagian utara dan selatan kawasan, yaitu Gunung Mokaleleo 500 mdpl, Gunung Watumohai 330 mdpl dan Gunung Mendoke 790 mdpl. Umumnya kawasan TNRAW bertopografi datar dengan kisaran kelerengan 0 – 2 . Kawasan ini terdiri atas savana, rawa, mangrove dan kawasan di sekitar Desa Bou memanjang sampai Desa Horodopi. Luasannya mencapai 52 147.57 ha atau 49.57 dari luas seluruh kawasan TNRAW. Kelerengan landai dengan kisaran lereng 2 – 8 banyak terdapat di kaki Gunung Mendoke dan Gunung Watumohai yang berbatasan dengan lahan budidaya masyarakat. Tabel 3 Luasan kelas lereng kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai