dengan topografi yang datar meningkatkan preferensi masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berpotensi meningkatkan kerawanan
kebakaran. Untuk faktor eksternal, ancaman yang cukup menonjol adalah ketersediaan sarana prasarana jalan yang menghubungkan desa-desa penyangga
dengan kawasan, adanya tekanan pertumbuhan penduduk serta peningkatan kebutuhan lapangan kerja.
Faktor strategi internal pada Tabel 45 memiliki skor 3.65 dan faktor strategi ekternal pada Tabel 46 memiliki skor 3.95. Dalam matrik Internal-
Eksternal IE klasifikasi Rangkuti 1997 posisi strategi berada pada sel 2. Jenis strategi yang cocok pada sel ini adalah konsentrasi pada integrasi horizontal, yaitu
menggunakan kekuatan yang ada untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan jasa lingkungan, mengembangkan sarpras pendukung, sosialisasi
serta promosi. Posisi strategi juga dapat diperinci dengan menggunakan matrik Space dimana dalam matrik ini strategi berada pada kuadran 2 dimana pengelola
menghadapi berbagai ancaman namun masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang cocok pada kuadran ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.
5.7.3 Tahap Analisis
Hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal selanjutnya
dipadukan untuk menghasilkan strategi Strength-Opportunity SO, Strength- Threats ST, Weakness-Opportunity WO dan Weakness-Threat WT. Hasil
pemaduan secara menyeluruh disajikan pada Gambar 26.
Alternatif strategi pada masing-masing kuadran matrik SWOT sebagaimana disajikan pada Gambar 26 tersebut di atas dapat dijabarkan lebih
lanjut menjadi serangkain strategi yang lebih khusus dan teknis sebagai berikut :
Kuadran 1 : Strategi SO
Strategi Strength-Opportunity SO disusun dengan memanfaatkan seluruh kekuatan organisasi untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya
bagi pencapaian visi dan misi organisasi secara efektif dan efisien. Dari Gambar 26 terlihat bahwa strategi utama SO yaitu memperkuat kerjasama dengan para
pihak untuk meningkatkan kapasitas berbagai sumber daya yang dimiliki. Kuadran 2 : Strategi ST
Strategi Strength-Threats ST merupakan penyusunan strategi untuk memanfaatkan seluruh kekuatan organisasi untuk mengatasi ancaman dan
gangguan. Sesuai hasil pada Gambar 26, strategi utama ST yaitu melakukan analisis gangguan dan diversifikasi metoda pengendalian kebakaran baik bersifat
preventif sosialisasi, promosi dan pengembangan sarana prasarana pendukung DALKARHUT maupun tindakan bersifat represif. Strategi lainnya adalah
meningkatkan koordinasi dengan para pihak dalam pengelolaan buffer zone daerah penyangga dan penegasan batas kawasan terhadap area ijin pemanfataan
yang dikeluarkan instansi terkait.
Kuadran 3 : Strategi WO
Strategi Weakness-Opportunity WO merupakan penyusunan strategi untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan organisasi agar dapat merebut
peluang yang ada sekaligus memanfaatkan seluruh peluang untuk meminimalkan kelemahan yang ada. Pada Gambar 26 diperoleh strategi utama WO yaitu
penyamaan persepsi, sinkronisasi kebijakan dan pemaduan rencana pengelolaan TNRAW-Pemda serta peningkatan peran masyarakat sekitar dan aparat penegak
hukum dalam perlindungan kawasan. Kuadran 4 : Strategi WT
Strategi Weakness-Threats WT merupakan penyusunan strategi untuk meminimalkan
kelemahan-kelemahan organisasi
sekaligus menghindari
mengatasi gangguan yang ada. Dari Gambar 26 diperoleh strategi utama WT yaitu mengembangkan skala prioritas dalam pengendalian kebakaran hutan, baik dalam
aspek penegakan hukum, minimalisasi perluasan dampak, pemberdayaan masyarakat maupun pengembangan kesepakatan konservasi untuk mengatur
pemanfaatan SDAHE di dalam kawasan. 5.7.4
Tahap Pemilihan Strategi dan Pengambilan Keputusan Pemilihan strategi dalam rangka pengambilan keputusan didasarkan pada
teknik Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM, merupakan teknik yang dipakai pengambil keputusan untuk memformulasikan strategi terbaik. QSPM
memanfaatkan hasil analisis faktor strategi internal IFAS, faktor strategi eksternal EFAS dan matrik SWOT.
Berdasarkan hasil teknik QSPM pada Lampiran 21 diperoleh urutan prioritas strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan berdasarkan nilai Total
Sum of Attractiveness Score pada QSPM, secara berturut-turut sebagai berikut : a.
Analisis gangguan dan diversifikasi metoda pengendalian kebakaran baik bersifat preventif sosialisasi, promosi dan pengembangan sarana prasarana
pendukung DALKARHUT maupun tindakan bersifat represif S1, S2, S3, S4, S5, S6, S8, T1, T2, T3, T4, T5, T6, dengan nilai Total Sum of Attractiveness
Score 5.87.
b. Meningkatkan koordinasi dengan para pihak dalam pengelolaan buffer zone
daerah penyangga dan penegasan batas kawasan terhadap area ijin pemanfataan yang dikeluarkan instansi terkait S1, S3, S4, S5, S6, S8, T2, T5,
T6, T8, dengan nilai Total Sum of Attractiveness Score 5.63.
c. Penyamaan persepsi, sinkronisasi kebijakan dan pemaduan rencana
pengelolaan TNRAW-Pemda W4, W6, O1, O4, O5, O6, O7, dengan nilai Total Sum of Attractiveness Score 5.22.
d. Mengembangkan skala prioritas dalam pengendalian kebakaran hutan, baik
dalam aspek
penegakan hukum,
minimalisasi perluasan
dampak, pemberdayaan masyarakat maupun pengembangan kesepakatan konservasi
untuk mengatur pemanfaatan SDAHE di dalam kawasan W1, W3, W5, W7,